Ketaatan, Kompetisi dan Etos Kerja (Materi Kelas 11)
Perilaku Taat,
Kompetisi dalam
Kebaikan, dan Etos Kerja
Kebaikan, dan Etos Kerja
Membuka Relung Hati
Apa jadinya kalau aturan yang telah dibuat tidak ditaati? Apa jadinya
kalau hidup yang seharusnya dinamis ini tidak lagi termotivasi? Apa jadinya
kalau mengharap cita-cita tercapai, tetapi tidak ada kerja keras?
Manusia boleh saja berkhayal, tetapi khayalannya harus diarahkan
pada keinginan atau cita-cita untuk hidup lebih baik lagi di masa yang akan
datang, baik di dunia maupun di akhirat. Agar hidup yang sekali ini bermakna
dan bermanfaat, kita harus memanfaatkan semaksimal mungkin.
Bagaimana cara memanfaatkan hidup dengan sebaik-baiknya? Kita
laksanakan apa yang diperintahkan Allah Swt. dan rasul-Nya, dan taati pula
pemimpin di antara kita. Dengan menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya,
serta pemimpin, niscaya hidup kita akan penuh dengan rahmat. Hal ini dijanjikan
oleh Allah Swt. dalam firman-Nya: “Dan taatilah Allah dan rasul, supaya kamu
diberi rahmat” (Q.S. ali-Imran/3 : 132).
Setiap manusia ingin hidup damai, tenteram, dan bahagia.
Kehidupan yang damai akan muncul karena tidak ada pelanggaran terhadap aturan
yang berlaku. Ketenteraman akan hadir karena adanya semangat berkompetisi
secara sportif dan kolaboratif. Kebahagiaan akan terwujud jika apa yang
diinginkan sudah terpenuhi. Bangsa ini akan menjadi besar apabila masyarakatnya
yang diyakini dan yang berlaku di masyarakat. Misalnya, nilai spiritual, yakni
dengan meyakini dan menaati ajaran agama yang dianutnya. Selain itu, kita juga
harus menaati pemimpin. Semangat berkolaborasi dalam berkompetisi, serta
memiliki etos kerja dalam meraih cita-cita yang harus dijunjung tinggi.
Kita tidak bisa melempar tanggung jawab kepada orang lain atau
pihak lain. Kita sendiri yang harus melakukannya. Dengan bersama-sama kita
junjung tinggi nilai ketaatan, kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja, bangsa
ini akan menjadi bangsa yang cukup disegani dan dibanggakan.
A.
Pentingnya Taat
Nepada Aturan
Taat memiliki
arti tunduk (kepada Allah Swt., pemerintah, dsb.) tidak berlaku curang, dan
atau setia. Aturan adalah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan. Taat
pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah
dibuat baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya.
Di sekolah, di
rumah, atau di lingkungan masyarakat terdapat aturan. Di mana saja kita berada,
pasti ada aturannya. Aturan dibuat agar terjadi ketertiban dan ketenteraman.
Oleh karena itu, wajib hukumnya kita menaati aturan yang berlaku.
Aturan yang
paling tinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu terdapat pada al-Qur’an.
Sementara di bawahnya ada aturan yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw., yang
disebut sunah atau hadis. Di bawahnya lagi ada aturan yang dibuat oleh
pemimpin, baik pemimpin pemerintah, negara, daerah, maupun pemimpin yang lain,
termasuk pemimpin keluarga. Peranan pemimpin sangatlah penting. Sebuah
institusi, dari yang terkecil (keluarga) sampai yang terbesar adalah negara,
tidak akan tercapai kestabilan tanpa adanya seorang pemimpin. Tanpa adanya
seorang pemimpin dalam sebuah negara, tentulah negara tersebut akan menjadi
lemah dan mudah terombangambing oleh kekuatan luar. Oleh karena itu, Islam
memerintahkan umatnya untuk taat kepada pemimpin. Dengan ketaatan rakyat kepada
pemimpin (yang tidak bermaksiat), akan terciptalah keamanan dan ketertiban
serta kemakmuran.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا
الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ
إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Wahai
orang-orang yang beriman, Taatilah Allah
dan taatilah Rasul (Muhammad), dan 8lil Amri (pemegang kekuasaan)) di antara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada
Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (Q.S. an-Nisa/4: 59)
Hukum Tajwid
Kalimah
|
Hukum Bacaan
|
Alasan
|
يآ
أَيُّهَا الَّذِينَ
|
Mad jaiz munfashil
|
Mad thabii bertemu alif pada
kaliat yang terpisah
|
أَطِيعُوا
اللَّهَ
|
Tafhim
|
Lafad jalalah setelah harakat
dhomah
|
وَأُولِي
الأمْرِ
|
Alif lam komariyah
|
Alif lam berhadapan dengan huruf
komariyah
|
مِنْكُمْ
|
Ikhfa
|
Nun sukun diikuti huruf kaf
|
Arti Kata
Kalimah
|
Arti
|
Kalimah
|
Arti
|
يَا
أَيُّهَا
|
Wahai
|
فَرُدُّوهُ
إِلَى اللَّهِ
|
Kembalikanlah kepada Allah
|
الَّذِينَ
آمَنُوا
|
Orang-orang yang beriman
|
إِنْ
كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ
|
Jika kamu beriman
|
أَطِيعُوا
اللَّهَ
|
Taatilah Allah
|
وَالْيَوْمِ
الآخِرِ
|
Dan hari akhir
|
وَأَطِيعُوا
الرَّسُولَ
|
Dan taatilah Rasul
|
ذَلِكَ
|
Yang demikian itu
|
وَأُولِي
الأمْرِ
|
Dan ulil amri
|
خَيْرٌ
|
Lebih baik
|
فَإِنْ
تَنَازَعْتُمْ
|
Jika kamu berbeda pendapat
|
وَأَحْسَنُ
تَأْوِيلًا
|
Dan lebih baik akibatnya
|
فِي
شَيْءٍ
|
Dalam satu urusan
|
Asbabu an-Nuzµl atau sebab
turunnya ayat ini menurut Ibn Abbas adalah berkenaan dengan Abdullah bin
Huzaifah bin Qays as-Samhi ketika Rasulullah saw. mengangkatnya menjadi
pemimpin dalam sariyyah (perang yang tidak diikuti oleh Rasulullah
saw.). As-Sady berpendapat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Amr bin Yasir
dan Khalid bin Walid ketika keduanya diangkat oleh Rasulullah saw. sebagai
pemimpin dalam sariyyah.
Q.S. an-Nisa/4: 59 memerintahkan
kepada kita untuk menaati perintah Allah Swt., perintah Rasulullah saw., dan ulil
amri. Tentang pengertian ulil amri, di bawah ini ada beberapa
pendapat.
No
|
Nama
|
Pendapatnya
|
1
|
Abu Jafar Muhammad bin Jarir At
Thabari
|
Arti ulil amri adalah umāra, ahlul
‘ilmi wal fiqh (mereka yang memiliki ilmu dan pengetahuan akan fiqh).
Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa sahabat-sahabat Rasulullah saw.
lah yang dimaksud dengan ulil amri.
|
2
|
Al Mawardi
|
Ada empat pendapat dalam mengartikan kalimat "ulil
amri", yaitu: (1) umāra (para pemimpin yang konotasinya
adalah pemimpin masalah keduniaan), (2) ulama dan fuqaha, (3) sahabat-sahabat
Rasulullah saw., (4) dua sahabat saja, yaitu Abu Bakar dan Umar.
|
3
|
Ahmad Mustafa Al Maraghi
|
Bahwa ulil amri itu adalah umara, ahli
hikmah, ulama, pemimpin pasukan, dan seluruh pemimpin lainnya.
|
Kita memang
diperintah oleh Allah Swt. untuk taat kepada ulil amri (apa pun pendapat
yang kita pilih tentang makna ulil amri). Namun, perlu diperhatikan bahwa
perintah taat kepada ulil amri tidak dapat disamakan dengan “taat”
kepada Allah Swt. dan rasul-Nya. Quraish Shihab, Mufassir Indonesia, memberi
ulasan bahwasannya: “Tidak disebutkannya kata “taat” pada ulil amri untuk
memberi isyarat bahwa ketaatan kepada mereka tidak berdiri sendiri, tetapi
berkaitan atau bersyarat dengan ketaatan kepada Allah Swt. dan rasul-Nya.
Artinya, apabila perintah itu bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Allah Swt.
dan rasul-Nya, tidak dibenarkan untuk taat kepada mereka.
Lebih lanjut
Rasulullah saw. menegaskan dalam hadis berikut ini:
عَنْ أَبِيْ عَبْدِالرَّحْمَانِ عَنْ عَلِيٍّ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لاَ طَاعَةَ فِيْ مَعْصِيَّةِ اللهِ
اِنَّمَاالطَّاعَةَ فِيْ الْمَعِرُوفِ (روه مسلم)
“Dari Abi Abdurahman, dari Ali sesungguhnya
Rasulullah bersabda... Tidak boleh taat terhadap perintah bermaksiat kepada
Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam hal yang makruf.” (H.R. Muslim).
Umat Islam wajib
menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya. Umat Islam juga diperintahkan pula
untuk mengikuti atau menaati pemimpinnya. Apabila pemimpinnya memerintahkan
kepada hal-hal yang baik. Apabila pemimpin tersebut mengajak kepada
kemungkaran, wajib hukumnya untuk menolak.
Setelah wafat
Rasulullah saw, para sahabat memilih para penggantinya. Ketika para pemimpin
wafat atau masa jabatannya telah selesai, maka digantikan dengan pemimpin yang
baru.
Sesungguhnya keberadaan
pemimpin sangat penting sebagai lambang kesatuan dan kekuatan kaum muslimin. Kaum
muslimin berkewajiban memiliki loyalitas dan ketaatan kepada pemimpinnya,
seperti para sahabat yang menjalankan berbagai sistem yang telah dicontohkan
oleh Rasulullah saw.
Maka patuh dan
taat kepada pemimpin merupakan suatu kewajiban sekalipun pimimpin itu tidak
berasal dari suku bangsa yang sama atau tidak memiliki status sosial dan ekonomi
yang berbeda, sepenjang aturan dan perintahnya tidak bertentangan dengan ajaran
Allah dan Rasul-Nya.
Banyak pemimpin - yang sengaja atau tidak, karena nafsu dan
keserakahannya – melakukan kesalahan yang merugikan diri sendiri dan orang lain
seperti tergambar dalam Al Qur’an berikut ini :
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا
فَأَضَلُّونَا السَّبِيلًا
“Dan mereka
berkata : “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati para pemimpin dan
pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar)” (QS. Al Ahzab/33
: 67)
B.
Kompetisi dalam
Kebaikan
Hidup adalah
kompetisi untuk menjadi yang terbaik, dan juga untuk meraih citacita yang
diinginkan. Namun sayang, banyak orang terjebak pada kompetisi yang hanya
memperturutkan hawa nafsu duniawi dan jauh dari suasana robbani. Kompetisi yang hanya memperturutkan hawa nafsu, contohnya kompetensi mengumpulkan harta kekayaan atau memperebutkan jabatan dan kedudukan. Semuanya bak fatamorgana, indah menggoda, tetapi sesungguhnya tiada. Bahkan, tak jarang dalam kompetisi diiringi “suuzan” buruk sangka, bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada Allah Swt. Lebih merugi lagi jika rasa iri dan riya ikut bermain dalam kompetisi tersebut.
memperturutkan hawa nafsu duniawi dan jauh dari suasana robbani. Kompetisi yang hanya memperturutkan hawa nafsu, contohnya kompetensi mengumpulkan harta kekayaan atau memperebutkan jabatan dan kedudukan. Semuanya bak fatamorgana, indah menggoda, tetapi sesungguhnya tiada. Bahkan, tak jarang dalam kompetisi diiringi “suuzan” buruk sangka, bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada Allah Swt. Lebih merugi lagi jika rasa iri dan riya ikut bermain dalam kompetisi tersebut.
Lalu,
bagaimanakah selayaknya kompetisi bagi orang-orang yang beriman? Allah Swt.
telah memberikan pengarahan bahkan penekanan kepada orang-orang beriman untuk
berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firman-Nya:
وَأَنْزَلْنَآ إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا
بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ
بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ
الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَآءَ اللَّهُ
لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَآ آتَاكُمْ
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ
بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
“Dan Kami telah
menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang
membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah Swt. dan janganlah
engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami
berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah Swt. menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah Swt. Hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah Swt. kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan” (Q.S. al-Maidah/5: 48).
berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah Swt. menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah Swt. Hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah Swt. kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan” (Q.S. al-Maidah/5: 48).
Penerapan Hukum Tajwid
Kalimat
|
Hukum Bacaan
|
Alasan
|
لِكُلٍّ
جَعَلْنَا
|
Ikhfa
|
Tanwin diikuti huruf ja
|
مِنْكُمْ
شِرْعَةً
|
Idzhar syafawi
|
Mim suku diikuti huruf syin
|
وَمِنْهَاجًا
|
Mad iwad
|
Tanda tanwin bertemu alif dan diwakafkan
|
وَلَوْ
شَآءَ اللَّهُ
|
Mad wajib muttashil
|
Mad thabii bertemu hamzah dalam satu kaliat
|
أُمَّةً
وَاحِدَةً
|
Idgham bighunah
|
Tanwin diikuti huruf wau
|
Arti Kata/Kalimat
Kalimat
|
Arti
|
Kalimat
|
Arti
|
وَأَنْزَلْنَآ
|
Dan kami telah menurunkan
|
مِنْكُمْ
|
Dari kamu
|
إِلَيْكَ
|
Kepadamu (Muhammad)
|
شِرْعَةً
|
Aturan
|
الْكِتَابَ
|
Kitab (Al Qur’an)
|
وَمِنْهَاجًا
|
Dan jalan yang terang
|
مُصَدِّقًا
|
Yang membenarkan
|
وَلَوْ
شَآءَ اللَّهُ
|
Dan kalau Allah menghendaki
|
لِمَا
|
Terhadap
|
لَجَعَلَكُمْ
|
Niscaya kamu dijadikan-Nya
|
بَيْنَ
يَدَيْهِ
|
Diantaranya
|
أُمَّةً
وَاحِدَةً
|
Satu umat
|
مِنَ
الْكِتَابِ
|
Dari kitab-kitab
|
وَلَكِنْ
|
Akan tetapi
|
وَمُهَيْمِنًا
|
Dan menjaganya
|
لِيَبْلُوَكُمْ
|
Allah hendak mengujimu
|
عَلَيْهِ
|
Kepadanya
|
فِي
مَآ
|
Terhadap ada
|
فَاحْكُمْ
|
Maka putuskanlah
|
آتَاكُمْ
|
Yang diberikan kepadamu
|
بَيْنَهُمْ
|
(perkara) di antara mereka
|
فَاسْتَبِقُوا
الْخَيْرَاتِ
|
Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan
|
بِمَا
أَنْزَلَ اللَّهُ
|
Menurut apa yang telah diturunkan oleh Allah
|
إِلَى
اللَّهِ
|
Kepada Allah
|
وَلاَ
تَتَّبِعْ
|
Dan janganlah mengikuti
|
مَرْجِعُكُمْ
|
Tempat kembalimu
|
أَهْوَاءَهُمْ
|
Keinginan mereka
|
جَمِيعًا
|
Semua
|
عَمَّا
جَآءَكَ
|
Tentang apa yang telah datang kepadamu
|
فَيُنَبِّئُكُمْ
|
Lalu diberitahukan kepadamu
|
مِنَ
الْحَقِّ
|
Dari kebenaran
|
بِمَا
كُنْتُمْ
|
Terhadap apan yang kamu
|
لِكُلٍّ
|
Kepada tiap-tiap umat
|
فِيهِ
|
Dahulu
|
جَعَلْنَا
|
Kami jadikan
|
تَخْتَلِفُونَ
|
Kamu perselisihkan
|
Pada Q.S.
al-Maidah/5:48 Allah Swt. menjelaskan bahwa setiap kaum diberikan aturan
atau syariat. Syariat setiap kaum berbeda-beda sesuai dengan waktu dan keadaan hidupnya.
Meskipun mereka berbeda-beda, yang terpenting adalah semuanya beribadah dalam
rangka mencari ridha Allah Swt., atau berlomba-lomba dalam kebaikan.
Allah Swt.
mengutus para nabi dan menurunkan syariat kepadanya untuk memberi petunjuk
kepada manusia agar berjalan pada jalan atau arah yang benar dan lurus. Akan
tetapi, sebagian dari ajaran-ajaran mereka disembunyikan atau diselewengkan.
Sebagai ganti ajaran para nabi, manusia membuat ajaran sendiri yang bersifat
khurafat dan takhayul.
Suratal-Maidah/5:
48 ini membicarakan bahwaal-Qur’an memiliki kedudukan yang sangat
tinggi. Al-Qur’an merupakan pembenar kitab-kitab sebelumnya, juga sebagai
penjaga kitab-kitab tersebut. Dengan menekankan terhadap dasar-dasar ajaran
para nabi terdahulu, al-Qur’an sepenuhnya memelihara keaslian ajaran itu
dan menyempurnakannya.
Akhir ayat ini
juga mengatakan, perbedaan syariat tersebut seperti layaknya perbedaan manusia
dalam penciptaannya, bersuku-suku, dan berbangsabangsa. Semua perbedaan itu
adalah rahmat dan untuk saling mengenal. Ayat ini mendorong pengembangan
berbagai macam kemampuan yang dimiliki oleh manusia, dan bukan menjadi ajang
perdebatan. Semua orang dengan potensi dan kadar kemampuan masing-masing, harus
berlomba-lomba dalam melaksanakan kebaikan. Allah Swt. senantiasa melihat dan
memantau perbuatan manusia dan bagi-Nya tidak ada sesuatu yang tersembunyi.
Mengapa kita
diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan? Ada beberapa alasan mengapa
kita diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, antara lain sebagai berikut.
Pertama, bahwa melakukan
kebaikan tidak bisa ditunda-tunda, dan harus
egera dikerjakan. Kesempatan hidup sangat terbatas, begitu juga kesempatan berbuat baik belum tentu setiap saat kita dapatkan. Kematian bisa datang secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya. Oleh karena itu, ketika ada kesempatan untuk berbuat baik, jangan ditunda-tunda lagi, tetapi segera dikerjakan.
egera dikerjakan. Kesempatan hidup sangat terbatas, begitu juga kesempatan berbuat baik belum tentu setiap saat kita dapatkan. Kematian bisa datang secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya. Oleh karena itu, ketika ada kesempatan untuk berbuat baik, jangan ditunda-tunda lagi, tetapi segera dikerjakan.
Kedua, untuk berbuat
baik hendaknya saling memotivasi dan saling tolong-menolong, Oleh karena itu,
kita perlunya berkolaborasi atau kerja sama. Lingkungan yang baik adalah
lingkungan yang membuat kita terdorong untuk berbuat baik. Tidak sedikit
seorang yang tadinya baik menjadi rusak karena lingkungan. Lingkungan yang
saling mendukung kebaikan akan tercipta kebiasaan berbuat baik secara istiqamah
(konsisten).
Ketiga, bahwa kesigapan
melakukan kebaikan harus didukung dengan kesungguhan. Allah berfirman :
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى
الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan...” (Q.S. al-Maidah/5:
2)
Langkah awal
untuk menciptakan lingkungan yang baik adalah dengan memulai dari diri sendiri,
dari yang terkecil, dan dari sekarang. Kita harus memulai dari diri sendiri dan
keluarga. Sebuah bangsa, apa pun hebatnya secara teknologi, tidak akan pernah
bisa tegak dengan kokoh jika pribadi manusia dan keluarga yang ada di dalamnya
sangat rapuh.
C.
Etos Kerja
Sudah menjadi
kewajiban manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhan dan kepentingan dalam
kehidupannya. Seorang muslim haruslah menyeimbangkan antara kepentingan dunia
dan akhirat. Tidak semata hanya berorientasi pada kehidupan akhirat saja,
melainkan juga harus memikirkan kepentingan kehidupannya di dunia. Untuk
menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat, wajiblah seorang muslim
untuk bekerja.
Bekerja dalam
berbagai bidang. Seseorang yang bekerja layak untuk mendapatkan predikat yang
terpuji, seperti potensial, aktif, dinamis, produktif atau profesional, karena
prestasi kerjanya. Karena itu, agar manusia benar-benar “hidup”, ia memerlukan
ruh (spirit). Oleh karena itulah, al-Qur’an diturunkan sebagai spirit
hidup, sekaligus sebagai nur (cahaya) yang tak kunjung padam agar aktivitas
hidup manusia tidak tersesat.
Dalam al-Qur’an
maupun hadis, ditemukan banyak literatur yang memerintahkan seorang muslim
untuk bekerja dalam rangka memenuhi dan melengkapi kebutuhan duniawinya. Salah
satu perintah Allah Swt. kepada umatNya untuk bekerja termaktub dalam Q.S.
at-Taubah/9:105 berikut ini.
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ
وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan
katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga
rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
yang maha mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. at-Taubah/9: 105)
Penerapan Hukum Tajwid
Kalimat
|
Hukum Bacaan
|
Alasan
|
فَسَيَرَى
اللهُ
|
Tafhim
|
Lafad jalalah setelah harakat fathah
|
وَالْمُؤْمِنُونَ
|
Alif lam qomariyah
|
Alif lam sukun diikuti huruf mim
|
وَالشَّهَادَةِ
|
Alif lam syamsiyah
|
Alif lam diikuti huruf syin
|
فَيُنَبِّئُكُمْ
بِمَا
|
Ikhfa syafawi
|
Mim sukun diikuti huruf ba
|
تَعْمَلُونَ
|
Mad arid lisukun
|
Mad thabii diikuti huruf nun yang disukunkan
|
Arta Kata/Kalimat
Kalimat
|
Arti
|
Kalimat
|
Arti
|
وَقُلِ
|
Dan katakanlah (Muhammad)
|
إِلَى
|
Kepada
|
اعْمَلُوا
|
Bekerjalah kamu
|
عَالِمِ
الْغَيْبِ
|
Yang Maha Mengetahui yang ghaib
|
فَسَيَرَى
اللهُ
|
Maka Allah akan melihat
|
وَالشَّهَادَةِ
|
Dan yang nyata
|
عَمَلَكُمْ
|
Pekerjaanmu
|
فَيُنَبِّئُكُمْ
|
Lalu diberitakan-Nya kepadamu
|
وَرَسُولُهُ
|
Dan begitu juga Rasul-Nya
|
بِمَا
كُنْتُمْ
|
Apa yang kamu
|
وَالْمُؤْمِنُونَ
|
Dan orang-orang mukmin
|
تَعْمَلُونَ
|
Kerjakan
|
وَسَتُرَدُّونَ
|
Dan kamu akan dikembalikan
|
Q.S. at-Taubah/9: 1 5 menjelaskan,
bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk semangat dalam melakukan amal saleh
sebanyak-banyaknya. Allah Swt. akan melihat dan menilai amal-amal tersebut.
Pada akhirnya, seluruh manusia akan dikembalikan kepada Allah Swt. dengan
membawa amal perbuatannya masing-masing. Mereka yang berbuat baik akan diberi
pahala atas perbuatannya itu. Mereka yang berbuat jahat akan diberi siksaan atas
perbuatan yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia.
Sebutan lain dari
ganjaran adalah imbalan atau upah atau Fompensation. Imbalan dalam
konsep Islam menekankan pada dua aspek, yaitu dunia dan akhirat. Q.S.
at-Taubah/9: 1 5 juga menjelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan
kita untuk bekerja, dan Allah Swt. pasti membalas semua yang telah kita
kerjakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam ayat ini adalah penegasan Allah
Swt. Bahwa motivasi atau niat bekerja itu harus benar.
Umat Islam
dianjurkan agar tidak hanya merasa cukup dengan melakukan “tobat” saja, tetapi
harus dibarengi dengan usaha-usaha untuk melakukan perbuatan terpuji yang
lainnya. Perbuatan-perbuatan terpuji itu seperti menunaikan zakat, membantu
orang-orang yang membutuhkan pertolongan, menyegerakan untuk mengerjakan alat,
saling menasihati teman dalam hal kebenaran dan kesabaran, dan masih banyak
lagi. Semua itu dilakukan atas dasar taat dan patuh kepada perintah Allah Swt.
dan yakin bahwa Allah Swt. pasti menyaksikan itu.
Ayat ini pun
berisi peringatan bahwa perbuatan mereka itu pun nantinya akan diperlihatkan
kelak di hari kiamat. Dengan demikian, akan terlihatlah kebajikan dan kejahatan
yang mereka lakukan sesuai amal perbuatannya. Bahkan, di dunia ini pun sudah
sering kita saksikan, bagaimana gambaran orang-orang yang berbuat jahat seperti
pencuri, penipu, koruptor, dan lain sebagainya. Banyaknya berita tentang
korupsi, dan bagaimana seorang koruptor dipertontonkan di ruang publik. Ini
menandakan bahwa di dunia pun perbuatan kita sudah bisa dipertontonkan. Apalagi
kelak di akhirat yang pasti sangat nyata dan tidak bisa ditutup-tutupi.
عَنِ الْمِقْدَامِ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ : مَا اَكَلَ اَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ اَنْ يَأْكُلَ
مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَاِنَّ نَبِيَ اللهِ دَاوُوْدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ كَانَ
يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ (زواه البخري)
“Dari Miqdam ra. dari Nabi saw. beliau
bersabda: “Tidak seorang pun yang makan lebih baik daripada makan hasil
usahanya sendiri. Sungguh Nabi Daud as. makan hasil usahanya.” (H.R. Bukhari).
Perilaku mulia
(ketaatan) yang perlu dilestarikan adalah seperti berikut.
1. Selalu
menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya, serta meninggalkan larangan-Nya,
baik di waktu lapang maupun di waktu sempit.
2. Merasa
menyesal dan takut apabila melakukan perilaku yang dilarang oleh Allah dan
rasul-Nya.
3. Menaati
dan menjunjung tinggi aturan-aturan yang telah disepakati, baik di rumah, di
sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
4. Menaati
pemimpin selagi perintahnya sesuai dengan tuntunan dan syariat agama.
5. Menolak
dengan cara yang baik apabila pemimpin mengajak kepada kemaksiatan.
Perilaku mulia
(kompetisi dalam kebaikan) yang perlu dilestarikan adalah
seperti berikut.
seperti berikut.
1. Meyakini
bahwa hidup itu perjuangan dan di dalam perjuangan ada kompetisi.
2. Berkolaborasi
dalam melakukan kompetisi agar pekerjaan menjadi ringan, mudah, dan hasilnya
maksimal.
3. Dalam
berkolaborasi, semuanya diniatkan ibadah, dan semata-mata mengharap ridha Allah
Swt.
4. Selalu
melihat sesatu dari sisi positif, tidak memperbesar masalah perbedaan, tetapi
mencari titik persamaan.
5. Ketika
mendapatkan keberhasilan, tidak tinggi hati; ketika mendapatkan kekalahan, ia
selalu sportif dan berserah diri kepada Allah Swt. (tawakkal).
Perilaku mulia
(etos kerja) yang perlu dilestarikan adalah seperti berikut.
1. Meyakini
bahwa dengan kerja keras, pasti ia akan mendapatkan sesuatu yang diinginkan (“man
jada wa jada” - Siapa yang giat, pasti dapat).
2. Melakukan
sesuatu dengan prinsip: “Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, dan
mulai dari sekarang.”
3. Pantang
menyerah dalam melakukan suatu pekerjaan.
Disalin dari buku :
1. PAI dan Budi Pekerti 2014 Yrama Widya Bandung
2. PAI dan Budi Pekerti 2013 Kemdikbud
3. PAI dan Budi Pekerti Edisi Revisi 2018 Kemdikbud
EVALUASI
Pilihlah jawaban yang tepat
1.
Perhatikan pernyataan
berikut ini!
1. Berusaha dengan sungguh-sungguh agar tercapai cita-citanya
2. Suka mengikuti kompetisi yang dilakukan sekolah-sekolah lain
3. Menjalankan perintah Allah Swt., rasul, dan pemimpin
4. Berlomba dalam mewujudkan kebersihan dan keindahan
5. Disiplin dan selalu berseragam dengan lengkap setiap hari
1. Berusaha dengan sungguh-sungguh agar tercapai cita-citanya
2. Suka mengikuti kompetisi yang dilakukan sekolah-sekolah lain
3. Menjalankan perintah Allah Swt., rasul, dan pemimpin
4. Berlomba dalam mewujudkan kebersihan dan keindahan
5. Disiplin dan selalu berseragam dengan lengkap setiap hari
Dari pernyataan di atas, yang termasuk perilaku mulia terkait
ketaatan adalah ....
a. 1 dan 2
b. 2 dan 3
c. 3 dan 4
d. 2 dan 5
e. 3 dan 5
a. 1 dan 2
b. 2 dan 3
c. 3 dan 4
d. 2 dan 5
e. 3 dan 5
2.
Akhir-akhir ini
semangat berkompetisi sangat menurun di kalangan pelajar. Ini dibuktikan ketika
diumumkan tentang peringkat kelas, justru sang juara menjadi cemoohan
teman-temannya yang lain. Mereka menanggapinya dengan sinis bahwa si juara ini
pelit orangnya, tidak mau bagi-bagi pada saat ujian. Yang harus dilakukan oleh
orang yang memahami isi Q.S. al-Maidah/5:48 adalah .…
a. belajar dengan sungguh-sungguh agar ia menjadi juara kelas
b. bekerja keras agar apa yang diinginkan dapat tercapai
c. berkompetisi secara sehat, tidak curang dan tidak menyontek
d. berkolaborasi agar sama-sama mendapatkan nilai memuaskan
e. menaati semua aturan yang ada di sekolah dan kelas
a. belajar dengan sungguh-sungguh agar ia menjadi juara kelas
b. bekerja keras agar apa yang diinginkan dapat tercapai
c. berkompetisi secara sehat, tidak curang dan tidak menyontek
d. berkolaborasi agar sama-sama mendapatkan nilai memuaskan
e. menaati semua aturan yang ada di sekolah dan kelas
3.
Ketika menemukan masalah,
kemudian terjadi perselisihan karena masingmasing menganggap paling benar
pendapatnya, yang harus kamu lakukan adalah sebagai berikut, kecuali ….
a. menghormati perbedaan pendapat orang lain
b. berusaha mencari titik temu dari perbedaan tersebut
c. mengembalikan permasalahan kepada al-Qur’an dan hadis
d. melakukan terobosan baru dengan berijtihad
e. tidak perlu diselesaikan karena keduanya ingin menang
a. menghormati perbedaan pendapat orang lain
b. berusaha mencari titik temu dari perbedaan tersebut
c. mengembalikan permasalahan kepada al-Qur’an dan hadis
d. melakukan terobosan baru dengan berijtihad
e. tidak perlu diselesaikan karena keduanya ingin menang
4.
Apabila ada pemimpin
yang mengajak kepada kemaksiatan, sikap kita sebagaimana dijelaskan pada Q.S.
an-Nisa/4:59 adalah ….
a. mengikuti meskipun salah
b. memeranginya dengan cara yang keras
c. melakukan demo untuk menentangnya
d. menolaknya dengan cara yang halus
e. membiarkan dan masa bodoh saja
a. mengikuti meskipun salah
b. memeranginya dengan cara yang keras
c. melakukan demo untuk menentangnya
d. menolaknya dengan cara yang halus
e. membiarkan dan masa bodoh saja
5.
Perhatikan penyataan
berikut ini!
1. Mempersaudarakan rakyatnya seperti saudara kandung
2. Senantiasa bersikap adil dan bijaksana serta berpola hidup sederhana
3. Bekerja keras dengan cara yang baik dan halal
4. Menyelesaikan tugas sampai tuntas
5. Kelompok-kelompok yang berbeda tidak perlu diperangi, tetapi didekati
Ungkapan di atas yang termasuk kategori etos kerja adalah ....
a. 1 dan 2
b. 2 dan 3
c. 3 dan 4
d. 4 dan 5
e. 1 dan 5
1. Mempersaudarakan rakyatnya seperti saudara kandung
2. Senantiasa bersikap adil dan bijaksana serta berpola hidup sederhana
3. Bekerja keras dengan cara yang baik dan halal
4. Menyelesaikan tugas sampai tuntas
5. Kelompok-kelompok yang berbeda tidak perlu diperangi, tetapi didekati
Ungkapan di atas yang termasuk kategori etos kerja adalah ....
a. 1 dan 2
b. 2 dan 3
c. 3 dan 4
d. 4 dan 5
e. 1 dan 5
Tugas
1.
Mengapa manusia perlu
aturan?
2.
Apa jadinya kalau dalam
kehidupan ini tidak ada aturan?
3.
Bagaimana pendapatmu
jika ada pemimpin yang membuat kebijakan tetapi ia sendiri tidak menjalankan?
4.
Mengapa manusia perlu
berkompetisi dan berkolaborasi?
5.
Mengapa kita dianjurkan
untuk saling menasihati antarsesama?
