Beribadah (Materi Kelas XII)
Menyembah Allah sebagai
Ungkapan Rasa Syukur
Ungkapan Rasa Syukur
Republika.co.id
Membuka Relung
Kalbu
Alam raya dan seisinya diciptakan oleh Allah Swt. untuk
makhluk-Nya yang bernama manusia. Semua fasilitas yang ada di muka bumi ini
diberikan secara cuma-cuma. Terlalu banyak kenikmatan yang dianugerahkan Allah
Swt. Kepada manusia, dan tak seorangpun mampu menghitungnya, meskipun
menggunakan alat hitung tercanggih. Perhatikan frman Allah Swt. berikut!
وَآتَاكُمْ
مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لاَ تُحْصُوهَا
إِنَّ الإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala
apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah Swt.,
tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim
dan sangat mengingkari (nikmat Allah Swt.)” (Q.S. Ibrahim/14:34).
Meskipun begitu banyak karunia diberikan untuk manusia, namun
hanya sedikit manusia yang menyadari dan mengakui karunia tersebut. Padahal,
andai saja semua manusia mau sedikit memikirkan apa yang ada pada diri mereka,
niscaya mereka akan merasa begitu kaya raya dengan nikmat Allah Swt. yang tak
ternilai harganya. Dari ujung rambut hingga ujung kaki, semuanya diberikan
Allah Swt., secara cuma–cuma. Dari semua anugerah itu, Allah Swt. hanya meminta
manusia agar berterimakasih kepada-Nya dengan cara menyembah-Nya tanpa menyekutukan-Nya
dengan apapun. Satu hal yang harus dipahami oleh manusia, bahwa Allah Swt.
memerintahkan untuk menyembah-Nya sama sekali bukan untuk kepentingan Allah
Swt., karena ketaatannya tidak menambah kemuliaan Allah Swt. dan kekafrannya
tidak akan mengurangi keagungan-Nya. Kewajiban ibadah itu justru untuk
kepentingan manusia itu sendiri. Bagi yang sadar dan bersyukur, Allah Swt.
telah menyiapkan surga bagi mereka, dan bagi yang mengingkari nikmat-Nya, Dia
juga telah menyiapkan neraka sebagai konsekuensi perbuatannya di dunia.
Bersyukur atau kufur, itu pilihan. Apapun pilihan kalian, akibatnya akan
kembali kepada kalian juga.
A.
Mengkritisi Sekitar
Kita
1. Pada
umumnya, ketika dalam keadaan sehat manusia tidak menyadari bahwa kesehatan itu
adalah nikmat dari Allah yang harus disyukuri. Manusia cenderung menganggap bahwa
itu semua hal biasa dalam kehidupan, ada sehat dan ada sakit. Oleh karena itu,
mereka tidak merasa perlu untuk bersyukur karena adanya kesehatan itu. Bagaimana
menurut kalian?
2. Semua
anak terlahir dari seorang ibu. Tetapi banyak di antara mereka yang kemudian
lupa kepada jasa dan pengorbanan sang ibu. Banyak kasus penghinaan,
penganiayaan, dan penistaan terhadap orang tua, terutama ibu. Salah satu
contohnya adalah seorang anak yang menuntut ibunya yang sudah renta ke
pengadilan karena kesalahpahaman dalam masalah harta. Akhirnya, sisa hidup yang
semestinya dapat dinikmati oleh sang ibu sebagai bentuk bakti seorang anak,
justru menjadi pesakitan gara-gara tuntutan anaknya. Bagaimana kalian
menecermati kasus-kasus demikian dan sejenisnya?
B. Menganalisis dan Mengevaluasi Makna Q.S. Luqmān/31:13-14 dan
Hadis tentang Kewajiban Beribadah dan Bersyukur kepada Allah
1. Membaca Q.S.
Luqmãn/31:13-14.
Bacalah Q.S.
Luqmān/31:13-14 kemudian pelajari baik-baik isi kandungan dan tafsir
terkait!
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لاَ
تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13) وَوَصَّيْنَا الإِنْسَانَ
بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ
أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14)
Dan (ingatlah)
ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah Swt., sesungguhnya
mempersekutukan (Allah Swt.) adalah benar-benar kezaliman yang besar. Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua
orangtuamu, hanya kepada-Ku lah kembalimu” (Q.S.Luqman/31:13-14).
2.
Penerapan Tajwid
Bacaan
|
Hukum Bacaan
|
Alasan
|
قَالَ
|
Mad Thabii
|
Fathah dikiti alif
|
لِابْنِهِ
|
Qalqalah sugra
|
Huruf ba sukun di tengah kata
|
يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ
|
Mad shilah qasirah
|
Huruf ha dhamir berharakat didahului huruf berharakat
dan diikuti huruf selain hamzah
|
لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
|
Mad arid lissukun
|
Mad thabii diikuti huruf yang diwakafkan
|
وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ
|
Idzhar halqi
|
Tanwin diikuti huruf ‘ain
|
3.
Kosa Kata Baru
Kata
|
Arti
|
Kata
|
Arti
|
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ
|
Ketika luqman berkata
|
بِوَالِدَيْهِ
|
Kepad orang tuanya
|
لِابْنِهِ
|
Kepada anknya
|
حَمَلَتْهُ أُمُّهُ
|
Ibunya yang mengandungnya
|
يَعِظُهُ
|
Menasihatinya
|
وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ
|
Lemah semakin lemah
|
يَا بُنَيَّ
|
Wahai anakku
|
وَفِصَالُهُ
|
Menyapihnya
|
لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ
|
Janganlah kau menyekutukan Allah
|
فِي عَامَيْنِ
|
Dalam dua tahun
|
إِنَّ الشِّرْكَ
|
Sesungguhnya syirik itu
|
أَنِ اشْكُرْ لِي
|
Bersyukurlah kepadaku
|
لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
|
Kesesatan yang nyata
|
وَلِوَالِدَيْكَ
|
Dan kepada kedua orang tuamu
|
وَوَصَّيْنَا
|
Kami wasiatkan
|
إِلَيَّ
|
Kepada-Ku
|
الإِنْسَانَ
|
Manusia
|
الْمَصِيرُ
|
Tempat kembali
|
4.
Penjelasan Surat.
Surat Luqman
adalah surah yang turun sebelum Nabi Muhammad saw. Berhijrah ke Madinah. Semua
ayat-ayatnya Makiyah. Demikian pendapat mayoritas ulama. Dinamakan surat ini
dengan Luqman dikarenakan surat itu mengandung berbagai wasiat dan nasehat yang
disampaikan Luqman kepada anaknya. Luqman yang disebut oleh surah ini adalah
seorang tokoh yang
diperselisihkan identitasnya.
diperselisihkan identitasnya.
Orang Arab
mengenal dua tokoh yang bernama Luqman. Pertama, Luqman Ibn
A’d. Tokoh ini mereka agungkan karena wibawa, kepemimpinan, ilmu, kefasihan, dan kepandaiannya. Ia kerap kali dijadikan sebagai pemisalan dan perumpamaan.
A’d. Tokoh ini mereka agungkan karena wibawa, kepemimpinan, ilmu, kefasihan, dan kepandaiannya. Ia kerap kali dijadikan sebagai pemisalan dan perumpamaan.
Tokoh kedua
adalah Luqman al-Hakim yang terkenal dengan kata-kata bijak dan perumpamaan-perumpamaannya.
Sepertinya dialah yang dimaksud oleh surat ini.
Diriwayatkan
bahwa Suwayd ibn ash-Shamit suatu ketika datang ke Mekah. Ia adalah seorang
yang cukup terhormat di kalangan masyarakatnya. Lalu Rasulullah saw.
mengajaknya untuk memeluk agama Islam. Suwayd berkata kepada Rasulullah saw.,
”Mungkin apa yang ada padamu itu sama dengan apa yang ada padaku” Rasulullah
saw. Bersabda, ”Apa yang ada padamu?” Ia menjawab, ”Kumpulan Hikmah Luqman”.
Kemudian Rasulullah saw. bersabda, ”Tunjukkanlah kepadaku” Suwayd pun
menunjukkannya, lalu Rasulullah saw. bersabda, ”Sungguh perkataan yang amat
baik! Tetapi apa yang ada padaku lebih baik dari itu.
Itulah al-Qurān yang diturunkan Allah Swt. kepadaku untuk menjadi petunjuk dan cahaya”. Rasulullah saw. kemudian membacakan al-Qurān kepadanya dan mengajaknya memeluk Islam.
Dalam ayat ini,
Luqman memulai nasihatnya dengan menekankan perlunya menghindari
syirik/mempersekutukan Allah Swt.. Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran
tentang wujud dan keesaan Allah Swt.
Pesannya
merupakan larangan jangan mempersekutukan Allah Swt. Untuk menekankan perlunya
meninggalkan sesuatu yang buruk sebelum melaksanakan yang baik.
5.
Tafsir/Penjelasan Ayat
Dalam ayat di
atas Allah Swt. menginformasikan tentang wasiat Luqman kepada anaknya. Wasiat
pertama adalah agar menyembah Allah Swt. Yang Maha Esa tanpa menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apa pun. Luqman memperingatkan bahwa tindakan syirik adalah
bentuk kezaliman terbesar. Al-Bukhari meriwayatkan dari Abdullah, dia berkata,
ketika turun ayat:
“Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampurkan keimanan mereka dengan kezaliman’, hal itu
terasa amat berat bagi para sahabat Rasulullah saw. Dan bertanya: ‘siapakah di
antara kami yang tidak mencampur keimanannya dengan
kezaliman?’, Rasulullah saw. menjawab: ‘maksudnya bukan begitu, apakah kalian tidak mendengar perkataan Luqman: ‘Hai anakku janganlah kamu menyekutukan Allah Swt., sesungguhnya syirik itu merupakan kezaliman yang besar”. (HR. Muslim).
kezaliman?’, Rasulullah saw. menjawab: ‘maksudnya bukan begitu, apakah kalian tidak mendengar perkataan Luqman: ‘Hai anakku janganlah kamu menyekutukan Allah Swt., sesungguhnya syirik itu merupakan kezaliman yang besar”. (HR. Muslim).
Kemudian, nasihat untuk menyembah Allah Swt. dibarengkan dengan perintah untuk berbuat baik kepada orang tua, “dan Kami wasiatkan kepada manusia supaya mereka berbuat baik kepada kedua orang tua, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah”. Firman-Nya, “dan menyapihnya selama dua tahun”, yaitu mendidik dan menyusuinya. Pada ayat yang lain Allah Swt. berfrman, “dan para ibu menyusui anaknya selama dua tahun. Allah Swt. menyebut-nyebut penderitaan, kepayahan, dan kerepotan ibu dalam mendidik anak siang dan malam, untuk mengingatkannya tentang ihsan (kebaikan dan ketulusan) seorang ibu kepada anak-anaknya. Oleh karena itu, Allah Swt. berfrman,” bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu …”
Terkait dengan
bakti kepada kedua orang tua, banyak hadits telah diriwayatkan, di antaranya
adalah sabda Rasulullah saw. adalah berikut.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ
اِلَى رَسُوْلَ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَارَسُولُ اللهِ
مَنْ أَخَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ؟ قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ
قَالَ ثًمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ
ثُمَّ أَبُوكَ . وَقَالَ ابْنُ شُبْرُمَةَ وَيَحيَ ابْنُ أَيُوبَ : حَدَّثَنَا
أَبُوزُرْعَةَ مِثْلَهُ (رواه البخاري)
“Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dia berkata; “Seorang
laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata;
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?”
beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” beliau menjawab:
“Ibumu.” Dia bertanya lagi; “kemudian siapa lagi?” beliau menjawab: “Ibumu.”
Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” dia menjawab: “Kemudian ayahmu.” (HR.
Bukhari, Hadist no: 5514 ).
Dalam hadits di
atas kita temukan betapa Rasulullah saw. sangat memuliakan seorang ibu, bahkan
seakan-akan jasanya berlipat tiga dibanding ayah. Dalam hadis lain yang sangat
populer juga terdapat penegasan Rasulullah saw. Bahwa surga itu di bawah
telapak kaki ibu. Itu semua adalah penekanan dari Allah Swt. dan Rasul-Nya
tentang pentingnya berterima kasih kepada kedua orang tua, terutama ibu.
Berterima kasih kepada manusia (termasuk kepada orang tua) merupakan bagian
dari ungkapan syukur kepada Allah Swt. karena barang siapa yang tidak berterima
kasih kepada manusia, dia tidak akan dapat bersyukur kepada Allah Swt.
Perwujudan syukur kepada Allah Swt. itu tidak lain adalah dengan menjalankan
perintah-Nya, baik dalam bentuk ibadah ritual seperti salat, maupun dalam
bentuk ibadah umum, seperti menjaga kesehatan. Secara tegas, bagaimana ibadah
itu hanya sekadar mensyukuri nikmat Allah Swt. Tergambar dalam hadis berikut.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنهَا اَنَّ نَبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُوْمُ مِنْ الَلَيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ
فَقَالَتْ عَائِشَةَ لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللهِ وَقَدْ غَفَرَاللهُ
لَكَ مَاتَقَدَّمَ مِنْ دَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّر؟ قَالَ : أَفَلاَ أُحِبُّ أَنْ
أَكُوْنَ عَبْدًا شَكُوْرًا فَلَمَّا كَشُرَ لَحْمُهُصَلَّى جَالِسًا
فَاِذَاأَرَادَأَنْ يَرْكَعَ قَامَ فَقَرَأَ ثُمَّ رَكَعَ (رواه البخاري)
“Dari Aisyah
radliallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan shalat
malam hingga kaki beliau bengkak-bengkak. Aisyah berkata: Wahai Rasulullah saw., kenapa Anda melakukan ini padahal Allah
Swt. telah mengampuni dosa Anda yang telah berlalu dan yang akan datang? Beliau
bersabda: “Apakah aku tidak suka jika menjadi hamba yang bersyukur?” Dan
tatkala beliau gemuk, beliau shalat sambil duduk, apabila beliau hendak ruku’
maka beliau berdiri kemudian membaca beberapa ayat lalu ruku.” (H.R.
Bukhari, Hadits no:4460 ).
Rasulullah saw.
yang sudah ditanggung dan dijamin terbebas dari segala dosa, ternyata lebih
rajin dan semangat dalam beribadah daripada kita. Beliau begitu tekun dan
khusyuk beribadah demi mengungkapkan rasa syukurnya kepada Allah Swt. atas
semua anugerah-Nya. Beliau ingin mengajarkan kita semua bahwa kalaupun semua
usia kita dihabiskan untuk bersyukur kepada Allah Swt. Dengan beribadah, rahmat
dan nikmat Allah Swt. kepada kita tidak akan pernah terbayar, karena anugerah
Allah Swt. untuk manusia terlampau banyak dan tidak akan terhitung.
C. Kaitan antara Beribadah dan Bersyukur kepada Allah Swt. Dalam Q.S.
Luqmān/ 31 : 13-14
Syukur dapat
diartikan sebagai ungkapan terima kasih kepada pihak yang telah berjasa kepada
kita baik dalam bentuk moril maupun materiil. Ibadah adalah proses mendekatkan
diri kepada Allah Swt. dengan melakukan segala yang diperintahkan dan
meninggalkan segala yang dilarang-Nya, serta melakukan sesuatu yang
diizinkan-Nya.
Bersyukur dapat
ditujukan kepada Allah Swt. dan kepada manusia. Perwujudan dari syukur kepada
manusia adalah dengan cara membalas perbuatan baik dengan yang lebih baik (ihsān)
atau setidaknya sama baiknya, walaupun dalam konteks bersyukur kepada orang tua,
tidak ada perbuatan yang dapat setimpal dengan kebaikan mereka, apalagi
melebihi. Begitupun bersyukur kepada Allah Swt. perwujudannya tidak lain adalah
dengan beribadah, yaitu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya,
meskipun tidak ada amal yang dapat mencukupi untuk sekadar berterima kasih atas
segala limpahan nikmat-Nya kepada kita. Jika untuk mensyukuri nikmat-Nya saja
tidak cukup, apalagi untuk “membeli” surga-Nya. Jadi, kalaupun Allah Swt.
memberikan kita surga, tentu bukan karena ibadah kita, tetapi karena besarnya
kasih sayang (rahmat) Allah Swt. kepada kita.
Ibadah meliputi
aspek ritual, seperti salat dan sejenisnya, dan aspek sosial, yaitu yang
mencakup segala aktivitas hidup sehari-hari, dari persoalan yang paling sepele.
Seperti bersin, sampai yang paling dianggap besar, apapun bentuknya.
Dalam ayat ke14
surah Luqmān, Allah Swt. memerintahkan manusia agar berbuat baik kepada
kedua orang tua. Kemudian Allah Swt. menyebutkan jasa-jasa sang ibu yang telah
mengandungnya dalam keadaan menderita. Setelah lahir pun bukan berarti akhir
dari penderitaan seorang ibu, karena ia harus merawat, menyusui, hingga
menyapihnya pada saat cukup usia. Bahkan setelah disapihpun, anak-anak masih
terus merepotkan orang tua dalam banyak hal, kesehatannya, pendidikannya, dan
hal-hal lain.
Kemudian, Allah
Swt. menutup ayat-Nya dengan perintah bersyukur kapada-Nya dan kepada kedua
orang tua. Sementara pada ayat sebelumnya, Allah Swt. Melalui lisan Luqmān
mengingatkan bahaya perbuatan syirik. Melarang berbuat syirik berarti juga
melarang menyembah apapun kecuali hanya Allah Swt. yang Esa.
Dari sisi
caranya, bersyukur meliputi tiga aspek, yaitu hati, lisan, dan perbuatan. Bersyukur
dengan hati dilakukan dengan cara mengakui dan menyadari sepenuhnya bahwa
segala nikmat yang diperoleh berasal dari Allah Swt. Bersyukur dengan lisan
dilakukan dengan cara mengungkapkan secara lisan rasa syukur itu dengan
mengucapkan tahmid, yaitu “alhamdulillah”, sedangkan bersyukur dengan
perbuatan adalah dengan cara melakukan semua perbuatan yang baik dan diridloi
Allah swt., serta bermanfaat, baik bagi diri maupun bagi sesama, sebagai perwujudan
dari rasa syukur tersebut. Dengan kata lain, perwujudan nyata dari syukur
kepada Allah Swt. adalah dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi
segala larangan Allah Swt., dan itulah ibadah.
Lebih dari itu,
bersyukur kepada Allah Swt. atas nikmat yang diberikan-Nya merupakan kewajiban
manusia, di mana manusia yang tidak bersyukur berarti berbuat maksiat/dosa dan
akan mendapat balasan siksa, seperti ditegaskan dalam salah satu frman-Nya,
“... jika kalian bersyukur, niscaya akan Kami tambah nikmat baginya, dan
jika kalian kufur (mengingkari nikmat-Ku) maka sesungguhnya siksa-Ku itu
teramat pedih” (Q.S. Ibrahim/14:7).
D. Hikmah dan Manfaat Beribadah dan Bersyukur kepada Allah Swt.
Tegaknya prinsip “Amar
ma’ruf nahi munkar” yaitu perintah atau seruan/ajakan melakukan yang baik
dan meninggalkan yang buruk dan saling menasihati untuk berbuat Hikmah dan
manfaat yang kita dapatkan dari sikap bersyukur dan ketulusan beribadah. Hal
itu di antaranya sebagai berikut.
1. Mendapatkan
keberkahan dari setiap rizki yang kita terima, sebagaimana janji-Nya dalam
frman-Nya; “... jika kalian bersyukur, niscaya akan Kami tambah nikmat
baginya, dan jika kalian kufur (mengingkari nikmat-Ku) maka sesungguhnya
siksa-Ku itu teramat pedih” (Q.S. Ibrahim/14:7).
2. Menemukan
ketenangan batin dan kedamaian hati dalam menjalani semua aktivitas sehari-hari
karena kerelaannya dalam menyikapi pemberian Allah Swt.
3. Terhindar
dari siksa api neraka, karena telah menjadi hamba yang tahu diri dengan selalu
bersyukur atas karunia Allah Swt. sebagaimana yang dijanjikanNya dalam Q.S.
Ibrahim/14:7 di atas.
Menerapkan Perilaku
Mulia
Sikap dan perilaku mulia yang dapat dikembangkan dari tema
ibadah dan bersyukur di antaranya ialah sebagai berikut.
1. Bersikap
qana’ah, yaitu menerima semua jenis kenikmatan yang dianugerahkan Allah
Swt., baik yang dianggap kecil maupun besar, dengan ikhlas dan penuh kerelaan.
Tanpa qana’ah, tidak mungkin kita dapat bersyukur.
2. Berusaha
mengesakan Allah Swt. dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun.
3. Berusaha
mentaati Allah Swt. dalam segala keadaan dan menjauhi laranganNya sebagai
bentuk syukur kepada Allah Swt.
4. Berbakti
kepada kedua orang tua sebagai bentuk terimakasih kepada mereka atas semua
perjuangan dan pengorbanannya dari sejak dalam kandungan hingga saat ini.
5. Memperbanyak
amal salih / perbuatan yang bermanfaat bagi sesama sebagai bentuk nyata dari
ungkapan rasa syukur kepada Allah swt.