Iman Kepada Rasul Allah (Materi Kelas 11)
MENELADANI HIDUP PARA RASUL
MEMBUKA RELUNG KALBU
Keimanan seseorang itu tidak sah
sampai ia mengimani semua nabi dan rasul Allah Swt. dan membenarkan bahwa Allah
Swt. telah mengutus mereka untuk membimbing dan mengeluarkan manusia dari
kegelapan kepada cahaya kebenaran. Allah Swt. juga mewajibkan setiap orang
Islam supaya beriman kepada semua rasul yang diutus oleh-Nya, tanpa
membeda-bedakan antara rasul yang satu dan yang lainnya.
Di antara para rasul itu, ada yang
diceritakan dalam al-Qur’an dan ada pula yang tidak diceritakan.
Adapun rasul-rasul yang diceritakan dalam al-Qur’an berjumlah dua
puluh lima orang. Pada setiap umat pasti ada rasul sebagai teladan hidup yang
harus diikuti ajarannya dan diteladani jejaknya. Firman Allah Swt.:
آمَنَ
الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ
بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ
رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ
الْمَصِيرُ
“Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang
diturunkan kepadanya (al-Qur’ān) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang
beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan
rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari
rasul-rasul-Nya. ”Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah
kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.” (Q.S. al-Baqarah/2:
285)
MENGKRITISI SEKITAR
KITA
Pada setiap umat, Allah pasti
mengutus seorang rasul. Rasul diutus oleh Allah Swt. untuk
membimbing umat manusia agar berjalan dalam rel yang benar. Yang sering terjadi adalah ketika masih ada rasul, mereka masih mengikuti ajarannya, tetapi ketika rasul tidak ada, umat mulai menjauhi ajarannya. Bahkan, ada yang mengaku dirinya sebagai nabi dan rasul.
membimbing umat manusia agar berjalan dalam rel yang benar. Yang sering terjadi adalah ketika masih ada rasul, mereka masih mengikuti ajarannya, tetapi ketika rasul tidak ada, umat mulai menjauhi ajarannya. Bahkan, ada yang mengaku dirinya sebagai nabi dan rasul.
Kamu diminta mengkritisi perilaku
berikut ini dari beberapa sudut pandang! (contoh dari sisi agama, sosial,
budaya, dan sebagainya)
1.
Beberapa
tahun yang lalu di negeri kita ada seorang perempuan yang mengaku dirinya nabi.
Ada pula seorang laki-laki yang mengaku telah menerima wahyu dari Allah Swt. Ia
meyakini pernah bertemu Malaikat Jibril, kemudian diberi wahyu. Atas
keyakinannya itu, ia memproklamirkan dirinya sebagai utusan Allah Swt. pada
jamaahnya. Sebagian besar jamaahnya memercayai, akan tetapi ketika berita ini
muncul ke permukaan di luar jamaahnya, banyak masyarakat yang menentangnya dan
bahkan menuduh telah menodai agama.
2.
Sekelompok
pengajian menegaskan bahwa kelompok pengajiannya itu bersandar pada cara-cara
Rasulullah saw. melakukan dakwah. Kelompok ini mendeklarasikan bahwa apa yang
dilakukan di pengajiannya sesuai dengan apa yang dilakukan Rasulullah saw.,
tetapi kegiatan di dalam pengajian tersebut mengolok-olok kelompok lain dengan
menganggap Islamnya batal/tidak sah.
A. Pengertian
Iman kepada Rasul-Rasul Allah Swt
Iman kepada
rasul berarti meyakini bahwa rasul itu benar-benar utusan Allah Swt. yang
ditugaskan untuk membimbing umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia
dan akhirat.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis dari
Abi Zar r.a. bahwa Rasulullah saw. ketika ditanya tentang jumlah para nabi,
beliau menjawab, “ Jumlah para nabi itu adalah 124.000 nabi, sedangkan jumlah rasul
315. Sementara At-Turmuzy meriwayatkan hadis dari Abi Zar r.a. juga,
menjelaskan bahwa Rasulullah saw. menjawab, “Jumlah para nabi itu adalah 124.000
nabi, sedangkan jumlah rasul 312.”Jumlah nabi yang mendapat gelar ulul azmi ada
lima, yaitu: Nabi Nuh as., Ibrahim as., Musa as., Isa as., dan Muhammad saw.
Ada perbedaan Rasul dan Nabi, di
antaranya adalah ; Nabi manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah untuk
dirinya sendiri dan tidak ada kewajiban untuk mnyampaikan kepada umatnya.
Sedangkan Rasul adalah manusia pilihan yang diberi wahyu untuk dirinya dan
wajib disampaikan kepada umatnya.
Mengimani rasul-rasul
Allah Swt. merupakan kewajiban hakiki bagi seorang muslim karena merupakan
bagian dari rukun iman yang tidak dapat ditinggalkan. Sebagai perwujudan iman
tersebut, kita wajib menerima ajaran yang dibawa rasulrasul Allah Swt.
tersebut. Perintah beriman kepada rasul Allah terdapat dalam surah an-Nisa/4:
136.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ
وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ
قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا
“Wahai orang-orang yang
beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada
Kitab (al-Qur’ān) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan
sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitabNya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah
tersesat sangat jauh” (Q.S. an-Nisā/4:
136)
Secara garis besar,
prinsip keimanan kepada para Rasul adalah sebagai berikut :
1.
Rasul-rasul ada yang disebut namanya dalam
Al Qur’an ada juga yang tidak disebutkan, firman Allah :
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ
قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ
أَنْ يَأْتِيَ بِآيَةٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللَّهِ فَإِذَا جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ
قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُونَ
“Dan sesungguhnya telah
Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami
ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan
kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan
dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan
(semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang
kepada yang batil” (QS. Al Mu’min/40 : 78).
وَرُسُلاً قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلاً لَمْ
نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا
“Dan (kami telah
mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu
dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan
Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung” (QS. An Nisa/4 : 164).
2.
Setiap umat sebelum Nabi Muhammad saw pasti
ada Rasul-Nya, firman Allah :
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ
بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ
“Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul
mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil
dan mereka (sedikit pun) tidak dianiaya” (QS.
Yunus/10 : 47).
تَاللَّهِ لَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ
فَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَهُوَ وَلِيُّهُمُ الْيَوْمَ
وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami
kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi setan menjadikan umat-umat itu memandang
baik perbuatan mereka (yang buruk), maka setan menjadi pemimpin mereka di hari
itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih” (QS. An Nahl/16 : 63).
3.
Semua Nabi dan Rasul adalah pria, firman
Allah :
وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلاَّ رِجَالاً نُوحِي إِلَيْهِمْ
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
“Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad),
melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka
tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui”
(QS Al Anbiya/21 : 7).
4.
Misi setiap Rasul adalah sama yakni
menyampaikan ajaran tauhid dan menegakkan keadilan serta derajat yang sama di
tengah masyarakat, firman Allah :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلاَّ نُوحِي
إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُونِ
"Dan Kami tidak mengutus
seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya:
"Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku" (QS. Al Anbiya/21 : 25).
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا
اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ
حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلاًلَةُ فَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ
عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut
itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh
Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.
Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)” (QS.
An Nahl/16 : 36).
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا
الدِّينَ وَلاَ تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ
إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ
يُنِيبُ
“Dia telah mensyariatkan kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa
yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama
dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang
musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu
orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang
kembali (kepada-Nya)” (QS. AsySyra’/42 : 13).
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا
وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
“Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan
pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan” (QS. Al Ahzab/33 : 45).
5.
Para Rasul diutus untuk dipayuhi dan
ditaati, firman Allah :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلاَّ لِيُطَاعَ.........
“Dan kami tidak mengutus
seseorang rasul, melainkan untuk ditaati .....” (QS. An Nisa/4 : 64).
B. Sifat
Rasul-Rasul Allah
Rasul sebagai utusan
Allah memiliki sifat-sifat yang melekat pada dirinya. Sifat-sifat ini sebagai
bentuk kebenaran seorang rasul. Sifat-sifat tersebut adalah sifat wajib, sifat
mustahil, dan sifat jaiz.
1. Sifat
Wajib
Sifat wajib artinya sifat
yang pasti ada pada rasul. Tidak bisa disebut seorang rasul jika tidak memiliki
sifat-sifat ini. Sifat wajib ini ada 4, yaitu seperti berikut :
a. As Shiddiq
As Shiddiq,
yaitu rasul selalu benar. Apa yang dikatakan Nabi Ibrahim as. Kepada bapaknya
adalah perkataan yang benar. Apa yang disembah oleh bapaknya adalah sesuatu
yang tidak memberi manfaat dan mudarat, jauhilah. Peristiwa ini diabadikan pada
Q.S. Maryam/19: 41, berikut ini:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا
نَبِيًّا
“Dan ceritakanlah
(Muhammad) kisah Ibrahim di dalam kitab (al-Qur’ān), sesungguhnya dia adalah
seorang yang sangat membenarkan seorang nabi.” (Q.S. Maryam/19: 41).
b. Al Amanah
Al-Amānah, yaitu rasul selalu
dapat dipercaya. Di saat kaum Nabi Nuh as. mendustakan apa yang dibawa oleh
Nabi Nuh as. lalu Allah Swt. Menegaskan bahwa Nuh as., adalah orang yang
terpercaya (amanah). Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. asy-Syu’āra/26
106-107 berikut ini:
إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ نُوحٌ أَلاَ تَتَّقُونَ . إِنِّي
لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ
“Ketika saudara mereka
(Nuh) berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku ini
seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.” (Q.S. asy-Syu’āra/26:
106-107).
c. At Tabligh
At-Tabligh, yaitu rasul selalu
meyampaikan wahyu. Tidak ada satu pun ayat yang disembunyikan Nabi Muhammad
saw. dan tidak disampaikan kepada umatnya. Dalam sebuah riwayat diceritakan
bahwa Ali bin Abi Talib ditanya tentang wahyu yang tidak terdapat dalam al-Qur’ān,
Ali pun menegaskan bahwa “Demi Zat yang membelah biji dan melepas napas,
tiada yang disembunyikan kecuali pemahaman seseorang terhadap al-Qur’ān.” Penjelasan
ini terkait dengan Q.S. al-Māidah/5: 67 berikut ini :
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ
رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ
مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Wahai rasul!
Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan
(apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah
memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh,
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafr.” (Q.S. al-Māidah/5: 67).
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafr.” (Q.S. al-Māidah/5: 67).
d. Al Fathanah
Al-Faṭānah, yaitu rasul memiliki kecerdasan
yang tinggi. Ketika terjadi perselisihan antara kelompok kabilah di Mekah, setiap
kelompok memaksakan kehendak untuk meletakkan alHajār al-Aswād (batu
hitam) di atas Ka’bah, lalu Rasulullah saw. menengahi dengan cara semua kelompok
yang bersengketa agar memegang ujung dari kain itu. Kemudian, Nabi meletakkan
batu itu di tengahnya, dan mereka semua mengangkat hingga sampai di atas
Ka’bah. Sungguh cerdas Rasulullah saw.
2. Sifat Mustahil
Sifat mustahil adalah
sifat yang tidak mungkin ada pada rasul. Sifat mustahil ini lawan dari sifat
wajib, yaitu seperti berikut.
a.
Al Kidzib
Al Kidzib yaitu mustahil
rasul itu bohong atau dusta. Semua perkataan dan perbuatan rasul tidak pernah
bohong atau dusta.
مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى . وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى
. إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَى
“Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru, dan tidaklah
yang diucapkan itu (al-Qur’ān) menurut keinginannya tidak lain (al-Qur’ān)
adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”
(Q.S
an-Najm/53: 2-4).
b.
Al Khianah
Al Khianah yaitu
mustahil rasul itu khianat. Semua yang diamanatkan kepadanya pasti
dilaksanakan.
اتَّبِعْ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ لاَ إِلَهَ إِلا هُوَ
وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
“Ikutilah apa yang telah
diwahyukan kepadamu (Muhammad), tidak ada Tuhan selain Dia, dan berpalinglah
dari orang-orang musyrik” (Q.S al-An’ām/6: 106).
c.
Al Kitmaan
Al Kitmaan Al-Kiṭmān, yaitu mustahil rasul
menyembunyikan kebenaran. Setiap firman yang ia terima dari Allah Swt. pasti ia
sampaikan kepada umatnya.
قُلْ لاَ أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلاَ أَعْلَمُ
الْغَيْبَ وَلاَ أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوحَى
إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلاَ تَتَفَكَّرُونَ
“Katakanlah (Muhammad),
Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku
tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku
malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang di wahyukan kepadaku. Katakanlah, Apakah
sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak
memikirkan(nya).” (Q.S. al-An’ām/6: 50).
d.
Al Balaadah
Al Balaadah yaitu
mustahil rasul itu bodoh. Meskipun Rasulullah saw. Tidak bisa membaca dan
menulis (ummi) tetapi ia pandai.
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ
الْجَاهِلِينَ
“Jadilah pemaaf dan
suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta janganlah pedulikan orang-orang
yang bodoh.” (Q.S alA’rāf/7: 199).
3. Sifat Jaiz
Sifat jāiz bagi rasul adalah
sifat kemanusiaan, yaitu al-ardul basyariyah, artinya rasul memiliki
sifat-sifat sebagaimana manusia biasa seperti rasa lapar, haus, sakit, tidur, sedih,
senang, berkeluarga dan lain sebagainya. Bahkan seorang rasul tetap meninggal sebagai
mana makhluk lainnya.
Di samping rasul memiliki sifat wajib
dan juga lawannya, yaitu sifat mustahil, rasul juga memiliki sifat jāiz,
tentu saja sifat jāiz-nya rasul dengan sifat jaiznya Allah Swt. sangat
berbeda. Allah Swt. berfrman:
مَا هَذَا إِلاَّ بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُونَ
مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُونَ
“...(orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia
makan seperti apa yang kamu makan dan dia minum seperti apa yang kamu minum.” (Q.S. al-Mu’minūn/23: 33).
Selain tersebut di atas, rasul juga
memiliki sifat-sifat yang tidak terdapat pada selain rasul, yaitu seperti
berikut :
a.
Ishmaturrasūl adalah orang yang ma’shum, terlindung
dari dosa dan salah dalam kemampuan pemahaman agama, ketaatan, dan menyampaikan
wahyu Allah Swt. sehingga selalu siaga dalam menghadapi tantangan dan tugas apa
pun.
b.
Iltizamurrasūl adalah orang-orang yang selalu
komitmen dengan apa pun yang mereka ajarkan. Mereka bekerja dan berdakwah
sesuai dengan arahan dan perintah Allah Swt. meskipun untuk menjalankan
perintah Allah Swt. Itu harus berhadapan dengan tantangan-tantangan yang berat
baik dari dalam diri pribadinya maupun dari para musuhnya. Rasul tidak pernah
sejengkal pun menghindar atau mundur dari perintah Allah Swt.
C. Tugas
Rasul-Rasul Allah
Para rasul dipilih oleh
Allah Swt. dengan mengemban tugas yang tidak ringan. Di antara tugas-tugas
rasul itu adalah sebagai berikut.
1.
Menyampaikan risalah dari Allah Swt.
2.
Mengajak kepada tauhid, yaitu mengajak
umatnya untuk meng-esa-kan Allah Swt. dan menjauhi perilaku musyrik
(menyekutukan Allah).
3.
Memberi kabar gembira kepada orang mukmin
dan memberi peringatan kepada orang kafr.
4.
Menunjukkan jalan yang lurus.
5.
Membersihkan dan menyucikan jiwa manusia
serta mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah.
6.
Sebagai hujjah bagi manusia.
D.
Nabi Isa as dalam Al Qur’an
Menurut Al Qur’an, nabi Isa as
Memiliki seorang ibu yang bernama Maryam binti Imran. Sejak kecil Maryam diasuh
oleh pamannya Zakaria as. Maryam ditempatkan di Baitul Maqdis, sebuah rumah
suci tempat beribadah kepada Allah. Pada suatu hari datanglah malaikat Jibril
yang menjelma menjadi seorang pemuda yang belum pernah dikenal. Pemuda itu
memberitahukan bahwa Allah akan menganugerahkan seorang putera.
Mendengar berita itu Maryam terkejut
karena selama ia belum pernah disentuh (dinikahi) oleh laki-laki. Malaikat Jibril
menjelaskan bahwa semua itu adalah kehendak Allah dan bagi-Nya tidak ada yang
mustahil, sebagaimana firman-Nya :
قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلامًا
زَكِيًّا . قَالَتْ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلاَمٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ
أَكُ بَغِيًّا . قَالَ كَذَلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ
وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِنَّا وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا
“Ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah
seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci".
Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang
tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang
pezina!". Jibril berkata: "Demikianlah. Tuhanmu berfirman: "Hal
itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi
manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang
sudah diputuskan" (QS. Maryam/19 : 19 : 21).
E.
Nabi Muhammad sebagai Rasul Terakhir
Nabi Muhammad saw diutus oleh Allah
untuk seluruh umat manusia sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an :
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ
جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لَآ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ
يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ الَّذِي
يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan
Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi;
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan
mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang umi yang
beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan
ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk" (QS. Al Q’raaf/7 : 158).
Dijelaskan pula bahwa para nabi dan
rasul pernah diangkat janjinya untuk percaya dan membela nabi Muhammad saw. Dan
beliau menjadi penutup para nabi atau nabi terakhir, sebagaimana firman Allah :
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ
مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ
لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى
ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ
الشَّاهِدِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para
nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan
hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada
padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan
menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima
perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" mereka menjawab: "Kami
mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi)
dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu" (QS Ali Imran/3 : 81).
Cara meneladani beliau adalah dengan
mengikuti ajaran dan sunahnya. Aspek yang diteladani adalah mencakup ucapan,
perbuatan, dan ketetapan beliau sebagaimana firman Allah :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ
كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS Al Ahzab/33 : 40).
Beberapa bulan setelah Rasulullah saw
wafat, ‘Aisyah ditanya oleh beberapa sahabat tentang akhlak beliau dan ‘Aisyahpun
menjawab : “Akhlak beliau adalah Al Qur’an.
Nabi Muhammad saw adalah nabi
terakhir dan membawa syariat yang terakhir pula, tuntunannya wajib dipatuhi
larangannya wajib dijauhi, kehidupannya adalah uswatun hasanah dan misinya
adalah rahmatan lil ‘alamin.
F.
Hikmah Beriman kepada
Rasul-Rasul Allah
Pentingnya orang Islam
beriman kepada rasul bukan tanpa alasan. Di samping karena diperintahkan oleh
Allah Swt., juga ada manfaat dan hikmah yang dapat diambil dari beriman kepada
rasul. Di antara manfaat dan hikmah beriman kepada rasul adalah sebagai
berikut.
1.
Makin sempurna imannya.
2.
Terdorong untuk menjadikan contoh dalam
hidupnya.
3.
Terdorong untuk melakukan perilaku sosial
yang baik.
4. Memiliki teladan
dalam hidupnya. Firman Allah :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ
كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah” (Q.S. al-Ahzāb/33: 21).
5.
Mencintai para rasul dengan cara mengikuti
dan mengamalkan ajarannya. Firman Allah Swt.:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي
يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah (Muhammad),
“Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan
mengampuni dosa-dosamu,” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Q.S. Āli
Imrān/3: 31)
6.
Mengetahui hakikat dirinya bahwa ia
diciptakan Allah Swt. untuk mengabdi kepada-Nya. Firman Allah Swt.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ
“Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S. aẓ-Ẓāriyāt/51:
56)
Menerapkan Perilaku
Mulia
1. Menjunjung
tinggi risalah (ajaran Allah Swt. yang disampaikan rasul-Nya). Allah Swt.
berfrman:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ
فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“...Apa yang diberikan rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukuman-Nya.” (Q.S. al-Hasyr/59: 7).
2. Melaksanakan
seruannya untuk beribadah hanya kepada Allah Swt. Firman Allah Swt.:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
“Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun...” (Q.S. an-Nisā/4: 36).
3. Giat
dan rajin bekerja mencari rezeki yang halal, sesuai dengan keahliannya. Orang-orang
yang beriman kepada rasul tidak akan menjadi orang-orang yang malas bekerja,
duduk berpangku tangan, tidak mau berusaha sehingga hidupnya menjadi beban
orang lain. Mereka menyadari bahwa memenuhi kebutuhan diri sendiri jauh lebih
terhormat daripada karena belas kasihan dan pertolongan orang lain.
4. Selalu
mengingat, memahami, dan berperilaku sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.
5. Melakukan
usaha-usaha agar kualitas hidupnya meningkat ke derajat yang lebih tinggi. Usaha-usaha
itu, misalnya seperti berikut.
a.
Memelihara dan meningkatkan iman dan takwa
kepada Allah Swt.
b.
Memelihara dan meningkatkan kesehatan
jasmani dan rohani.
c.
Meningkatkan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat. Misalnya, ilmu pengetahuan tentang pertanian, perikanan,
peternakan, teknologi, kedokteran, perdagangan, industri, transportasi, dan
ekonomi. Ilmu-ilmu pengetahuan tersebut hendaknya digunakan sebagai bekal dalam
beribadah dan usaha menyejahterakan umat manusia. Allah Swt. berfrman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا
الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“...niscaya Allah akan
mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan”.
(Q.S alMujādilah/58: 11).
d.
Terus berdakwah agar ajaran yang dibawa
rasul tidak sirna.
Disalin dari buku :
1.
PAI dan Budi Pekerti Kemdikbud. 2013.
2.
PAI dan Budi Pekerti Erlangga 2018.
EVALUASI
Pilihlah
jawaban yang tepat
1. Iman
kepada rasul memiliki arti ....
a. yakin bahwa Allah benar-benar mengutus rasul
b. mengingkari rasul dan nabi yang tidak diketahui namanya
c. membenarkan berita yang tidak jelas dari rasul
d. mengamalkan semua syariat rasul
e. meyakini tidak semua rasul itu maksum
a. yakin bahwa Allah benar-benar mengutus rasul
b. mengingkari rasul dan nabi yang tidak diketahui namanya
c. membenarkan berita yang tidak jelas dari rasul
d. mengamalkan semua syariat rasul
e. meyakini tidak semua rasul itu maksum
2. Buah
iman kepada rasul adalah ....
a. menjadikan rasul sebagai teman dalam hidupnya
b. bersahabat dengan rasul mendapatkan kenikmatan tersendiri
c. mengetahui seluk beluk kisah kehidupan rasul
d. menjadikan teladan dalam hidupnya
e. mengagumi karena statusnya manusia sangat suci
a. menjadikan rasul sebagai teman dalam hidupnya
b. bersahabat dengan rasul mendapatkan kenikmatan tersendiri
c. mengetahui seluk beluk kisah kehidupan rasul
d. menjadikan teladan dalam hidupnya
e. mengagumi karena statusnya manusia sangat suci
3. Yang
bukan tugas rasul di bawah ini adalah ....
a. mengajarkan manusia agar bertauhid yang benar
b. memperbaiki tatanan hidup manusia agar bersosialisasi dengan baik
c. meluruskan manusia agar beribadah dengan benar
d. menipu manusia dengan mengatakan dirinya Tuhan
e. memberitakan ancaman dan janji Allah Swt.
a. mengajarkan manusia agar bertauhid yang benar
b. memperbaiki tatanan hidup manusia agar bersosialisasi dengan baik
c. meluruskan manusia agar beribadah dengan benar
d. menipu manusia dengan mengatakan dirinya Tuhan
e. memberitakan ancaman dan janji Allah Swt.
4. Iman
kepada rasul harus diiringi dengan perbuatan ...
a. menyanggah isi wahyunya
b. memboikot isi ajarannya
c. memprovokasi kejelekannya
d. menolak ajakannya
e. mengikuti perintahnya
a. menyanggah isi wahyunya
b. memboikot isi ajarannya
c. memprovokasi kejelekannya
d. menolak ajakannya
e. mengikuti perintahnya
5. Perhatikan ayat
berikut.
6.
وَمَا آتَاكُمُ
الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ
إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَاب
Ayat di atas mengandung arti ....
a. meninggalkan apa yang diperintahkan rasul
b. menjalankan apa yang dilarang rasul
c. meneladani perilaku para sahabat nabi
d. yang datang dari rasul adalah benar, ikutilah
e. jauhilah prasangka buruk kepada rasul
a. meninggalkan apa yang diperintahkan rasul
b. menjalankan apa yang dilarang rasul
c. meneladani perilaku para sahabat nabi
d. yang datang dari rasul adalah benar, ikutilah
e. jauhilah prasangka buruk kepada rasul
Tugas
1.
Jelaskan perbedaan antara nabi dan rasul!
2.
Mengapa kita harus beriman kepada nabi dan
rasul?
3.
Berilah contoh perilaku yang mencerminkan
bahwa seseorang itu beriman
kepada rasul Allah Swt.! (minimal 2 contoh perilaku)
4.
engapa Allah Swt. memberi mukjizat kepada
para rasul? Sebutkan jenisjenis mukjizat yang kamu ketahui!
5.
Buatlah contoh perbuatan seorang rasul yang
menunjukkan bahwa ia seorang
yang aṡ-Ṡiddiq, al-Amānah, at-Tabligh dan al-Faṭānah!