Berani Jujur (Materi Kelas XI)
HIDUP NYAMAN
DENGAN PERILAKU
JUJUR
|
Membuka Relung Kalbu
Sikap
jujur merupakan sikap positif yang harus dimiliki setiap orang. Namun pada saat
sekarang, kejujuran merupakan hal yang mulai langka, hal yang jarang bisa kita jumpai.
Padahal, kejujuran dapat menunjukkan jalan kebaikan yang nantinya akan
mengantarkan kita ke surga.
Sifat
jujur merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia. Kehidupan dunia akan
hancur dan agama juga menjadi lemah di atas kebohongan, khianat serta perbuatan
curang.
Karena
mulianya orang yang jujur, baik di sisi Allah maupun di sisi manusia, kejujuran
harus ditegakkan meskipun berat dan susah. Ungkapan tentang “orang jujur akan
hancur” adalah keliru. Allah Swt. menyifatkan diri-Nya dengan kejujuran. Ini
adalah bukti kesaktian jujur. Sekarang ini makin terbuka mata kita terhadap
keunggulan perilaku jujur. Berapa banyak orang yang tidak jujur harus masuk
penjara.
Kejujuran
adalah pujian dari Allah Swt. untuk diri-Nya. Allah Swt. Memiliki sifat jujur
dalam semua berita-Nya, syari’ah-Nya, dalam kisah-kisah-Nya. Semuanya yang
datang dari Allah Swt. semuanya benar.
اللَّهُ
لا إِلَهَ إِلا هُوَ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لا رَيْبَ فِيهِ
وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا
“Allah, tidak ada
tuhan selain Dia. Dia pasti akan mengumpulkan kamu pada hari Kiamat yang tidak
diragukan terjadinya. Siapakah yang lebih benar perkataan(nya) daripada Allah?”
(Q.S. an-Nisā’/4:87)
Mengapa
sikap jujur itu ‘penting’? Karena kejujuran dapat membuat hati kita nyaman dan
tenteram. Ketika kita berkata jujur, tidak akan ada ketakutan yang mengikuti
atau bahkan kekhawatiran tentang terungkapnya sesuatu yang tidak kita katakan.
Seseorang yang terbiasa berkata jujur akan merasa tidak nyaman saat dia berkata
bohong walau hanya sekali.
Semoga
kita mampu berbuat jujur dalam segala hal. Yakinlah, Allah Swt. Pembela kita
semua. Orang yang jujur pasti akan mujur (beruntung).
Mengkritisi Sekitar Kita
Kata
jujur seolah-olah
menjadi barang langka, bahkan hampir sirna. Lalu, di manakah Engkau wahai
“Jujur”? Di setiap sudut kehidupan selalu saja tampak perilaku ketidakjujuran.
Saat di sekolah, banyak peserta didik yang melakukan kebohongan, baik saat
ulangan harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester, maupun perilaku
lain yang dengan mudah menampilkan ketidakjujuran. Sungguh memilukan.
Kritisi
perilaku berikut ini, kemudian berikan tanggapanmu dengan beberapa sudut
pandang (contoh dari sisi agama, sosial, budaya, dan sebagainya)!
1.
Meskipun banyak yang menganggap kejujuran sudah sulit
ditemukan, masih banyak juga orang yang sebenarnya sangat jujur dalam hidupnya.
Hal ini terbukti dari beberapa kejadian yang diliput oleh media di mana seorang
sopir taksi mengembalikan uang yang ditemukan di taksinya dalam jumlah yang
tidak sedikit. Hal-hal seperti ini patut diapresiasi. Sebenarnya, kejujuran
masih dimiliki oleh semua anak kecil; mereka masih polos dan belum memiliki
niat jahat atau niat tersembunyi lainnya yang mungkin dapat berimbas melukai
orang lain.
2.
Jika kejujuran yang diperlihatkan oleh siswa di
sekolah, seperti dalam berkata dan berbuat, pasti ia akan dihormati teman, di
sayang guru, dan interaksi sosial sesama menjadi indah. Sebaliknya, jika
perilaku kita diwarnai ketidakjujuran, pastilah interaksi kita tidak nyaman.
Begitu juga di rumah, sepanjang kita menjunjung tinggi nilai kejujuran dalam
hal apa pun, pasti orang tua akan bangga. Di masyarakat pun demikian, kejujuran
harus disandingkan dalam kehidupan kita tanpa kecuali. Insya Allah apa yang
disabdakan oleh Rasulullah saw. bahwa kejujuran akan membawa kebaikan, dan
kebaikan akan menuju surga pasti terbukti. Yakin itu!
A.
Pentingnya
Perilaku Jujur
Jujur memiliki arti kesesuaian antara apa yang diucapkan atau diperbuat dengan
kenyataan yang ada. Jadi,
kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, dikatakan benar/jujur,
tetapi kalau tidak, dikatakan dusta. Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk
berlaku benar baik dalam perbuatan maupun ucapan, sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ
الصَّادِقِينَ
“Wahai
orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan
orang-orang yang benar” (Q.S. at-Taubah/9: 119).
Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada
perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai
dengan yang ada pada batinnya. Ketika berani mengatakan “tidak” untuk
korupsi, berusaha menjauhi perilaku korupsi. Jangan sampai mengatakan tidak,
kenyataannya ia melakukan korupsi. Demikian juga seorang munafk tidaklah
dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia menampakkan dirinya sebagai
seorang yang bertauhid, padahal hatinya tidak. Yang jelas, kejujuran merupakan
sifat seorang yang beriman, sedangkan lawannya, dusta, merupakan sifat orang
yang munafk. Ciri-ciri orang munafik adalah dusta, ingkar janji, dan khianat,
sebagaimana sabda Rasulullah saw. berikut ini:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ : اِذَا
حَدَّثَ كَدَبَ وَاِذَا وَعَدَ اخْلَفَ وَاِذَأْتُمِنَ خَانَ
“Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi
Muhammad saw. bersabda “Tanda orang munafk itu ada 3, yaitu: Apabila berbicara
dusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila dipercaya khianat” (HR.
Bukhari Muslim)
Ibnul Qayyim berkata, dasar iman adalah kejujuran
(kebenaran), sedangkan dasar nifaq adalah kebohongan atau kedustaan. Tidak akan
pernah bertemu antara kedustaan dan keimanan melainkan akan saling bertentangan
satu sama lain. Allah Swt. menegaskan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi
seorang hamba dan yang mampu menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya
(kebenarannya).
قَالَ اللَّهُ هَذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ
لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Allah
berfrman, “Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya.
Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal
di dalamnya selama-lamanya. Allah riḍa kepada mereka dan mereka pun riḍa
kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung.” (Q.S. al-Māidah/5: 119)
Ibnul
Qayyim berkata, dasar iman adalah kejujuran (kebenaran), sedangkan dasar nifaq adalah
kebohongan atau kedustaan. Tidak akan pernah bertemu antara kedustaan dan
keimanan melainkan akan saling bertentangan satu sama lain. Allah Swt.
menegaskan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang mampu
menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya).
قَالَ اللَّهُ هَذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ
لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Allah
berfrman, “Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya.
Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal
di dalamnya selama-lamanya. Allah riḍa kepada mereka dan mereka pun riḍa
kepada-Nya. Itulahkemenangan yang agung.” (Q.S. al-Māidah/5: 119)
B.
Keutamaan
Perilaku Jujur
Nabi
menganjurkan umatnya untuk selalu jujur. Karena kejujuran merupakan akhlak
mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada kebajikan, sebagaimana dijelaskan
oleh Nabi Muhammad saw.,
عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّ اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى اِلَى الْبِرِّ وَاِنَّ
الْبِرَّ يَهْدِى اِلَى النَّارِ (روه البخاري).
“Dari Abdullah ibn Mas’ud, dari
Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan
kebaikan itu membawa ke surga....” (HR. Bukhari)
Sifat
jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan bagi si
pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki kedudukan yang tinggi di
dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang
yang mulia dan selamat dari segala keburukan.
Dapat
kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa orang yang jujur akan
dipermudah rezeki dan segala urusannya. Contoh yang perlu diteladani, karena
kejujurannya, Nabi Muhammad saw. dipercaya oleh Siti Khadijah untuk membawa
barang dagangan lebih banyak lagi. Ini artinya Nabi Muhammad saw. akan
mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi, dan tentu saja apa yang dilakukan
Nabi akan mendapat kemudahan. Banyak contoh dalam kehidupan sehari-hari tentang
hikmah perilaku jujur. Kamu dapat mencari contohnya.
Sebaliknya,
orang yang tidak jujur atau bohong akan dipersulit rezeki dan segala urusannya.
Orang yang pernah berbohong akan terus berbohong karena untuk menutupi
kebohongan yang diperbuat, dia harus berbuat kebohongan lagi. Bersyukurlah bagi
orang yang pernah berbohong sekali kemudian sadar dan mengakui kebohongannya
itu sehingga terputus mata rantai kebohongan.
Kejujuran
berbuah kepercayaan, sebaliknya dusta menjadikan orang lain tidak percaya.
Jujur membuat hati kita tenang, sedangkan berbohong membat hati jadi was-was.
Contoh seorang siswa yang tidak jujur kepada orang tua dalam hal uang saku,
pasti nuraninya tidak akan tenang apabila bertemu. Apabila orang tuanya
mengetahui ketidakjujuran anaknya, runtuhlah kepercayaan terhadap anak
tersebut. Kegundahan hati dan kekhawatiran yang bertumpuk-tumpuk berisiko
menjadi penyakit.
C.
Macam-Macam
Kejujuran
Menurut
tempatnya, jujur itu ada beberapa macam, yaitu jujur dalam hati atau niat,
jujur dalam perkataan atau ucapan, dan jujur dalam perbuatan.
1. Jujur dalam niat dan kehendak, yaitu motivasi bagi setiap gerak
dan langkah seseorang dalam rangka menaati perintah Allah Swt. dan ingin
mencapai riḍaNya. Jujur sesungguhnya berbeda dengan pura-pura jujur.
Orang yang pura-pura jujur berarti tidak ikhlas dalam berbuat.
2. Jujur dalam ucapan, yaitu memberitakan sesuatu sesuai dengan
realitas yang terjadi, kecuali untuk kemaslahatan yang dibenarkan oleh syari’at
seperti dalam kondisi perang, mendamaikan dua orang yang bersengketa, dan
semisalnya. Setiap hamba berkewajiban menjaga lisannya, yakni berbicara jujur
dan dianjurkan menghindari kata-kata sindiran karena hal itu sepadan dengan
kebohongan, kecuali jika sangat dibutuhkan dan demi kemaslahatan pada saat-saat
tertentu, tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam
ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling tampak
dan terang di antara macam-macam kejujuran.
dan terang di antara macam-macam kejujuran.
3. Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan
batiniah hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dan amal batin. Jujur dalam
perbuatan ini juga berarti melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan yang diriḍai
Allah Swt. dan melaksanakannya secara terus-menerus dan ikhlas.
Merealisasikan
kejujuran, baik jujur dalam hati, jujur dalam perkataan, maupun jujur dalam
perbuatan membutuhkan kesungguhan. Adakalanya kehendak untuk jujur itu lemah,
adakalanya pula menjadi kuat.
D.
Petaka
Kebohongan
Sebagaimana
telah dijelaskan di atas, betapa berartinya sebuah kejujuran karena kejujuran
akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan membawa ke surga. Sebaliknya,
betapa berbahayanya sebuah kebohongan. Kebohongan akan menghantarkan pelakunya
tidak dipercaya lagi oleh orang lain.
Ketika
seseorang sudah berani menutupi kebenaran, bahkan menyelewengkan kebenaran
untuk tujuan jahat, ia telah melakukan kebohongan. Kebohongan yang dilakukannya
itu telah membawa kepada apa yang dikhianatinya itu.
وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ
تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ
“...Barangsiapa
berkhianat, niscaya pada hari kiamat dia akan datang membawa apa yang
dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna
sesuai dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi’’ (Q.S.
Āli ‘Imrān/3: 161).
Dalam
hadis Rasulullah saw. mengingatkan:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : سَيَأْتِيْ عَلَى النَّاسِ سَنَوَاةٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ
فِيْهَاالْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيْهَاالصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيْهَاالخَائِنُ وَيُخَوَّنُ
فِيْهَاالْأَمِيْنُ وَيَنْطِقُ فِيْهَاالرُّوَيْبِضَةُ قِيْلَ
وَمَاالرُّوَيْبِضَةُ؟ قَالَ : الرَّجُلُ التَّافِهُ فِيْ أَمْرِ الْعَامَّةِ
“Dari Abu Hurairah ra., dia berkata;
Rasulullah saw., bersabda, “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh
dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan, sedangkan orang yang jujur
malah didustakan, pengkhianat dipercaya, sedangkan orang yang amanah justru
dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu, Ruwaibidhah berbicara.” Ada
sahabat yang bertanya, “Apa yang dimaksud
Ruwaibidhah?” Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah).
Ruwaibidhah?” Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah).
Syaikh
Muhammad al-Ghazali mengatakan, bahwa menjaga amanah ialah menunaikan dengan
baik terhadap hak-hak Allah Swt. dan hak-hak manusia tanpa terpengaruh oleh
perubahan keadaan, baik susah maupun senang.
E.
Hikmah
Perilaku Jujur
Beberapa
hikmah yang dapat dipetik dari perilaku jujur, antara lain sebagai berikut.
1. Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat kita menjadi
tenang, tidak takut akan diketahui kebohongannya karena memang tidak berbohong.
2. Mendapatkan kemudahan dalam hidupnya.
3. Selamat dari azab dan bahaya.
4. Dijamin masuk surga.
5. Dicintai oleh Allah Swt. dan rasul-Nya.
Menerapkan
Perilaku Mulia
Kita harus menanamkan kesadaran pada diri kita untuk
selalu berperilaku jujur, baik kepada Allah Swt., orang lain, maupun diri
sendiri. Jika kita sudah bisa membiasakan berperilaku jujur, kita akan
mendapatkan hikmah yang luar biasa dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus
menyadari dan mengetahui akibat dari kebohongan sehingga kita bisa menjauhi
sifat buruk tersebut. Contoh akibat dari kebohongan adalah hilangnya
kepercayaan orang lain terhadap kita, susah mendapatkan teman bahkan tidak
memiliki teman, susah mendapat pekerjaan karena tidak dipercaya. Berperilaku
jujur terkadang sangat pahit pada awalnya, tetapi percayalah, buah manis akan
didapat di akhirnya. Perilaku jujur bisa diterapkan dalam berbagai hal dalam
kehidupan sehari-hari, baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan
masyarakat di mana kita tinggal. Berikut ini cara menerapkan perilaku jujur.
1. Di sekolah, kita bisa meluruskan niat untuk menuntut ilmu,
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh ibu bapak guru, tidak menyontek
pekerjaan teman, melaksanakan piket sesuai jadwal, menaati peraturan yang
berlaku di sekolah, berbicara secara benar baik kepada guru, teman ataupun
orang-orang yang ada di lingkungan sekolah.
2. Di rumah, kita bisa meluruskan niat untuk berbakti kepada orang
tua, memberitakan hal yang benar. Contohnya saat meminta uang untuk kebutuhan
suatu hal, tidak menutup-nutupi suatu masalah pada orang tua, tidak
melebih-lebihkan sesuatu hanya untuk membuat orang tua senang.
3. Di masyarakat, kita bisa melakukan kejujuran dengan niat untuk
membangun lingkungan yang baik, tenang, dan tenteram, tidak mengarang cerita
yang membuat suasana di lingkungan tidak kondusif, tidak membuat gosip. Ketika
diberi kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang diamanahkan, harus dipenuhi
dengan sungguh-sungguh, dan lain sebagainya.
Syaja’ah
(Berani Membela Kebenaran)
dalam
Mewujudkan Kejujuran
Secara etimologis, syaja’ah berasal dari
kata شَجُعَ - يَشْجَعُ
yang berarti keberanian. Sedangkan pengertian syaja’ah secara
istilah menurut Imam Al Ghazali adalah Iketaatan, kekuatan emosi terhadap akal
pada saat nekat atau menahan diri. Menurut beliau, syaja’ah merupakan salah
satu dari empat induk akhlak yang harus dimiliki oleh orang yang beriman, yaitu
kebijaksanaan (al hikmah), keberanian (asy syaja’ah), penjagaan
diri (al ‘iffah), dan keadilan (al ‘adl).
Pentingnya
Memiliki Sifat Syaja’ah
Allah Swt. memerintahkan kepada orang-orang yang
beriman agar tidak menjadi penakut dan pengecut. Karena rasa takut dan pengecut
akan membawa kegagalan dan kekalahan. Keberanian adalah tuntutan keimanan. Iman
pada Allah Swt. mengajarkan kita menjadi orang-orang yang berani menghadapi beragam
tantangan dalam hidup ini. Tantangan utama yang kita hadapi adalah memperjuangkan
kebenaran, meskipun harus menghadapi berbagai rintangan. Rasulullah saw.
menjelaskan dalam sabdanya:
قُلِ
الْحَقُّ وَلَوْ كَانَ مُرًّا
“Katakanlah yang benar walaupun itu pahit”
(H.R. Ahmad).
Islam tidak menyukai orang yang lemah/penakut. Orang
yang lemah/penakut biasanya tidak berani untuk mempertahankan hidup sehingga
gampang putus asa. Ketakutan itu diantaranya karena takut dikucilkan dari
lingkungannya. Takut karena berlainan sikap dengan banyak orang atau takut
untuk membela sebuah
kebenaran dan keadilan.
kebenaran dan keadilan.
Keberanian dalam ajaran Islam disebut Syaja’ah.
Syaja’ah menurut bahasa artinya berani. Sedangkan menurut istilah syaja’ah
adalah keteguhan hati, kekuatan pendirian untuk membela dan mempertahankan
kebenaran secara jantan dan terpuji. Jadi syaja’ah dapat diartikan
keberanian yang berlandaskan ke benaran,
dilakukan dengan penuh pertimbangan dan perhitungan untuk mengharapkan keridaan Allah Swt.
dilakukan dengan penuh pertimbangan dan perhitungan untuk mengharapkan keridaan Allah Swt.
Keberanian (syaja’ah) merupakan jalan untuk
mewujudkan sebuah ke menangan dalam keimanan. Tidak boleh ada kata gentar dan
takut bagi muslim saat mengemban tugas bila ingin meraih kegemilangan. Semangat
keimanan akan selalu menuntun mereka untuk tidak takut dan gentar sedikit pun.
Allah Swt. berfirman:
وَلاَ
تَهِنُوا وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah
(pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”. (Q.S. Ali Imran/3:
139).
Pentingnya Memiliki Sifat Jujur
Nabi menganjurkan kita sebagai umatnya untuk selalu
jujur. Kejujuran merupakan akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada
kebajikan, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw.,
“Dari Abdullah bin
Mas’ud radhiyallahu anhu,
ia berkata: Telah bersabda Rasulullah: “Sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan
dan kebaikan itu membawa ke surga....” (H.R. Muslim).
Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan
juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran
memiliki kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang
hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala
keburukan.
Dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa
orang yang jujur akan dipermudah rezeki dan segala urusannya. Contoh yang perlu
diteladani adalah kejujuran, Nabi Muhammad saw. ketika belau dipercaya oleh
Siti Khadijah untuk membawa barang dagangan lebih banyak lagi. Selama membawa
barang dangan tersebut, beliau selalu menerapkan kejujuran. Kepada para
pembelinya, beliau selalu berkata jujur tentang kondisi barang dangan yang
dijualnya. Sifat jujur yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Selama berdagang
mendatangkan kemudahan dan keuntungan yang lebih besar. Apa yang dilakukan Nabi
Muhammad saw. Adalah contoh dalam kehidupan sehari-hari tentang hikmah perilaku
jujur. Kamu dapat
mencari contoh lainnya.
mencari contoh lainnya.
Sebaliknya, orang yang tidak jujur atau bohong akan
dipersulit rezeki dan segala urusannya. Orang yang pernah berbohong akan terus
berbohong karena untuk menutupi kebohongan yang diperbuat, dia harus berbuat
kebohongan lagi. Bersyukurlah bagi orang yang pernah berbohong kemudian sadar
dan mengakui
kebohongannya itu sehingga terputusnya mata rantai kebohongan.
kebohongannya itu sehingga terputusnya mata rantai kebohongan.
Kejujuran berbuah kepercayaan, sebaliknya dusta
menjadikan orang lain tidak percaya. Jujur membuat hati kita tenang, sedangkan
berbohong membuat hati menjadi was-was. Contoh seorang siswa yang tidak jujur
kepada orang tua dalam hal uang saku, pasti nuraninya tidak akan tenang apabila
bertemu. Apabila orang tuanya mengetahui ketidakjujuran anaknya, runtuhlah
kepercayaan terhadap anak tersebut. Kegundahan hati dan kekhawatiran yang
bertumpuk-tumpuk berisiko menjadi penyakit.
Menurut tempatnya, jujur itu ada beberapa macam,
yaitu jujur dalam hati atau niat, jujur dalam perkataan atau ucapan, dan jujur
dalam perbuatan.
1. Jujur dalam niat dan kehendak, yaitu motivasi bagi setiap gerak dan
langkah seseorang dalam rangka menaati perintah Allah Swt. dan ingin mencapai ridha-Nya.
Jujur sesungguhnya berbeda dengan pura-pura jujur. Orang yang pura-pura jujur
berarti tidak ikhlas dalam berbuat.
2. Jujur dalam ucapan, yaitu memberitakan sesuatu sesuai dengan
realitas yang terjadi. Untuk kemaslahatan yang dibenarkan oleh syari’at seperti
dalam kondisi perang atau mendamaikan dua orang yang bersengketa atau perkataan
suami yang ingin menyenangkan istrinya, diperbolehkan untuk tidak mengatakan
hal yang sebenarnya. Setiap hamba berkewajiban menjaga lisannya, yakni
berbicara jujur dan dianjurkan menghindari kata-kata sindiran karena hal itu sepadan dengan kebohongan. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran.
berbicara jujur dan dianjurkan menghindari kata-kata sindiran karena hal itu sepadan dengan kebohongan. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran.
3. Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan
batiniah hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dan amal batin. Jujur dalam
perbuatan ini juga berarti melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan yang
diriµai Allah Swt. dan melaksanakannya secara terus-menerus dan ikhlas.
Merealisasikan
kejujuran, baik jujur dalam hati, jujur dalam perkataan, maupun jujur dalam
perbuatan membutuhkan kesungguhan. Adakalanya kehendak untuk jujur itu lemah,
adakalanya pula menjadi kuat.
Disalin :
1.
PAI
dan Budi Pekerti Kemdikbud 2014
2.
PAI
dan Budi Pekerti Edisi Revisi Kemdikbud 2017
3.
PAI
dan Budi Pekerti Erlangga 2018
EVALUASI
Pilihlah jawaban yang
tepat!
1. Perhatikan pernyataan berikut ini!
1. Orang jujur akan mendapatkan banyak teman.
2. Orang jujur akan susah hidupnya.
3. Orang jujur akan mendapatkan kebahagiaan di
akhirat.
4. Orang munafk akan disukai teman di akhirat.
5. Orang jujur selalu mendapatkan berkah di mana
saja.
Pernyataan di atas yang tidak termasuk hikmah dari
perilaku jujur adalah ....
a. 1 dan 2
b. 2 dan 3
c. 3 dan 4
d. 2 dan 4
e. 3 dan 5
2. Nabi Muhammad saw. menjelaskan bahwa jujur itu membawa kebaikan
dan kebaikan itu menuntun ke surga. Ungkapan tersebut mengandung arti ....
a. jujur sangat penting dalam kehidupan sehari-hari
b. jujur menyebabkan kenyamanan dalam berperilaku
c. jujur membuat pelakunya selalu gelisah
d. jujur membawa keberkahan dalam hidup
e. jujur perlu dijunjung tinggi agar hidup tenteram
3. Ikhlas dalam melakukan sesuatu, tanpa dicampuri oleh
kepentingankepentingan dunia. Jenis jujur seperti ini termasuk kategori ….
a. jujur dalam berbuat
b. jujur dalam berkata
c. jujur dalam niat
d. jujur dalam berjanji
e. jujur dalam bertekad
4. Perhatikan ungkapan berikut ini: “Jikalau Allah Swt. memberikan
kepadaku harta, aku akan membelanjakan sebagian di jalan Allah Swt.” Jenis
jujur seperti ini termasuk kategori ….
a. jujur dalam berbuat
b. jujur dalam berkata
c. jujur dalam niat
d. jujur dalam berjanji
e. jujur dalam bertekad
5. Orang yang tidak jujur atau dusta disebut orang munafk. Salah
satu ciri orang munafk adalah....
a. jika bekerja ingin upah
b. jika berkata ingin didengar
c. jika berbuat ingin dilihat
d. jika berjanji tidak ditepati
e. jika dipercaya ia amanah
Tugas
1. Mengapa manusia harus jujur?
2. Tulislah dalil yang memerintahkan kita untuk jujur dan jelaskan
maksud dalil tersebut!
3. Sebutkan hikmah dari perilaku jujur!
4. Buatlah contoh perilaku yang pernah kamu alami atau lihat yang
berkaitan dengan jujur kepada Allah!
5. Jelaskan maksud hadis berikut ini!
قُلِ
الْحَقُّ وَلَوْ كَانَ مُرًّا