Meraih Kasih Allah dengan Ihsan
tongkronganislami.net
Membuka Relung Kalbu
Hanya
karena kebaikan (Ihsan) Allah Swt. Kepada manusia, Dia ciptakan alam dan
segala isinya untuk manusia. Lautan dengan aneka ragam ikannya, hutan dengan
aneka satwanya, dan semua yang mengitari kita dengan segenap flora dan faunanya.
Untuk kita, manusia.
Dan
karena ada kedua orang tua, kita semua terlahir ke dunia ini. Dengan kasih
keduanya yang tiada batas kita dibelai. Dengan segala daya yang dimiliki
keduanya, kita diharap tumbuh dan menjadi kuat. Tak ada kata lelah untuk
memenuhi hajat kita, meski harus kehabisan nafas mereka.
Jika
demikian masalahnya, apa tidak semestinya kita bersujud dengan tulus hanya
kepada Allah Swt. atas segala yang dianugerahkan kepada kita? Apa tidak
seharusnya pula kita memberikan bakti kita setuntastuntasnya kepada kedua orang
tua kita?
Jika
semua itu adalah kebaikan, maka tidak ada lain yang harus kita lakukan untuk Allah
Swt. dan orang tua kita, kecuali kebaikan.
هَلْ جَزَاءُ
الْإِحْسَانِ إِلَّا الِّإحْسَانُ
“Bukankah balasan kebaikan adalah kebaikan
(pula)?” (Q.S.ar-Rahman/55:60).
A. Mengkritisi
Sekitar Kita
Kritisi realitas kehidupan di
bawah ini!
1. Anak
yatim perlu disantuni. Sejalan dengan pernyataan tersebut, banyak orang meminta-minta
mengatasnamakan anak yatim atau panti yatim/asuhan. Bagaimana komentarmu
melihat kondisi demikian?
2. Banyak
orang menebang pohon sesukanya dan tidak tanggung jawab, demi kepentingan
pribadi. Akibatnya, banjir, tanah longsor, dan korban di sana-sini. Jika hal
ini merupakan masalah, sosial, apa solusinya menurutmu?
3. Demikian
pula di laut. Para nelayan yang mata pencaharian tergantung kepada hasil laut,
berlomba untuk mendapatkan buruan sebanyak-banyaknya. Demi tujuannya itu,
banyak di antara mereka menggunakan cara-cara yang merusak kehidupan laut dan
mengancam masa depan mereka sendiri. Bagaimana menurut pendapatmu?
B. Menganalisis
dan Mengevaluasi Makna Q.S. al-Baqarāh/2:83 tentang Berbuat Baik kepada
Sesama dan Hadis Terkait
Pengertian Ihsan dari sisi
kebahasaan, kata Ihsan berasal dari kata kerja (f’il)
Hasuna-Yahsunu-Hasanan, artinya baik. Kemudian mendapat tambahan hamzah di
depannya, menjadi Ahsana-Yuhsinu-Ihsanan, artinya memperbaiki atau
berbuat baik. Menurut istilah, Ihsan pada umumnya diberi pengertian dari
kutipan percakapan Nabi
Muhammad saw. dengan malaikat Jibril ketika beliau menjelaskan makna Ihsan,
yaitu.
قَالَ
: أَنْ تَعْبُدَاللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَاِنَّهُ
يَرَاكَ (رواه مسلم)
“… Rasulullah saw
bersabda: ‘Kamu beribadah kepada Allah, seolah-olah kamu melihat-Nya, jika kamu
tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Ia melihatmu’…” (HR. Muslim).
Jadi, Ihsan adalah
menyembah Allah Swt. seolah-olah melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu
membayangkan melihat-Nya, maka membayangkan bahwa sesungguhnya Allah Swt.
melihat perbuatan kita. Dengan kata lain, Ihsan adalah beribadah dengan
ikhlas, baik yang berupa ibadah khusus (seperti salat dan sejenisnya) maupun
ibadah umum (aktivitas sosial).
1. Membaca
dengan Tartil Ayat al-Qur’an dan Terjemahnya yang Mengandung
Perintah Berlaku Ihsan
Banyak ayat dan hadis yang
memerintahkan agar kita berbuat Ihsan. Salah satu ayat yang akan kita
bahas lebih lanjut terkait dengan perintah Ihsan adalah frman Allah Swt.
berikut.
وَإِذْ
أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرآئِيلَ لاَ تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ
تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil,
“Janganlah kamu menyembah selain Allah Swt., dan berbuat baiklah kepada kedua
orangtua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-oang miskin. Dan bertuturkatalah
yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat.” Tetapi
kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan
kamu (masih menjadi) pembangkang” (Q.S. al-Baqarah/2:83).
2.
Penerapan Tajwid
Bacaan
|
Hukum Bacaan
|
Alasan
|
إِسْرآئِيلَ
|
Mad
wajib Muttashil
|
Mad
thabii diikuti hamzah pada satu kalimat
|
وَبِالْوَالِدَيْنِ
|
Ali
lam qomariyah
|
Alif
lam sukun
diikuti huruf wau
|
إِحْسَانً
|
Mad
iwad
|
Tanwin
fathah dibaca waqaf
|
قَلِيلًا مِنْكُمْ
|
Idgham
bighunah
|
Tanwin
diikuti huruf mim
|
مُعْرِضُونَ
|
Mad
arid lissukun
|
Mad
thabii diikuti huruf yang disukunkan
|
3.
Kosa Kata Baru
Kata
|
Arti
|
Kata
|
Arti
|
أَخَذْنَا
|
Kami
mengambil
|
لِلنَّاسِ
|
Kepada
manusia
|
مِيثَاقَ
|
Janji
|
حُسْنًا
|
Yang
baik/Kebaikan
|
لاَ تَعْبُدُونَ
|
Janganlah
kamu menyembah
|
وَأَقِيمُوا الصَّلَاة
|
Dan
dirikanlah shalat
|
إِلَّا اللَّهَ
|
Kecuali
kepada Allah
|
وَآتُوا الزَّكَاةَ
|
Dan
tunaikanlah zakat
|
إِحْسَانًا
|
Berbuat
baik
|
ثُمَّ
|
Kemudian
|
وَذِي الْقُرْبَى
|
Kerabat
|
تَوَلَّيْتُمْ
|
Kalian
berpaling
|
وَالْيَتَامَى
|
Anak
yatim
|
إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ
|
Kecuali
sebagian kecil dari kalian
|
وَالْمَسَاكِينِ
|
Orang
miskin
|
وَأَنْتُمْ
|
Kamu
sekalian
|
وَقُولُوا
|
Katakanlah
|
مُعْرِضُونَ
|
Para
pembangkang
|
4.
Tafsir/Penjelasan Ayat
Dalam ayat di atas Allah Swt.
mengingatkan Nabi Muhammad saw. atas janji Bani Israil yang harus mereka
penuhi, yaitu bahwa mereka tidak akan menyembah sesuatu selain Allah Swt..
Setelah itu disusul dengan perintah berbuat baik kepada orang tua, amal
kebajikan tertinggi, karena melalui kedua orang tua itulah Allah Swt.
menciptakan manusia.
Sesudah Allah Swt. menyebut
hak kedua orang tua, disebutkan pula hak kerabat (kaum keluarga), yaitu berbuat
kebajikan kepada mereka. Kemudian Allah Swt. menyebut hak orang-orang yang
memerlukan bantuan, yaitu anak yatim dan orang miskin. Allah Swt. mendahulukan
menyebut anak yatim daripada orang miskin karena orang miskin dapat berusaha
sendiri, sedangkan anak yatim karena masih kecil belum sanggup untuk itu.
Setelah memerintahkan berbuat
baik kepada orang tua, keluarga, anak yatim, dan orang miskin, Allah Swt.
memerintahkan agar mengucapkan kata-kata yang baik kepada sesama manusia.
Kemudian Allah Swt.
memerintahkan kepada Bani Israel agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat.
Ruh salat itu adalah keikhlasan dan ketundukan kepada Allah Swt.. Tanpa ruh itu
salat tidak ada maknanya apa-apa. Orang-orang Bani Israil mengabaian ruh
tersebut dari dulu hingga turun al-Qur’an, bahkan sampai sekarang.
Demikian juga dengan zakat. Kewajiban zakat bagi kaum Bani Israel juga mereka
ingkari. Hanya sedikit orang-orang yang mau mentaati perintah Allah Swt. pada
masa Nabi Musa dan pada setiap zaman.
Pada akhir ayat ini Allah
Swt. menyatakan, “dan kamu (masih menjadi) pembangkang”. Ini menunjukkan
kebiasaan orang-orang Bani Israil dalam merespons perintah Allah Swt., yaitu
“membangkang”, sehingga tersebarlah kemungkaran dan turunlah azab kepada
mereka.
Hadis yang terkait dengan
perintah berbuat Ihsan juga banyak sekali. Setiap hadis yang mengandung
perintah berbuat baik kepada sesama manusia, melarang berbuat kerusakan, atau
perintah beribadah kepada Allah Swt., itu semua merupakan perintah berbuat Ihsan.
Di antara hadis yang dengan tegas menyatakan agar kita berbuat Ihsan adalah
sabda Rasulullah saw. berikut.
عَنْ
شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ ثِنْتَانِ حَفِضْتُهُمَا عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَلَ : اِنَّ اللَهَ كَتَبَ الْاِنسَاَنَ عًلًى كُلِّ
شَيْءٍ فَاِذَا قَتَلتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَاِذَا ذَبَحْتُمْ
فَأَحْسِنُوأالذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفرَتَهُ فَلْيُرِحْ
ذَبِيْحَتَهُ... (رواه مسلم)
“Dari Syadad bin Aus,
bahwa Rasulullah saw. bersabda:“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat
Ihsan atas segala sesuatu, maka apabila kamu membunuh hendaklah membunuh dengan
cara yang baik, dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang
baik dan hendaklah menajamkan pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya”.
(HR. Muslim).
Dalam hadis di atas
Rasulullah menegaskan bahwa sikap dan perilaku Ihsan itu diperintahkan
oleh Allah Swt. dalam semua bidang kehidupan. Pada surat al Baqarah terdapat
contoh pihak-pihak yang berhak mendapat perlakuan Ihsan.
Lebih lanjut, dalam hadis ini
Rasulullah saw. memberikan contoh lain tentang cara berlaku Ihsan. Jika
harus membunuh (dalam peperangan), maka harus dilakukan dengan baik, dilakukan
karena Allah Swt., bukan karena dendam atau yang lain, dan tidak pula
menganiaya. Bahkan jika musuh menyerah, maka tidak boleh
dibunuh.
dibunuh.
Kemudian pada bagian akhir
dari hadis, Rasulullah saw. mengajarkan cara berlaku Ihsan kepada
binatang dengan menjelaskan adab menyembelih, yaitu agar pisau ditajamkan dan
binatang yang mau disembelih pun dibuat senang, dengan memberikan makan yang
cukup. Jika binatang saja harus dipelakukan demikian, apalagi sesama manusia.
almaljariah.org
C. Keterkaitan
Kewajiban Beribadah dan Bersyukur kepada Allah Swt. dengan Berbuat Baik
terhadap Sesama Manusia sesuai Q.S. al-Baqārah/2:83
Kepada siapa kita harus
berlaku Ihsan? Dilihat dari objeknya (pihak-pihak yang berhak mendapat
perlakuan baik/Ihsan dari kita), kita harus berbuat Ihsan kepada Allah
Swt. sebagai Sang Pencipta dan juga kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya, sebagaimana
sabda Rasulullah saw. : “Sesungguhnya Allah Swt. telah mewajibkan berbuat Ihsan
atas segala sesuatu…” (HR. Muslim).
Secara lebih rinci,
pihak-pihak yang berhak mendapatkan Ihsan ialah sebagai berikut.
1. Ihsan
kepada Allah
Swt.
Yaitu berlaku Ihsan dalam
menyembah/beribadah kepada Allah Swt., baik dalam bentuk ibadah khusus yang
disebut ibadah mahdhah (murni, ritual), seperti salat, puasa, dan
sejenisnya, ataupun ibadah umum yang disebut dengan ibadah gairu mahdhah (ibadah
sosial), seperti belajar-mengajar, berdagang, makan, tidur, dan semua perbuatan
manusia yang tidak bertentangan dengan aturan agama. Berdasarkan hadis tentang Ihsan
di atas, Ihsan kepada Allah Swt. mengandung dua tingkatan berikut
ini.
a. Beribadah
kepada Allah Swt. seakan-akan melihat-Nya.
Keadaan ini merupakan
tingkatan Ihsan yang paling tinggi, karena dia berangkat dari sikap
membutuhkan, harapan, dan kerinduan. Dia menuju dan berupaya mendekatkan diri
kepada-Nya.
b. Beribadah
dengan penuh keyakinan bahwa Allah Swt. melihatnya.
Kondisi ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, karena sikap Ihsannya didorong dari rasa diawasi dan takut akan hukuman.
Kondisi ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, karena sikap Ihsannya didorong dari rasa diawasi dan takut akan hukuman.
Kedua jenis Ihsan inilah
yang akan mengantarkan pelakunya kepada puncak keikhlasan dalam beribadah
kepada Allah Swt., jauh dari motif riya’.
2. Ihsan
kepada
Sesama Makhluk Ciptaan Allah Swt.
Allah berfrman:
وَأَحْسِنْ
كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ
اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“…dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah Swt. Telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah Swt. tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan” (Q.S
al-Qashash/28:77).
Dari berbagai ayat dan hadis,
berbuat kebajikan (Ihsan) kepada sesama makhluk Allah Swt. meliputi
seluruh alam raya ciptaan-Nya. Lebih kongkritnya seperti penjelasan berikut:
a.
Ihsan kepada
Kedua Orang Tua
Allah Swt. berfrman:
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا
يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا
أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا (23) وَاخْفِضْ لَهُمَا
جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
(24)
“Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekalikali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan” dan ucapkanlah: “Wahai
Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua mendidik aku di
waktu kecil.” (Q.S. al-Isra’/17:23-24)
Dalam sebuah hadis riwayat
at-Tirmizi, dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw. bersabda (artinya): “Keridhaan
Allah Swt. berada pada keradhaan orang tua, dan kemurkaan Allah Swt. berada
pada kemurkaan orang tua” (HR. at-Tirmizi).
Berbuat baik kepada kedua
orangtua ialah dengan cara mengasihi, memelihara, dan menjaga mereka dengan
sepenuh hati serta memenuhi semua keinginan mereka selama tidak bertentangan
dengan aturan Allah Swt.. Mereka telah berkorban untuk kepentingan anak mereka sewaktu
masih kecil dengan perhatian penuh dan belas kasihan. Mereka mendidik dan
mengurus semua keperluan anak-anak ketika masih lemah. Selain itu, orang tua
memberian kasih sayang yang tidak ada tandingannya. Jika demikian, apakah tidak
semestinya orangtua mendapat perlakuan yang baik pula sebagai imbalan dari budi
baiknya yang tulus itu? Sedangkan Allah Swt. telah menegaskan dalam frmanNya,
هَلْ
جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ
“Tidak ada balasan untuk
kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (Q.S. ar Rahman/ 55:60).
b.
Ihsan kepada
Kerabat Karib
Menjalin hubungan baik dengan
karib kerabat adalah bentuk Ihsan kepada mereka, bahkan Allah Swt.
menyamakan seseorang yang memutuskan hubungan silaturahmi dengan perusak di
muka bumi. Allah Swt. berfrman:
فَهَلْ
عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ وَتُقَطِّعُوا
أَرْحَامَكُمْ
“Maka apakah kiranya jika
kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?”
(Q.S. Muhammad/ 47:22).
Silaturahmi merupakan kunci
mendapatkan keridhaan Allah Swt. Sebab paling utama terputusnya hubungan
seorang hamba dengan Tuhannya adalah karena terputusnya hubungan silaturahmi.
Dalam hadis qudsi, Allah Swt. berfrman: “Aku adalah Allah Swt., Aku adalah
Rahman, dan Aku telah menciptakan rahim yang Kuberi nama bagian dari nama-Ku.
Maka, barangsiapa yang menyambungnya, akan Kusambungkan pula baginya dan
barangsiapa yang memutuskannya, akan Kuputuskan hubunganKu dengannya.” (HR.
at-Tirmizi).
c.
Ihsan kepada
Anak Yatim
Berbuat baik kepada anak
yatim ialah dengan cara mendidiknya dan memelihara hak-haknya. Banyak ayat dan
hadis menganjurkan berbuat baik kepada anak yatim, di antaranya adalah sabda
Rasulullah saw.: “Aku dan orang yang memelihara anak yatim di surga kelak
akan seperti ini… (seraya menunjukkan jari telunjuk jari tengahnya).” (HR.
al-Bukhari, Abu Dawud, dan at-Tirmizi).
d.
Ihsan kepada
Fakir Miskin
Berbuat Ihsan kepada
orang miskin ialah dengan memberikan bantuan kepada mereka terutama pada saat
mereka mendapat kesulitan. Rasulullah bersabda,”Orang-orang yang menolong
janda dan orang miskin, seperti orang yang berjuang di jalan Allah Swt..” (HR.
Muslim dari Abu Hurairah).
e.
Ihsan Kepada
Tetangga
Ihsan kepada tetangga dekat
meliputi tetangga dekat dari kerabat atau tetangga yang berada di dekat rumah,
serta tetangga jauh, baik jauh karena nasab maupun yang berada jauh dari rumah.
Teman sejawat adalah yang
berkumpul dengan kita atas dasar pekerjaan, pertemanan, teman sekolah atau
kampus, perjalanan, ma’had, dan sebagainya. Mereka semua masuk ke dalam
kategori tetangga. Seorang tetangga kafr mempunyai hak sebagai tetangga saja,
tetapi tetangga muslim mempunyai dua hak, yaitu sebagai tetangga dan sebagai muslim,
sedang tetangga muslim dan kerabat mempunyai tiga hak, yaitu sebagai tetangga,
sebagai muslim, dan sebagai kerabat.
Rasulullah saw. bersabda: “Demi
Allah Swt., tidak beriman, demi Allah Swt., tidak beriman. ”Para sahabat
bertanya: “Siapakah yang tidak beriman, ya Rasulullah?” Beliau menjawab:
“Seseorang yang tidak aman tetangganya dari gangguannya.” (HR. al-Syaikhani).
Pada hadis yang lain,
Rasulullah saw bersabda, “Tidak beriman kepadaku barangsiapa yang kenyang
pada suatu malam, sedangkan tetangganya kelaparan, padahal ia
megetahuinya.”(HR. At-Thabranini).
f.
Ihsan kepada
Tamu
Ihsan kepada tamu, secara umum
adalah dengan menghormati dan menjamunya. Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa
beriman kepada Allah Swt. dan Hari Akhir, hendaklah memuliakan tamunya.” (HR.
Jama’ah, kecuali Nasa’i).
Tamu yang datang dari tempat
yang jauh, termasuk dalam sebutan ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan
jauh). Cara berbuat Ihsan terhadap ibnu sabil dengan memenuhi
kebutuhannya, menjaga hartanya, memelihara kehormatannya, menunjukkan jalan
jika ia meminta.
g. Ihsan
kepada
Karyawan/Pekerja
Kepada karyawan atau orang-orang
yang terikat perjanjian kerja dengan kita, termasuk pembantu, tukang, dan
sebagainya, kita diperintahkan agar membayar upah mereka sebelum keringat
mereka kering (segera), tidak membebani mereka dengan sesuatu yang mereka tidak
sanggup melakukannya. Secara umum kita juga harus menghormati dan menghargai
profesi mereka.
h. Ihsan
kepada
Sesama Manusia
Rasulullah saw. bersabda: “Barang
siapa beriman kepada Allah Swt. Dan Hari Kiamat, hendaklah ia berkata yang baik
atau diam.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Wahai manusia, hendaklah kita
melembutkan ucapan, saling menghargai satu sama lain dalam pergaulan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran. Menunjuki jalan jika ia tersesat,
mengajari mereka yang bodoh, mengakui hak-hak mereka, dan tidak mengganggu mereka
dengan tidak melakukan hal-hal yang dapat mengusik serta melukai mereka.
i.
Ihsan kepada
Binatang
Berbuat Ihsan terhadap
binatang adalah dengan memberinya makan jika ia lapar, mengobatinya jika ia
sakit, tidak membebaninya di luar kemampuannya, tidak menyiksanya jika ia
bekerja, dan mengistirahatkannya jika ia lelah. Bahkan, pada saat menyembelih, hendaklah
dengan menyembelihnya dengan cara yang baik, tidak menyiksanya, serta
menggunakan pisau yang tajam. “…Maka apabila kamu membunuh hendaklah
membunuh dengan cara yang baik, dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah
dengan cara yang baik dan hendaklah menajamkan pisaunya dan menyenangkan hewan
sembelihannya”. (HR. Muslim).
j. Ihsan
kepada Alam
Sekitar
Alam raya beserta isinya
diciptakan untuk kepentingan manusia. Untuk kepentingan kelestarian hidup alam
dan manusia sendiri, alam harus dimanfaatkan dengan penuh rasa tanggungjawab.
Allah Swt. berfrman:
وَأَحْسِنْ
كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلاَ تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ
لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Swt.
Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah Swt. tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(Q.S. al-Qashash/28:77).
muslim.or.id
D. Hikmah
dan Manfaat Ihsan
“Kebaikan
akan berbalas kebaikan”, adalah janji Allah Swt. dalam al-Qur’an.
Berbuat Ihsan adalah tuntutan kehidupan kolektif. Karena tidak ada
manusia yang dapat hidup sendiri, maka Allah Swt. menjadikan saling
berbuat baik sebagai sebuah keniscayaan. Berbuat baik (Ihsan) kepada
siapa pun, akan menjadi stimulus terjadinya “balasan” dari kebaikan yang
dilakukan. Demikianlah, Allah Swt. membuat sunah (aturan) bagi alam ini, ada
jasa ada balas. Semua manusia diberi “nurani” untuk berterima kasih dan
keinginan untuk membalas budi baik. Peristiwa di samping hanya sedikit dari
percikan hikmah Ihsan. Simak dan renungkanlah!
Menerapkan Perilaku Mulia
Sikap
dan perilaku terpuji yang harus dikembangkan terkait dengan Ihsan ialah semua
perbuatan baik kepada Allah Swt. dan kepada sesama makhluk ciptaanNya. Secara
ringkas perilaku tersebut ialah sebagai berikut.
risalahnet
1.
Melakukan ibadah ritual (salat, zikir, dan
sebagainya) dengan penuh kekhusyukan dan keikhlasan.
2.
Birrul walidain (berbuat baik kepada kedua
orangtua), dengan mengikuti semua keinginannya jika memungkinkan, dengan syarat
tidak bertentangan dengan aturan Allah Swt.
3.
Menjalin hubungan baik dengan kerabat.
4.
Menyantuni anak yatim dan fakir miskin.
5.
Berbuat baik kepada tetangga.
6.
Berbuat baik kepada teman sejawat.
7.
Berbuat baik kepada tamu dengan memberikan
jamuan dan penginapan sebatas kemampuan.
8.
Berbuat baik kepada karyawan/pembantu dengan
membayarkan upah sesuai perjanjian.
9.
Membalas semua kebaikan dengan yang lebih baik.
10.
Membalas kejahatan dengan kebaikan, bukan dengan
kejahatan serupa.
11.
Berlaku baik kepada binatang, dengan memelihara
atau memperlakukannya dengan baik. Jika menyembelih ataupun membunuh, lakukan
dengan adab yang baik dan tidak ada unsur penganiayaan.
11. Menjaga kelestarian lingkungan, baik daratan
maupun lautan dan tidak melakukan tindakan yang merusak.