BERBUAT BAIK
erabaru.net
Allah Subhanahu wa Ta'ala menghendaki manusia sebagai ciptaan-Nya agar senantiasa berlaku ihsan (berbuat baik), dengan demikian maka Dia akan menguji seberapa tinggi kadar kebaikannya, sebagaimana firman-Nya :
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ
وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ
الْغَفُورُ
“(Allah) yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun” (QS. Al-Mulk/ : 2)
Kata ihsan digunakan untuk dua hal, antara lain ; (1) memberi nikmat atau nafkah
pada pihak lain, (2) perbuatan baik. Bahkan kata ihsan tidak hanya memberi
nikmat atau nafkah maknanya lebih luas, tinggi, dan lebih dalam dari pada
kandungan makna adil. Makna adil
adalah “memperlakukan orang lain sama dengan perlakuannya terhadap anda”.
Sedangkan ihsan itu
memperlakukannya lebih baik dari pada perlakuan kepada anda. Jadi adil itu
memberikan semua hak orang lain, atau mengambil semua hak anda. Adapun memberi
lebih banyak dari pada yang harus anda berikan, dan mengambil lebih sedikit
dari pada yang harus anda ambil, itulah ihsan (Al Raghib Al Asfahami).
Dalam konteks ini, Umar
ibn al-Khathab pernah berkata “Al-Nas
abna’u ma yuhsinun” (manusia adalah anak dari kebaikan yang dilakukan).
Maksudnya, kita dinamakan manusia manakala kita mengerti kebaikan dan
melakukannya dalam kehidupan. Alasan manusia secara fitrah harus berbuat baik adalah sebagai berikut :
Alasan pertama, karena manusia adalah
makhluk yang terbaik sebagaimana Allah SWT telah berfirman :
لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ
فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
"Sungguh, Kami
telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya" (QS. At- Tin/95 : 4)
Selain dari pada itu, manusia adalah makhluk tertinggi dalam arti dilebihkan atas makhluk-makhluk yang lain, sebagaimana firman-Nya :
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي
آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ
الطَّيِّبَاتِ
وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا
"Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rijki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan" (QS. Al-Isra/17 : 70).
kabarmakkah.com
Alasan kedua, kita senantiasa harus
berbuat baik karena perintah Allah, sebagaimana dalam
firmannya :
وَأَحْسِنْ
كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ
لا يُحِبُّ
الْمُفْسِدِينَ
“........ dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan dimuka bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat
kerusakan”. (QS. Al-Qashas/28 : 77)
suaramuslimin.com
Alasan ketiga, kita diberi kesempatan untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan serta menciptakan kompetisi untuk memastikan siapa yang terbaik amalnya
diantara kita, sebagaimana dalam Al-Quran pada surat Al-Mulk ayat dua
diatas.
Keempat, sebagai hamba Allah
yang dianugrahkan akal sehat diberikan kebebasan memilih, apakah kita mau
berbuat baik atau berbuat jelek ? seandainya kita berbuat baik maupun berbuat
jelek pasti akan mendapatkan imbalannya. Sebagaimana firman Allah SWT berikut :
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ
ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat
zarah (atom), niscaya dia akan melihat (balasannya)”. (QS.
Az-Zalzalah/99 : 7)
Kemudian dalam ayat
yang lain Allah Ta’ala berfirman :
وَمَا تُقَدِّمُوا لأنْفُسِكُمْ
مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا
وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
”..... Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu
niscaya kamu memperoleh balasannya di sisi Allah sebagai balasan yang paling
baik dan paling besar pahalanya”. (QS. Al-Muzzammil/73 : 20)
Ihsan sebagai
petunjuk yang mengharuskan kita agar
selalu berbuat baik dan terbaik sejatinya mencakup tiga dimensi, yaitu :
Dimensi yang pertama, ihsan kepada Tuhan (vertikal). Ihsan dalam
arti ini diwujudkan dengan melakukan ibadah kepada Allah SWT sebaik mungkin dan
sesuai perintah Rasulullah saw :
“Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan
kamu melihat-Nya. Sekiranya kamu tidak dapat melihat-Nya, sadarilah bahwa Allah
pasti melihatmu”. (HR. Muslim)
Dimensi yang kedua, Ihsan kepada sesama
manusia. Ihsan dalam arti ini yaitu berbagai kenikmatan atau kebaikan kepada orang lain mulai dari menyambung
tali persaudaraan, silaturahim, memberikan maaf, hingga memperbanyak sedekah.
Ketiga, ihsan kepada diri
sendiri. Hal ini mengharuskan kita untuk melakukan sesuatu yang
terbaik, secara profesional, dalam arti bekerja sebaik
mungkin dengan kualitas tertinggi serta menghindarkan diri dari kebiasaan
buruk, yaitu bekerja asal menggugurkan kewajiban.
Adapun kinerja dengan kualitas ihsan itu dapat diupayakan melalui lima syarat,
yaitu keyakinan, pengetahuan, keterampilan dan disiplin.
Dr.
Yusuf al-Qaradhawi, dalam kitabnya ibaadatu
fil islam (ibadah dalam islam) menyebutkan, setiap pekerjaan bisa menjadi
wahana shalawat dan ladang berjuang di jalan Allah jika memenuhi lima syarat.
Pertama, hendaknya pekerjaan itu ada dalam koridor syariat Islam. Kedua, harus
disertai dengan niat yang baik karena Allah. Niat seorang muslim dalam
melakukan sesuatu atau dalam bekerja adalah menjaga kehormatan dirinya, memberi
manfaat bagi umat, dan memakmurkan bumi sebagaimana diperintahkan Allah SWT.
Ketiga, melakukan sesuatu pekerjaan dilakukan dengan tekun dan sebaik-baiknya.
Keempat, konsisten atau istiqomah dalam berpegang pada ketentuan-ketentuan
hukum Allah, tidak berkhianat. Kelima, pekerjaan selalu disertai dengan mengingat Allah.
Wallahu A'lam.