Qadha' dan Qadar
A.
Mengkritisi
Sekitar Kita
Masih ingatkah kisah Nabi Musa a.s. yang
memegang teguh kepercayaannya kepada Allah Swt. sewaktu dirinya dihadapkan oleh
hamparan laut dengan gelombangnya yang dahsyat, sementara Fir’aun dan bala
tentaranya mengejarnya, hendak membunuhnya dan pengikutnya? Namun, Musa a.s.
berkata: “Tidak akan! Sungguh Allah Swt. besertaku.
Allah Swt. pasti memberi petunjuk kepadaku”. Mahasuci
Allah! Dengan mantap Nabi Musa a.s. beserta pengikutnya berjalan di tengah
lautan dan diselamatkan oleh Allah Swt. Demikian pula kisah Nabi Nuh a.s. Allah
Swt. memberi kabar bahwa tidak ada lagi kaumnya yang beriman, kecuali mereka
yang memang telah beriman. Suatu ketika Nabi Nuh a.s. diperintahkan untuk
membuat perahu.
Di tengah gurun pasir yang tandus. Nabi Nuh
a.s membuatnya bertahun-tahun. Mulai dari menanam pohon, hingga menebangnya. Ia
membuat perahu besar di tanah yang kering kerontang. Allah Swt. menyuruhnya
membuat perahu? Hal itu untuk membuktikan keimanannya yang kuat kepada Allah
Swt.
Seandainya kalian berada di posisi Nabi Nuh
a.s. mungkinkah keyakinan kalian terhadap Allah Swt. akan tetap tegar? Bayangkan!
Kapal di tengah gurun yang tandus! Jika kisah Nabi Nuh a.s. ini dianalogikan
dengan keadaan sekarang, maka kalianlah yang menjadi bahteranya. Jangan pernah
berpikir bahwa semua ini tidak lebih dari sekedar impian kosong. Gurun pasir
pada saat Nabi Nuh a.s tak ada bedanya dengan kondisi saat ini. Karena yakin,
akhirnya mereka membuat kapal dan menaikinya bersama umat
yang meyakininya. Allah Swt. berfrman:
yang meyakininya. Allah Swt. berfrman:
إِنَّ
اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah Swt. tidak mengubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S.ar-Ra’ad/13:11)
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S.ar-Ra’ad/13:11)
Bagaimana pendapatmu tentang kisah-kisah tersebut? Cermati
kisah Nabi Nuh a.s tersebut dan coba analogikan dengan masalahmasalah sosial
yang terjadi saat ini. Tanggapi dengan kritis dari sudut pandang keimanan
kalian kepada qadha dan qadar!
B.
Menganalisis
dan Mengevaluasi Makna Iman kepada Qadha' dan Qadar
1.
Pengertian Qadha' dan
Qadar
Para ulama berbeda pandangan dalam memberikan
arti kata Qadha' dan Qadar. Sebagian ulama mengartikan sama.
Namun, sebagian ulama yang lain memberikan arti yang berbeda.
Pandangan yang membedakan antara Qadha' dan
Qadar, mendefniskan Qadar dengan “ilmu Allah Swt. tentang apa
yang akan terjadi pada makhluk di masa mendatang. ”Qadha' adalah “
segala sesuatu yang Allah Swt. Wujudkan (adakan atau berlakukan) sesuai dengan
ilmu dan kehendaknya.” Sebagian ulama yang lain justru menerapkan defnisi di
atas secara terbalik, yakni defnisi Qadha' dan Qadar ditukar.
Pendapat yang menyamakan Qadha' dan Qadar
memberikan defnisi ”bahwa aturan baku yang diberlakukan oleh Allah Swt. terhadap
alam ini, undangundang yang bersifat umum, dan hukum-hukum yang mengikat sebab
dan akibat”. Pengertian itu diilhami oleh beberapa ayat al-Qur’an,
seperti frman Allah Swt.:
“Allah Swt. mengetahui apa yang dikandung
oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang
bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya”. (Q.S. ar-Ra’d/13:8)
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
Qadha' menurut bahasa berarti
“menentukan atau memutuskan”, sedangkan menurut istilah artinya “segala ketentuan
Allah Swt. sejak zaman azali”. Adapun pengertian Qadar menurut
bahasa adalah “memberi kadar, aturan, atau ketentuan”. Menurut istilah berarti
”ketetapan Allah Swt. terhadap seluruh makhluk-Nya tentang segala sesuatu”.
Firman Allah Swt.:
“Yang kepunyaan-Nya lah kerajaan langit dan
bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam
kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan
ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya”. (Q.S. al Furq’an/25:2).
Iman kepada Qadha' dan Qadar artinya
percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt. telah menentukan segala
sesuatu bagi makhluk-Nya. Menurut Yasin, iman kepada Qadha' dan Qadar
adalah “mengimani adanya ilmu Allah Swt. yang qadim dan mengimani
adanya kehendak Allah Swt. Yang berlaku serta kekuasaan-Nya yang menyeluruh”.
Setiap muslim wajib mengimani Qadha' dan Qadar
Allah Swt., yang baik ataupun yang buruk. Firman Allah Swt.: “Apakah
kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Swt. mengetahui apa saja yang
ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah
kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah
Swt.” (Q.S. al-Hajj/22:70).
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan
(tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh
Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah Swt”. (Q.S. al-Hadid/57:22).
Iman kepada Qadha' dan Qadar meliputi
empat prinsip, sebagai berikut.
a.
Iman kepada ilmu Allah
Swt. yang Qadim (tidak berpermulaan), dan Dia mengetahui perbuatan
manusia sebelum mereka melakukannya.
b.
Iman bahwa semua Qadar
Allah Swt. telah tertulis di Lauh Mahfuzh.
c.
Iman kepada adanya
kehendak Allah Swt. yang berlaku dan kekuasaanNya yang bersifat menyeluruh.
d.
Iman bahwa Allah Swt.
adalah Zat yang mewujudkan makhluk. Allah Swt. adalah Sang Pencipta dan yang
lain adalah makhluk.
Qadha' dan Qadar biasa disebut
dengan satu kata, “takdir”. Bagi manusia dan makhluk lain, ada pandangan takdir
baik dan buruk, tetapi dalam pandangan Allah Swt., semua takdir itu baik,
karena keburukan tidak dinisbatkan kepada Allah Swt. Ilmu Allah Swt.,
kehendak-Nya, catatan-Nya, dan penciptaanNya semua itu adalah kebijaksanaan, keadilan,
kasih sayang, dan kebaikan. Keburukan bukanlah sifat Allah Swt. dan bukan pula
pekerjaan-Nya. Perhatikan frman Allah Swt. berikut.
“Sesungguhnya Allah Swt. tidak berbuat zalim
kepada manusia sedikit pun, akan tetapi manusia Itulah yang berbuat zalim kepada
dirinya sendiri” (Q.S.Yµnus/10:44).
2.
Dalil-Dalil tentang Qadha'
dan Qadar
Allah Swt. menjelaskan tentang Qadah' dan
Qadar, melalui frman-frman-Nya, dan juga dalam beberapa hadis Rasulullah
saw., di antaranya menyatakan hal-hal berikut.
a. Dalil
al-Qur'an
1)
Firman Allah :
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu
menurut ukuran (takdir).” (Q.S. al-Qamar/54:49).
2)
Firman Allah :
“Tidak ada suatu bencana apapun yang menimpa di
bumi dan (tidak pula) pada diri kalian melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh
Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi
Allah Swt.” (Q.S. al-Hadid/57:22).
3)
Firman Allah :
“Dan tiap-tiap manusia telah Kami tetapkan amal
perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya.” (Q.S. al-Isra’/17:13)
4)
Firman Allah :
“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa
seseorang kecuali dengan
izin Allah Swt.” (Q.S. at-Taghabun/64:11)
izin Allah Swt.” (Q.S. at-Taghabun/64:11)
b. Dalil
As-Sunah (Hadis Rasulullah)
Adapun penjelasan Rasulullah saw. tentang Qadha'
dan Qadar antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam hadis
berikutini.
1)
“Sesungguhnya penciptaan
salah seorang dari kalian dikumpulkan dalam perut ibunya selama empat puluh
hari dalam bentuk nuthfah (sperma), kemudian berubah menjadi ‘alaqah (segumpal
darah) selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi mudghah (sepotong
daging) selama empat puluh hari, kemudian malaikat dikirim kepadanya kemudian
malaikat meniupkan ruh padanya, dan malaikat tersebut diperintahkan empat hal
yaitu menuliskan rizkinya, menuliskan ajalnya, menuliskan amal perbuatannya,
dan menuliskan apakah ia celaka, atau bahagia. Demi Dzat yang tidak ada Tuhan yang
berhak disembah kecuali Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian pasti
mengerjakan amal perbuatan penghuni surga, hingga ketika jaraknya dengan surga Cuma
satu lengan, tiba-tiba ketetapan berlaku padanya kemudian ia mengerjakan amal
perbuatan penghuni neraka, dan ia pun masuk neraka. Sesungguhnya salah seorang
dari kalian pasti mengerjakan amal perbuatan penghuni neraka, hingga ketika
jaraknya dengan neraka cuma satu lengan, tiba-tiba ketetapan berlaku padanya
kemudian ia mengerjakan amal perbuatan penghuni surga, dan ia masuk surga.”
(H.R. Muslim)
2)
Dalam hadis yang lain,
Rasulullah saw. bersabda yang artinya sebagai berikut. ”Sesungguhnya
seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk
nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging,
kemudian Allah Swt. Mengutus malaikat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan
menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal
perbuatannya, dan (jalan hidupnya) sengsara atau bahagia.” (H.R.al-Bukhari
dan Muslim).
Dari hadis di atas dapat diketahui bahwa nasib
manusia telah ditentukan Qadha' dan Qadarnya oleh Allah Swt.
sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya,
tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha
dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan
tidak datang dengan sendirinya.
3.
Kewajiban Beriman kepada
Qadha' dan Qadar
Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah saw.
didatangi oleh seorang laki-laki yang berpakaian serba putih, dan rambutnya
sangat hitam. Lelaki itu bertanya tentang Islam, Iman dan Ihsan. Tentang
keimanan, Rasulullah saw. menjawab yang artinya: “Hendaklah engkau beriman
kepada Allah Swt. malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab Nya, rasul-rasul Nya, hari
akhir, dan beriman pula kepada Qadar (takdir) yang baik ataupun yang buruk”. (H.R.
Muslim).
Lelaki itu adalah Malaikat Jibril yang sengaja datang
untuk memberikan pelajaran agama kepada umat Nabi Muhammad saw. Jawaban
Rasulullah saw. yang dibenarkan oleh Malaikat Jibril itu berisi rukun iman.
Salah satu dari rukun iman itu adalah iman kepada Qadha' dan Qadar.
Dengan demikian, mempercayai Qadha' dan Qadar merupakan
kewajiban. Kita harus yakin dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang
terjadi pada diri kita, baik yang menyenangkan maupun yang tidak adalah atas
kehendak atau takdir Allah Swt.
Sebagai orang beriman, kita harus rela menerima
segala ketentuan Allah Swt. atas diri kita. Di dalam sebuah hadis qudsi Allah
Swt. berfrman yang artinya:
”Siapa yang tidak ridha dengan Qadha'-Ku dan Qadar-Ku dan tidak sabar terhadap bencana-Ku yang aku timpakan atasnya, maka hendaklah mencari Tuhan selain Aku”. (H.R. at-Tabrani).
”Siapa yang tidak ridha dengan Qadha'-Ku dan Qadar-Ku dan tidak sabar terhadap bencana-Ku yang aku timpakan atasnya, maka hendaklah mencari Tuhan selain Aku”. (H.R. at-Tabrani).
Takdir Allah Swt. merupakan iradah (kehendak)
Allah Swt. Oleh sebab itu, takdir tidak selalu sesuai dengan keinginan kita.
Tatkala takdir sesuai dengan keinginan kita, hendaklah kita bersyukur karena
hal itu merupakan nikmat yang diberikan Allah Swt. kepada kita. Ketika takdir
yang kita alami tidak menyenangkan atau merupakan musibah, maka hendaklah kita terima
dengan sabar dan ikhlas. Kita harus yakin bahwa dibalik musibah itu ada hikmah
yang terkadang kita belum mengetahuinya. Allah Swt. Maha Mengetahui atas apa
yang diperbuat-Nya.
4.
Macam-Macam Takdir
Mengenai hubungan antara Qadah' dan Qadar
dengan ikhtiar, do’a dan tawakal ini, para ulama berpendapat, bahwa takdir
itu ada dua macam seperti berikut.
a.
Takdir Mua’llaq
Takdir Mua’llaq adalah takdir yang erat
kaitannya dengan ikhtiar manusia. Misalnya, seorang siswa bercita-cita ingin
menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu, ia belajar dengan
tekun. Akhirnya, apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi
insinyur pertanian. Dalam hal ini Allah Swt. berfrman: “Bagi manusia ada
malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah Swt. Sesungguhnya Allah Swt.
Tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah Swt. Menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia”. (Q.S arRa’d/13:11).
b.
Takdir Mubram
Takdir Mubram adalah takdir yang terjadi
pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat ditawar-tawar
lagi oleh manusia. Misalnya, ada orang yang dilahirkan dengan mata sipit, atau
dilahirkan dengan kulit hitam sedangkan ibu dan bapak kulit putih, dan sebagainya.
C. Kaitan
Antara Beriman kepada Qadha' dan Qadar Allah Swt. Dengan Sikap
Optimis, Berikhtiar, dan Bertawakal
Qadha' dan Qadar atau takdir berjalan menurut hukum “sunnatullah”.
Artinya keberhasilan hidup seseorang sangat tergantung sejalan atau tidak
dengan sunnatullah. Sunnatullah adalah hukum-hukum Allah Swt. yang
disampaikan untuk umat manusia melalui para Rasul, yang tercantum di dalam al-Qur’an
berjalan tetap dan otomatis. Misalnya malas belajar berakibat bodoh, tidak
mau bekerja akan miskin, menyentuh api merasakan panas, menanam benih akan tumbuh,
dan lain-lain.
Kenyataan menunjukkan bahwa siapa pun orangnya tidak mampu
mengetahui takdirnya. Jangankan peristiwa masa depan, hari esok terjadi apa,
tidak ada yang mampu mengetahuinya. Siapa pun yang berusaha dengan
sungguh-sungguh sesuai hukum-hukum Allah Swt. disertai dengan do’a, ikhlas, dan
tawakal kepada Allah Swt., dipastikan akan memperoleh keberhasilan dan
mendapatkan cita-cita sesuai tujuan yang ditetapkan.
Berkaitan dengan makna beriman kepada Qadha' dan Qadar dapat
diketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah Swt. sejak sebelum ia
dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti
bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar.
Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang
dengan sendirinya.
Janganlah sekali-kali menjadikan takdir itu sebagai alasan untuk
malas berusaha dan berbuat kejahatan. Pernah terjadi pada zaman Khalifah Umar
bin Khattab, seorang pencuri tertangkap dan dibawa ke hadapan Khalifah Umar. ”Mengapa
Engkau mencuri?” tanya Khalifah. Pencuri itu menjawab, ”Memang Allah
Swt. Sudah menakdirkan saya menjadi pencuri”. Mendengar jawaban demikian,
Khalifah Umar marah, lalu berkata, ” Pukul saja orang ini dengan cemeti,
setelah itu potonglah tangannya!” para sahabat lain bertanya, ”Mengapa
hukumannya diberatkan seperti itu?” Khalifah Umar menjawab, ”Ya, itulah
yang setimpal. Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena
berdusta atas nama Allah Swt”.
Beriman kepada takdir selalu terkait dengan empat (4) hal yang
selalu berhubungan
dan tidak terpisahkan. Keempat hal itu adalah sikap optimis terhadap takdir terbaik Allah Swt., berikhtiar, berdo’a, dan tawakal.
dan tidak terpisahkan. Keempat hal itu adalah sikap optimis terhadap takdir terbaik Allah Swt., berikhtiar, berdo’a, dan tawakal.
1.
Sikap Optimis akan Takdir Terbaik
Allah Swt.
Mengapa manusia tidak mampu terbang laksana burung,
tumbuh-tumbuhan berkembang subur, lalu layu, dan kering. Rumput-rumput subur
bila selalu disiram dan sebaliknya bila dibiarkan tanpa pemeliharaan akan mati.
Semua contoh tersebut adalah ketentuan Allah Swt. dan itulah yang disebut
Takdir.
Manusia mempunyai kemampuan terbatas sesuai dengan ukuran yang diberikan
Allah Swt. kepadanya. Di samping itu, manusia berada di bawah hukum-hukum
tersebut (Qauliyah dan Kauniyah). Hanya berbeda dengan makhluk selain
manusia, misalnya matahari, bulan, dan planet lainnya, seluruhnya ditetapkan
takdirnya tanpa dapat ditawar-tawar. (Q.S. Fushilat/41:11)
Manusia makhluk yang paling sempurna. Oleh karena itu, ia diberi kemampuan
memilih bahkan pilihannya cukup banyak. Manusia dapat memilih ketentuan
(takdir) Allah Swt. yang ditetapkan keberhasilan atau kemalangan, kebahagiaan
atau kesengsaraan, menjadi orang yang baik atau tidak. (Q.S. al-Kahf/18:29).
Namun, harus diingat bahwa setiap pilihan yang diambil manusia, pada saatnya
akan diminta pertanggungjawaban terhadap pilihannya, karena dilakukan atas
kesadaran sendiri. Firman Allah Swt.:
“Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan
ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang mensucikannya (jiwa itu), dan
sungguh rugi orang yang mengotorinya” (Q.S. asy-Syams/91:8-10).
"Apakah manusia mengira dibiarkan tanpa pertanggungjawaban?” (Q.S. AlQiyamah/75:36).
Beberapa perumpamaan peristiwa ini akan dapat memudahkan dalam memahami
persoalan takdir.
Dikisahkan ketika Umar bin Khattab akan berkunjung ke negeri Syam
(Syiria dan Palestina sekarang) beliau mendengar berita bahwa di sana sedang terjadi
wabah penyakit, sehingga beliau membatalkan rencananya tersebut. Kemudian
seseorang tampil bertanya: “(Apakah Anda lari/menghindar dari takdir
Allah?)” Umar serta merta menjawab: “(Saya lari/menghindari dari takdir Allah
Swt. kepada takdir-Nya yang lain)”
Kisah lain menceritakan bahwa pada zaman Khalifah Umar bin
Khattab, seorang pencuri tertangkap dan dibawa ke hadapan Khalifah Umar. ”Mengapa
Engkau mencuri?” tanya Khalifah. Pencuri itu menjawab, ”memang Allah
sudah menakdirkan saya menjadi pencuri”. Mendengar jawaban demikian, Khalifah
Umar marah, lalu berkata, ” Pukul saja orang ini dengan cemeti, setelah itu
potonglah tangannya!” para sahabat lain bertanya, ” Mengapa hukumnya diberatkan
seperti itu? ”Khalifah Umar menjawab, ”Ya, itulah yang setimpal. Ia wajib
dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena berdusta atas nama
Allah”.
Peristiwa-peristiwa tersebut menunjukkan kesalahan dalam memahami takdir,
padahal dengan tegas Allah Swt. melarangnya. Akhlak yang diajarkan Islam adalah
setiap keburukan yang menimpa merupakan kesalahan kita sebagai manusia,
sementara segala kebaikan dan keberhasilan merupakan anugerah Allah Swt.
2.
Ikhtiar
Ikhtiar adalah berusaha dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati
dalam menggapai cita-cita dan tujuan. Allah Swt. menentukan takdir, kita
sebagai manusia berkewajiban melakukan ikhtiar. Jika Allah Swt. telah
menentukan, mengapa ada ikhtiar?
Perhatikan Firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Anbiyaa’/21:90 :
”Sungguh mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)
perbuatan-perbuatan baik”. Kemudian, dalam Q.S. alMukminuun/23:60,
Allah Swt.
Berfrman:
”Mereka itu bersegera untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan, dan
merekalah orang-orang yang segera memperolehnya”
Dari beberapa ayat di atas, Allah Swt. mendorong manusia untuk
berusaha, berlomba, dan berkompetisi menjadi orang yang tercepat. Siapa pun
yang berusaha dengan sungguh-sungguh, berarti dia sedang menuju keberhasilan. Pepatah
Arab mengatakan “Man jadda wajada”, Artinya:“Siapa pun orangnya yang
bersungguh-sungguh akan memperoleh keberhasilan”.
Rasulullah saw. bersabda: ”Bersegeralah melakukan aktivitas
kebajikan sebelum dihadapkan pada tujuh penghalang. Akankah kalian menunggu
kekafran yang menyisihkan, kekayaan yang melupakan, penyakit yang menggerogoti,
penuaan yang melemahkan, kematian yang pasti, ataukah Dajjal, kejahatan
terburuk yang pasti datang, atau bahkan kiamat yang sangat amat dahsyat?”(HR.
atTirmidzi).
Jika sudah diikhtiarkan namun kegagalan yang diperoleh, maka dalam
hubungan inilah letak “rahasia Ilahi.” Meskipun begitu, Allah Swt. Tidak
menyia-nyiakan semua amal yang sudah dilakukan, walaupun gagal.
Firman Allah Swt.:
“ Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya,
dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan
diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna”. (Q.S.
an-Najm/53:39-41).
Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah mengapa Allah Swt. Mewajibkan
manusia berikhtiar. Walaupun sudah ditentukan Qadha' dan qadarnya,
di pundak manusialah kunci keberhasilan dan keberuntungan hidupnya. Di samping
itu, begitu banyak anugerah yang telah Allah Swt. berikan kepada manusia berupa
naluri, panca indera, akal, kalbu, dan aturan agama, sehingga lengkaplah sudah
bekal yang dimiliki manusia menuju kebahagiaan hidup yang diinginkan.
3.
Doa
Doa adalah ikhtiar batin yang besar pengaruhnya bagi manusia yang meyakininya.
Hal ini karena doa merupakan bagian dari motivasi intrinsik. Bagi yang
meyakini, doa akan memberikan energi dalam menjalani ikhtiarnya, karena Allah
Swt. telah berjanji untuk mengabulkan permohonan orang yang bersungguh-sungguh
memohon. Firman Allah Swt.: “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa,
apabila ia berdoa kepada-Ku, ...” (Q.S. alBaqarah/2:186).
4.
Tawakal
Setelah meyakini dan mengimani takdir, kemudian dibarengi dengan
ikhtiar dan do’a, maka tibalah manusia mengambil sikap tawakal. Tawakal adalah “menyerahkan
segala urusan dan hasil ikhtiarnya hanya kepada Allah Swt.” Dasar pengertian
tawakal diambil diantaranya dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu
Hibban dan Imam Al-Hakim dari Ja’far bin Amr bin Umayah dari ayahnya
Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, ‘Aku lepaskan untaku dan (lalu) aku bertawakal ?’ Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ikatlah kemudian bertawakallah.”
Peristiwa ini menyimpulkan pemahaman bahwa sikap tawakal baru
boleh dilakukan setelah usaha yang sungguh-sungguh sudah dijalankan. Hal ini juga
memberikan pemahaman bahwa tawakal itu terkait erat dengan ikhtiar, atau dapat
disimpulkan bahwa tidak ada tawakal tanpa ikhtiar. Firman Allah Swt.: ”Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah Swt..
Sesungguhnya Allah Swt. menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”(Q.S.Ali-Imran/3:159).
D. Hikmah
Beriman kepada Qadha' dan Qadar
1. Semakin
meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini tidak lepas dari sunnatullah.
2. Semakin
termotivasi untuk senantiasa berikhtiar atau berusaha lebih giat lagi dalam
mengejar cita-citanya.
3. Meningkatkan
keyakinan akan pentingnya peran doa bagi keberhasilan sebuah usaha.
4. Meningkatkan
optimisme dalam menatap masa depan dengan ikhitar yang sungguh-sungguh;
5. Meningkatkan
kekebalan jiwa dalam menghadapi segala rintangan dalam usaha sehingga tidak
berputus asa ketika mengalami kegagalan.
6.
Menyadarkan manusia bahwa dalam kehidupan ini
dibatasi oleh peraturan-peraturan Allah Swt., yang tujuannya untuk kebaikan manusia
itu sendiri. Bersikap optimis, Ikhtiar dan Tawakkal sebagai implementasi
beriman kepada Qada’ dan Qadar Allah Swt.
Menerapkan Perilaku Mulia
Bersikap
optimis, ikhtiar, dan tawakal sebagai implementasi beriman kepada Qadā dan
Qadar Allah Swt. Semua orang berharap untuk mendapatkan sukses atau
kemenangan. Manusia akan hidup dalam dua alam, yaitu dunia dan akhirat.
Kemenangan di akhirat dan kemenangan di dunia adalah sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan, dia bagaikan sisi mata uang yang tidak akan bermakna jika salah
satu sisinya hilang. Bahkan Allah Swt. berfrman yang artinya; ”Barang siapa
yang buta hatinya di dunia, niscaya di akhirat nanti akan lebih buta “(Q.S.al-Isra’/17:72)
Kemenangan bukanlah sesuatu yang tiba-tiba, melainkan sebuah pencapaian yang
perlu perencanaan matang. Perencanaan yang matang sangat dipengaruhi oleh
sejauhmana ketersediaan informasi dalam memprediksi ke depan, sedangkan masa
depan tanpa perencanaan dan rida Allah Swt. adalah sesuatu yang mustahil untuk
sukses. Untuk itu, kita perlu mengkaji bagaimana kita harus mengatur diri kita
agar mendapatkan sukses tersebut. Beriman kepada Qadā dan Qadar menuntun
seseorang untuk berfkir strategis yang dimulai dengan tujuan akhir, yakni kita
inginkan akhir dari seluruh ikhtiar dan aktivitas kita merupakan takdir terbaik
dari Allah Swt. Perilaku seseorang yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Qadha'
dan Qadar Allah Swt. dicerminkan dalam beberapa perilaku seseorang
di antaranya sebagai berikut.
1.
Selalu menjauhkan diri dari sifat sombong dan
putus asa Orang yang beriman kepada Qadha' dan Qadar, apabila
memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata
karena rahmat Allah Swt. Apabila ia mengalami kegagalan, ia tidak mudah
berkeluh kesah dan berputus asa, karena ia menyadari bahwa kegagalan itu
sebenarnya adalah ketentuan Allah Swt. Ia menyadari bahwa di balik kegagalan
ada hikmah.
2.
Banyak bersyukur dan bersabar Orang yang
beriman kepada Qadha' dan Qadar, apabila mendapat keberuntungan,
maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu
merupakan nikmat Allah Swt. yang harus disyukuri. Sebaliknya, apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian. Perhatikan lagi Firman Allah Swt. Q.S.at-Taubat/9:51!
merupakan nikmat Allah Swt. yang harus disyukuri. Sebaliknya, apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian. Perhatikan lagi Firman Allah Swt. Q.S.at-Taubat/9:51!
3.
Bersikap optimis dan giat bekerja Manusia
tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan
bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi
harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada Qadha' dan Qadar
senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan
keberhasilan itu. Perhatikan kembali Firman Allah Q.S.Ali-Imran/3:159!
4. Selalu
tenang jiwanya Orang yang beriman kepada Qadha' dan Qadar senantiasa
tenang hidupnya, sebab ia selalu senang atas apa yang ditentukan Allah Swt. kepadanya.
Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur.
Disalin dari : Buku PAI Dan Budi Pekerti Edisi
Revisi 2017 Kemdikbud
EVALUASI
Pilihlah
jawaban yang tepat
1. Perhatikanlah
Q.S. al-Furqan/25:2 di bawah ini!
وَخَلَقَ
كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا
Makna yang terkandung dalam ayat tersebut adalah
bahwa Allah Swt. yang sudah menciptakan segala sesuatu, dan Allah Swt. juga
yang sudah menentukan . . . .
a.
ukuran-ukurannya
b.
panjang pendeknya
c.
posisi-posisinya
d.
besar kecilnya
e.
baik buruknya
2. Akhlak
yang diajarkan Agama Islam dalam memahami Qadha' dan Qadar adalah
. . . .
a.
setiap keburukan kesalahan manusia dan kebaikan adalah anugerahNya
b.
berbuat baiklah, sebagaimana Anda ingin diperlakukan dengan baik
c.
keteladanan merupakan kunci keberhasilan pergaulan sesama
d.
sibukkanlah mencari kekurangan yang ada dalam diri
e.
kesuksesan dunia menentukan kesuksesan akhirat
3. Pernyataan
yang termasuk dalam contoh ketentuan dari takdir mubramadalah . . . .
a.
hidup yang benar, beriman atau kafr, sukses atau gagal, sedih atau gembira
b.
karier yang bagus, rumah tangga yang sejahtera, anak-anak yang salih
c.
kaya dan miskin, cerdas dan bodoh, sehat dan sakit, sejahtera dan sengsara
d.
saat kematian datang , kelahiran, jenis kelamin, siapa orang tua kita
e.
harapan serta cita-cita, harta, jabatan, ilham, dan ilmu pengetahuan
4. Tidak
semua doa yang dipanjatkan dikabulkan oleh Allah Swt. Pernyataan di bawah ini
kemungkinan belum dikabulkannya doa tersebut, kecuali . . .
a.
saatnya belum tepat
b.
sebagai tabungan di akhirat
c.
ditangguhkan sampai di akhirat
d.
tidak baik hasilnya
e.
sebagai hukuman
5. Perhatikanlah
pernyataan berikut ini!
1)
Penuh optimis dalam menjalani hidup
2)
Senantiasa berorientasi kepada prestise
3)
Tidak memiliki harga diri dalam bergaul
4)
Pandai memanfaatkan kesempatan dalam hidup
5)
Memiliki etos kerja yang tinggi dalam beraktivitas
6)
Tidak mudah putus asa bila menghadapi kegagalan
Pernyataan di atas yang tidak termasuk hikmah
beriman kepada Qadha' dan Qadar adalah nomor . . . .
a.
1), 2) dan 4)
b.
2), 3) dan 5)
c.
2), 3) dan 4)
d.
1), 4) dan 6)
e.
1), 5) dan 6)
Tugas
1. Jelaskan
hubungan antara takdir, ikhtiar, doa dan tawakal!
2. Mengapa
manusia diwajibkan ikhtiar!
3. Mengapa
Rasulullah saw. dan sahabat utama beliau tidak pernah mempersoalkan takdir?
Urutkan jawabanmu!
4. Sebutkan
5 macam anugerah Allah Swt. yang telah diberikan manusia sebagai bekal agar
tidak salah dalam menempuh kehidupannya!
5. Salinlah,
terjemahkan, dan jelaskan kandungan isi dari Q.S. an Najm/43:39-42?
6. Mengapa
manusia harus bertawakal? Jelaskan!
7. Jelaskan
manfaat berdoa bagi orang beriman!
8. Sebutkan
fungsi beriman kepada Qadha' dan Qadar!
9. Mengapa
tidak semua doa yang dipanjatkan selalu dikabulkan Allah Swt.?Jelaskan!
10. Kapan
waktu yang tepat untuk memanjatkan doa kepada Allah Swt.?