Islam Masa Modern (Materi Kelas 11)
PEMBAHARU ISLAM
(Peradaban
Islam Masa Modern)
Membuka Relung Hati
Saat ini diperkirakan terdapat antara 1.250 juta hingga 1,4
miliar umat Islam yang tersebar di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, sekitar
18% hidup di negara-negara Arab, 20% di Afrika, 20% di Asia Tenggara, 30% di
Asia Selatan yakni Pakistan, India dan Bangladesh. Populasi muslim terbesar
dalam satu negara dapat dijumpai di Indonesia. Populasi muslim juga dapat
ditemukan dalam jumlah yang signifkan di Republik Rakyat Cina, Amerika Serikat,
Eropa, Asia Tengah, dan Rusia.
Pertumbuhan umat Islam sendiri diyakini mencapai 2,9% per
tahun, sementara pertumbuhan penduduk dunia hanya mencapai 2,3%. Besaran ini
menjadikan Islam sebagai agama dengan pertumbuhan pemeluk yang tergolong cepat
di dunia. Beberapa pendapat menghubungkan pertumbuhan ini dengan tingginya
angka kelahiran di banyak negara Islam (enam dari sepuluh negara di dunia
dengan angka kelahiran tertinggi di dunia adalah negara dengan mayoritas
muslim. Namun belum lama ini, sebuah studi demograf telah menyatakan bahwa
angka kelahiran di negara muslim menurun hingga ke tingkat negara Barat.
Perkembangan penduduk muslim yang cukup signifkan tentu
saja berpengaruh terhadap perilaku umat Islam itu sendiri. Pada zaman
Rasulullah saw., umat Islam masih sedikit dan oleh karena itu penanganannya
juga tidak serumit saat ini. Berbagai macam kelompok muslim yang satu sama lain
memiliki persepsi tentang Islam, menjadikan Islam berwarna-warni. Sepanjang
masih saling menghargai dan toleransi antara intern agama, Islam isnya Allah
akan berkembang pesat dengan baik. Akan tetapi, apabila setiap kelompok
mengklaim bahwa kelompoknyalah yang paling benar, inilah awal dari kehancuran.
Berdasarkan analisis tersebut, kita sebagai pemeluk Islam harus waspada dan
terus belajar tentang Islam secara kaffah sehingga akhirnya kita menajdi orang
Islam yang arif lagi bijaksana.
Mengkritisi Sekitar Kita
Islam adalah agama yang memberi kebebasan kepada umatnya
untuk mengekspresikan diri asalkan sesuai dengan kaidah ajaran Islam dan
sejalan dengan tujuan penciptanya, yakni untuk beribadah kepada Allah Swt.
Perjalanan sejarah umat Islam telah membuktikan bahwa setiap saat ada umat yang
senantiasa berposisi sebagai pemberi motivasi atau pembaru bagi masyarakat.
Kamu diminta untuk mengkritisi perilaku berikut ini dari
beberapa sudut pandang (contoh dari sisi agama, sosial, budaya, dan
sebagainya)!
1.
Ada kelompok umat Islam yang selama
hidup di dunia ini hanya mementingkan urusan akhirat dan meninggalkan dunia.
Mereka beranggapan bahwa memiliki harta benda yang banyak, kedudukan yang
tinggi, dan ilmu pengetahuan dunia adalah tidak perlu, karena hidup di dunia
ini hanya sebentar dan sementara, sedangkan hidup di akhirat bersifat kekal dan
abadi. Selain itu, banyak umat Islam yang menganut paham fatalisme, yaitu paham yang mengharuskan
berserah diri kepada nasib dan tidak perlu berikhtiar karena hidup manusia
dikuasai dan dikendalikan oleh nasib.
2.
Gairah generasi muda untuk mengaji
dan mengkaji Islam tampak menggembirakan. Hal ini bisa dilihat dari maraknya
kegiatan keislaman yang diikuti oleh pelajar-pelajar dan remaja Islam.
Antusiasme remaja Islam dalam melaksanakan kegiatan tidak dibarengi dengan
semangat berkarya, baik dalam ilmu pengetahuan maupun yang lainnya. Akibatnya,
perkembangan Islam hanya pada formalitas saja tetapi secara kualitas tidak
nampak.
A.
Islam Masa Modern (1800 – sekarang)
Islam pada periode ini dikenal
dengan era kebangkitan umat Islam. Kebangkitan umat Islam disebabkan oleh
adanya benturan antara kekuatan Islam dengan kekuatan Eropa. Benturan itu
menyadarkan umat Islam bahwa sudah cukup jauh tertinggal dengan Eropa. Hal ini dirasakan
sekali oleh Kerajaan Turki Usmani yang langsung menghadapi kekuatan Eropa yang
pertama kali. Kesadaran tersebut membuat penguasa dan pejuang-pejuang Turki
tergugah untuk belajar dari Eropa. Guna pemulihan kembali kekuatan Islam, Kerajaan
Turki mengadakan suatu gerakan pembaharuan dengan mengevaluasi yang menjadi
penyebab mundurnya Islam dan mencari ide-ide pembaharuan dan ilmu pengetahuan
dari Barat.
Benih pembaharuan dunia Islam
sesungguhnya telah muncul sekitar abad XIII M. ketika dunia Islam mengalami
kemunduran di berbagai bidang. Saat itu pula lahirlah Taqiyudin Ibnu Taimiyah,
seorang muslim yang sangat peduli terhadap nasib umat Islam dengan mendapat
dukungan muridnya Ibnu Qoyyim al Jauziyah (691‒751). Mereka ingin mengembalikan
pemahaman keagamaan umat Islam kepada pemahaman dan pengamalan Rasulullah saw.
Gerakan salaf ini kemudian menjadi
ciri gerakan pembaharuan dalam dunia Islam yang mempunyai ciri sebagai berikut.
1.
Memberi ruang dan peluang ijtihad di
dalam berbagai kajian keagamaan yang berkaitan dengan muamalah duniawiyah.
2.
Tidak terikat secara mutlak dengan
pendapat ulama-ulama terdahulu.
3.
Memerangi orang-orang yang
menyimpang dari aqidah kaum salaf seperti kemusyrikan, khurafat, bid’ah,
taqlid, dan tawasul.
4.
Kembali kepada al-Qur’ān dan As-Sunnah sebagai sumber utama ajaran Islam. Secara
garis besar isi pemikiran Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim antara lain mengadakan
pembaharuan dalam bidang agama, sosial, dan ekonomi, memberantas takhayul dan
bid’ah yang masuk ke dalam ajaran Islam, menghilangkan paham fatalisme yang terdapat di kalangan umat Islam, menghilangkan paham
salah yang dibawa oleh tarekat tasawuf, meningkatkan mutu pendidikan dan
membela umat Islam terhadap permainan politik negara Barat.
Selanjutnya, ide-ide cemerlang Ibnu
Taimiyah dan Ibnu Qoyyim dan yang lainnya dilanjutkan oleh tokoh-tokoh muda
yang lahir pada abad ke-18. Mereka meyakini bahwa umat Islam sudah tertinggal
jauh dibandingkan dunia Barat. Umat Islam masih berkutat pada hal-hal yang
tidak rasional seperti bid’ah, khurāfat, dan tahayyul. Satu-satunya jalan umat Islam harus bangkit dari
kebodohan itu. Maka, lahirlah tokoh-tokoh pembaharu Islam.
B.
Tokoh-Tokoh Pembaharuan Dunia Islam Masa Modern
Tokoh-tokoh yang memelopori gerakan
pembaharuan dunia Islam, antara lain : Muhammad bin Abdul Wahab, Syah
Waliyullah, Muhammad Ali Pasya, AlTahtawi, Jamaludin Al-Afghani, Muhammad Abduh,
Rasyid Rida, Sayyid Ahmad Khan, dan Sultan Mahmud II.
1. Muhammad bin Abdul Wahab
Di Arabia timbul suatu aliran
Wahabiyah, yang mempunyai pengaruh pada pemikiran
pembaharuan di abad ke-19. Pencetusnya ialah Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787) yang lahir di Uyainah, Nejd, Arab Saudi. Setelah menyelesaikan pelajarannya di Madinah ia pergi merantau ke Basrah dan tinggal di kota ini selama empat tahun. Selanjutnya ia pindah ke Bagdad dan di sini ia menikah dengan seorang wanita kaya. Lima tahun kemudian, setelah istrinya meninggal dunia, ia pindah ke Kurdistan, selanjutnya ke Hamdan, dan ke Isfahan. Di Kota Isfahan, ia sempat mempelajari flsafat dan tasawuf. Setelah bertahun-tahun merantau, ia akhirnya kembali ke tempat kelahirannya di Nejed.
pembaharuan di abad ke-19. Pencetusnya ialah Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787) yang lahir di Uyainah, Nejd, Arab Saudi. Setelah menyelesaikan pelajarannya di Madinah ia pergi merantau ke Basrah dan tinggal di kota ini selama empat tahun. Selanjutnya ia pindah ke Bagdad dan di sini ia menikah dengan seorang wanita kaya. Lima tahun kemudian, setelah istrinya meninggal dunia, ia pindah ke Kurdistan, selanjutnya ke Hamdan, dan ke Isfahan. Di Kota Isfahan, ia sempat mempelajari flsafat dan tasawuf. Setelah bertahun-tahun merantau, ia akhirnya kembali ke tempat kelahirannya di Nejed.
Pemikiran yang dicetuskan Muhammad
bin Abd Wahab untuk memperbaiki kedudukan umat Islam timbul bukan sebagai
reaksi terhadap suasana politik seperti yang terdapat di Kerajaan Utsmani dan
Kerajaan Mughal, tetapi sebagai reaksi terhadap paham tauhid yang terdapat di
kalangan umat Islam di waktu itu. Kemurnian paham tauhid mereka telah dirusak
oleh ajaran-ajaran tarekat yang semenjak abad ketiga belas memang tersebar luas
di dunia Islam.
Soal tauhid memang merupakan ajaran
paling dasar dalam Islam. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau Muhammad
bin Abd Wahhab memusatkan perhatian pada soal ini. Ia berpendapat seperti
berikut.
a.
Yang boleh dan harus disembah
hanyalah Allah Swt., dan orang yang menyembah selain Allah Swt. telah menjadi
musyrik dan boleh dibunuh.
b.
Kebanyakan orang Islam bukan lagi
penganut paham tauhid yang sebenarnya karena mereka meminta pertolongan bukan
lagi dari Allah, tetapi dari syekh atau wali dari kekuatan gaib. Orang Islam
demikian juga telah menjadi musyrik.
c.
Menyebut nama nabi, syekh, atau
malaikat sebagai perantara dalam doa juga merupakan syirik.
d.
Meminta syafa’at selain dari kepada
Allah Swt. adalah juga syirik.
e.
Bernazar kepada selain dari Allah
Swt. juga syirik.
f.
Memperoleh pengetahuan selain dari al-Qur’ān, hadis dan qias (analogi) merupakan kekufuran.
g.
Tidak percaya kepada qada dan qadar
Allah Swt. juga merupakan kekufuran.
h.
Demikian pula menafsirkan al-Qur’ān dengan ta’wil (interpretasi bebas) adalah kufur.
Pemikiran-pemikiran Muhammad bin Abd
Wahhab yang mempunyai pengaruh pada perkembangan pemikiran pembaharuan di abad
ke-19 antara lain seperti berikut.
a.
Hanya al-Qur’ān dan hadislah yang merupakan sumber
asli dari ajaran-ajaran Islam. Pendapat ulama tidak merupakan sumber.
b.
Taklid kepada ulama tidak
dibenarkan.
c.
Pintu ijtihad terbuka dan tidak tertutup.
2. Syah Waliyullah
Syah Waliyullah dilahirkan di Delhi
pada tanggal 21 Februari 1703 M. Ia mendapatkan
pendidikan dari orang tuanya, Syah Abd Rahim, seorang suf dan ulama yang memiliki madrasah. Setelah dewasa, ia kemudian turut mengajar di madrasah itu. Selanjutnya, ia pergi naik haji dan selama satu tahun di Hejaz ia sempat belajar pada ulama-ulama yang ada di Mekkah dan Madinah. Ia kembali ke Delhi pada tahun 1732 dan meneruskan pekerjaannya yang lama sebagai guru. Di samping itu, ia gemar menulis buku dan banyak meninggalkan karya-karyanya, di antaranya buku Hujjatullāh Al-Baligah dan Fuyun Al-Haramain
pendidikan dari orang tuanya, Syah Abd Rahim, seorang suf dan ulama yang memiliki madrasah. Setelah dewasa, ia kemudian turut mengajar di madrasah itu. Selanjutnya, ia pergi naik haji dan selama satu tahun di Hejaz ia sempat belajar pada ulama-ulama yang ada di Mekkah dan Madinah. Ia kembali ke Delhi pada tahun 1732 dan meneruskan pekerjaannya yang lama sebagai guru. Di samping itu, ia gemar menulis buku dan banyak meninggalkan karya-karyanya, di antaranya buku Hujjatullāh Al-Baligah dan Fuyun Al-Haramain
Di antara penyebab yang membawa
kepada kelemahan dan kemunduran umat Islam menurut pemikirannya adalah sebagai
berikut.
a.
Terjadinya perubahan sistem
pemerintahan Islam dari sistem kekhalifahan menjadi sistem kerajaan.
b.
Sistem demokrasi yang ada dalam
kekhalifahan diganti dengan sistem monarki absolut.
c.
Perpecahan di kalangan umat Islam
yang disebabkan oleh berbagai pertentangan aliran dalam Islam.
d.
Adat istiadat dan ajaran bukan Islam
masuk ke dalam keyakinan umat Islam.
Di zaman Syah Waliyullah,
penerjemahan al-Qur’ān ke dalam bahasa asing masih dianggap
terlarang. Tetapi, ia melihat bahwa orang di India membaca al-Qur’ān dengan tidak mengerti isinya.
Pembacaan tanpa pengertian tak besar faedahnya untuk kehidupan duniawi mereka.
Ia melihat perlu al-Qur’ān diterjemahkan ke dalam bahasa yang dapat dipahami orang
awam. Bahasa yang dipilihnya ialah bahasa Persia yang banyak dipakai di
kalangan terpelajar Islam India di ketika itu. Penerjemahan al-Qur’ān ke dalam bahasa Persia disempurnakan
Syah Waliyullah di tahun 1758. Terjemahan itu pada mulanya mendapat tantangan, tetapi
lambat laun dapat juga diterima oleh masyarakat. Karena masyarakat telah mau
menerima terjemahan, putranya kemudian membuat terjemahan ke dalam bahasa Urdu,
bahasa yang lebih umum dipakai oleh masyarakat Islam India daripada bahasa
Persia.
3. Muhammad Ali Pasya
Muhammad Ali Pasya lahir di Kawala, Yunani
pada tahun 1765 M adalah seorang keturunan Turki dan meninggal di Mesir pada tahun
1849 M. Sebagaimana raja-raja Islam lainnya, Muhammad Ali juga mementingkan soal
yang bersangkutan dengan militer. Ia yakin bahwa kekuasaannya hanya dapat
dipertahankan dan diperbesar dengan kekuatan militer. Di samping itu, ia
mengerti bahwa di belakang kekuatan militer mesti ada kekuatan ekonomi yang
sanggup membelanjai pembaharuan dalam bidang militer, dan bidang-bidang yang bersangkutan
dengan urusan militer. Jadi, ada dua hal yang penting baginya, kemajuan ekonomi
dan kemajuan militer. Kedua hal tersebut menghendaki ilmu-ilmu modern yang
telah dikenal orang di Eropa.
Ide dan gagasan Muhammad Ali Pasya
yang sangat inovatif pada zamannya antar lain bahwa, untuk mendirikan
sekolah-sekolah modern dan memasukkan ilmu-ilmu modern dan sains ke dalam
kurikulum. Sekolah-sekolah inilah yang kemudian yang dikenal sebagai sekolah
modern di Mesir pada khususnya dan dunia Islam pada umumnya.
Saat itu Mesir masih mempunyai
sistem pendidikan tradisional, yaitu kuttab, masjid, madrasah, dan jami’
al-Azhar. Sementara itu ia melihat jika ia memasukkan kurikulum modern ke dalam
lembaga pendidikan tradisional tersebut, sangat sulit. Oleh karena itulah, ia
mengambil jalan alternatif dengan cara mendirikan sekolah modern di samping
madrasah-madrasah tradisional yang telah ada pada masa itu masih tetap berjalan.
4. Al-Tahtawi
Rifa’ah Baidawi Raf’Al-Tahtawi
demikian nama lengkapnya. Ia lahir pada tahun 1801 M di Tahta, suatu kota yang
terletak di Mesir bagian selatan dan meninggal di Kairo pada tahun 1873 M.
Ketika Muhammad Ali mengambil alih seluruh kekayaan di Mesir, harta orang tua
Al-Tahtawi termasuk dalam kekayaan yang dikuasai itu. Ia terpaksa belajar di
masa kecilnya dengan bantuan dari keluarga ibunya. Ketika berumur 16 tahun, ia
pergi ke Kairo untuk belajar di Al-Azhar. Setelah lima tahun menuntut ilmu, ia
selesai dari studinya di Al-Azhar pada tahun 1822 M.
Beberapa pemikirannya tentang
pembaruan Islam adalah sebagai berikut.
a.
Ajaran Islam bukan hanya
mementingkan soal akhirat, tetapi juga soal hidup di dunia. Umat Islam juga
harus memperhatikan kehidupan dunia.
b.
Kekuasaan raja yang absolut harus
dibatasi oleh syariat, raja harus bermusyawarah dengan ulama dan kaum
intelektual.
c.
Syariat harus diartikan sesuai
dengan perkembangan modern.
d.
Kaum ulama harus mempelajari flsafat
dan ilmu pengetahuan modern agar syariat dapat menyesuaikan diri dengan
kebutuhan masyarakat modern.
e.
Pendidikan harus bersifat universal,
misalnya wanita harus memperoleh pendidikan yang sama dengan kaum pria. Istri
harus menjadi teman dalam kehidupan intelektual dan sosial.
f.
Umat Islam harus dinamis dan
meninggalkan sifat statis.
5. Jamaludin Al-Afgani
Jamaludin lahir di Afghanistan pada
tahun 1839 dan meninggal dunia di Istambul pada tahun 1897. Ketika baru berusia
dua puluh dua tahun, ia telah menjadi pembantu bagi Pangeran Dost Muhammad Khan
di Afghanistan. Di tahun 1864 ia menjadi penasihat Sher Ali Khan. Beberapa
tahun kemudian, ia diangkat oleh Muhammad A’zam Khan menjadi perdana menteri.
Dalam pada itu, Inggris mulai mencampuri soal politik dalam negeri Afghanistan
dan dalam pergolakan yang terjadi Al-Afgani memilih pihak yang melawan golongan
yang disokong Inggris. Pihak pertama kalah dan Al-Afgani merasa lebih aman
meninggalkan tanah tempat lahirnya dan pergi ke India di tahun 1869.
Beberapa pemikiran Jamaludin
Al-Afgani tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut.
a.
Kemunduran umat Islam tidak
disebabkan karena Islam tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan perubahan
kondisi. Kemunduran itu disebabkan oleh berbagai faktor.
b.
Untuk mengembalikan kejayaan pada
masa lalu dan sekaligus menghadapi dunia modern, umat Islam harus kembali
kepada ajaran Islam yang murni dan Islam harus dipahami dengan akal serta
kebebasan.
c.
Corak pemerintahan otokrasi dan
absolut harus diganti dengan pemerintahan demokratis. Kepala negara harus
bermusyawarah dengan pemuka masyarakat yang berpengalaman.
d.
Tidak ada pemisahan antara agama dan
politik. Pan Islamisme atau rasa solidaritas antarumat Islam harus dihidupkan kembali.
6. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh dilahirkan di Mesir
pada tahun 1849 M. Bapaknya bernama Abduh Hasan Khaerullah, berasal dari Turki
yang telah lama tinggal di Mesir. Ibunya berasal dari bangsa Arab yang
silsilahnya meningkat sampai ke suku bangsa Umar Ibn Al-Khattab.
Pada tahun 1866 M, Muhammad Abduh meneruskan
studinya ke Al-Azhar. Sewaktu masih belajar di Al-Azhar, Jamaludin Al-Afghani datang
ke Mesir dalam perjalanan ke Istambul. Di sinilah Muhammad Abduh untuk pertama
kalinya bertemu dengan Jamaludin Al-Afghani. Dalam pertemuan itu, Jamaludin
Al-Afghani mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai arti beberapa ayat al-Qur’ān. Kemudian, ia berikan tafsirannya.
Perjumpaan ini meninggalkan kesan yang baik dalam diri Muhammad Abduh.
Ketika Jamaludin Al-Afghani datang
pada tahun 1871 untuk menetap di Mesir, Muhammad Abduh menjadi muridnya yang
paling setia. Ia mulai belajar falsafat di bawah pimpinan Jamaludin Al-Afghani.
Di masa ini, ia telah mulai menulis karangan-karangan untuk harian Al-Ahram yang pada waktu itu baru saja didirikan.
Pada tahun 1877, studinya selesai di
Al-Azhar dengan mendapat gelar Alim. Ia mulai mengajar, pertama di Al-Azhar,
kemudian di Dar Al-Ulum dan juga di rumahnya sendiri. Di antara buku-buku yang
diajarkannya ialah buku akhlak karangan Ibn Miskawaih, Mukaddimah Ibn Khaldun,
dan sejarah Kebudayaan Eropa karangan Guizot, yang diterjemahkan Al-Tahtawi ke
dalam bahasa Arab pada tahun 1857. Sewaktu Jamaludin Al-Afghani diusir dari
Mesir pada tahun 1879 karena dituduh mengadakan gerakan menentang Khedewi
Tawfk, Muhammad Abduh yang juga dipandang turut campur dalam soal ini, dibuang
keluar kota Kairo. Tetapi di tahun 1880 ia boleh kembali ke ibu kota dan
kemudian diangkat menjadi redaktur surat kabar resmi pemerintah Mesir.
Adapun ide-ide pembaruan Muhammad
Abduh yang membawa dampak positif bagi pengembangan pemikiran Islam adalah
sebagai berikut.
a.
Pembukaan pintu ijtihad. Menurut Muhammad Abduh, ijtihad merupakan
dasar penting dalam menafsirkan kembali ajaran Islam.
dasar penting dalam menafsirkan kembali ajaran Islam.
b.
Penghargaan terhadap akal. Islam
adalah ajaran rasional yang sejalan dengan akal sebab dengan akal, ilmu
pengetahuan akan maju.
c.
Kekuasaan negara harus dibatasi oleh
konstitusi yang telah dibuat oleh negara yang bersangkutan.
7. Rasyid Rida
Rasyid Rida adalah murid Muhammad Abduh
yang terdekat. Ia lahir pada tahun 1865 di Al-Qalamun, suatu desa di Lebanon
yang letaknya tidak jauh dari Kota Tripoli (Suria). Menurut keterangan, ia
berasal dari keturunan Al-Husain, cucu Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu, ia
memakai gelar Al-Sayyid di depan namanya. Semasa kecil, ia dimasukkan ke
madrasah tradisional di al-Qalamun untuk belajar menulis, berhitung dan membaca
alQur’ān. Pada tahun 1882, ia meneruskan pelajaran
di Madrasah Al-Wataniah AlIslamiah (Sekolah Nasional Islam) di Tripoli. Di
Madrasah ini, selain dari bahasa Arab diajarkan pula bahasa Turki dan Perancis,
dan di samping pengetahuan-pengetahuan agama juga pengetahuan-pengetahuan
modern.
Sekolah ini didirikan oleh Al-Syaikh
Husain Al-Jisr, seorang ulama Islam yang telah dipengaruhi oleh ide-ide modern.
Di masa itu sekolah-sekolah misi Kristen telah mulai bermunculan di Suria dan
banyak menarik perhatian orang tua untuk memasukkan anak-anak mereka belajar di
sana. Dalam usaha menandingi daya tarik sekolah-sekolah misi inilah, maka
Al-Syaikh Husain Al-Jisr mendirikan Sekolah Nasional Islam tersebut. Karena
mendapat tantangan dari pemerintah Kerajaan Utsmani, umur sekolah itu tidak
panjang.
Rasyid Rida meneruskan pelajarannya
di salah satu sekolah agama yang ada di Tripoli. Tetapi dalam pada itu,
hubungan dengan Al-Syaikh Husain AlJisr berjalan terus dan guru inilah yang
menjadi pembimbing baginya di masa muda. Selanjutnya, ia banyak dipengaruhi
oleh ide-ide Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh melalui majallah Al-Urwah Al-Wusṭa. Ia berniat untuk menggabungkan
diri dengan Al-Afghani di Istambul, tetapi niat itu tak terwujud. Sewaktu
Muhammad Abduh berada dalam pembuangan di Beirut, ia mendapat kesempatan baik
untuk berjumpa dan berdialog dengan murid Al-Afghani yang terdekat ini.
Perjumpaan-pèrjumpaan dan dialognya dengan Muhammad Abduh meninggalkan kesan
yang baik dalam dirinya. Pemikiran-pemikiran pembaharuan yang diperolehnya dari
Al- Syaikh Husain Al-Jisr dan yang kemudian diperluas lagi dengan ide-ide
Al-Afghani dan Muhammad Abduh amat memengaruhi jiwanya.
Ia mulai mencoba menjalankan ide-ide
pembaharuan itu ketika masih berada di Suria, tetapi usaha-usahanya mendapat
tantangan dari pihak Kerajaan Utsmani. Ia merasa terikat dan tidak bebas. Oleh
karena itu, ia memutuskan pindah ke Mesir, dekat dengan Muhammad Abduh. Pada
bulan Januari 1898, ia sampai di negeri gurunya ini.
Beberapa bulan kemudian, ia mulài
menerbitkan majalah yang termasyhur, Al-Manār. Di dalam nomor pertama, dijelaskan bahwa tujuan Al-Manār sama dengan tujuan Al-Urwah Al-Wusṭa, antara lain mengadakan pembaharuan
dalam bidang agama, sosial, dan ekonomi, memberantas takhyul dan bid’ah-bid’àh
yang masuk ke dalam tubuh Islam, menghilangkan paham fatalisme yang terdapat dalam
kalangan umat Islam, serta paham-paham salah yang dibawa tarekat-tarekat tasawuf,
meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat Islam terhadap permainan politik
negara-negara Barat.
Majalah ini banyak menyiarkan
ide-ide Muhammad Abduh. Guru memberikan ide-ide kepada murid dan kemudian
muridlah yang menjelaskan dan menyiarkannya kepada umum melalui
lembaran-lembaran Al-Manār. Tetapi, selain dari ide-ide, Al-Manār juga mengandung artikel-artikel yang
dikarang Muhammad Abduh sendiri. Demikian juga tulisan pengarang-pengarang
lain.
Beberapa pemikiran Rasyid Rida
tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut.
a.
Sikap aktif dan dinamis di kalangan
umat Islam harus ditumbuhkan.
b.
Umat Islam harus meninggalkan sikap
dan pemikiran kaum Jabariyah.
c.
Akal dapat dipergunakan untuk
menafsirkan ayat dan hadis tanpa meninggalkan prinsip umum.
d.
Umat Islam menguasai sains dan
teknologi jika ingin maju.
e.
Kemunduran umat Islam disebabkan
banyaknya unsur bid’ah dan khurafat yang masuk ke dalam ajaran Islam.
f.
Kebahagiaan dunia dan akhirat
diperoleh melalui hukum yang diciptakan Allah Swt.
g.
Perlu menghidupkan kembali sistem
pemerintahan khalifah.
h.
Khalifah adalah penguasa di seluruh
dunia Islam yang mengurusi bidang agama dan politik.
i.
Khalifah haruslah seorang mujtahid
besar dengan bantuan para ulama dalam menerapkan prinsip hukum Islam sesuai
dengan tuntutan zaman.
8. Sayyid Ahmad Khan
Setelah hancurnya Gerakan Mujahidin dan
Kerajaan Mughal sebagai akibat dari Pemberontakan 1857, muncullah Sayyid Ahmad Khan
untuk memimpin umat Islam India, yang telah kena pukul itu untuk dapat berdiri
dan maju kembali sebagai di masa lampau. Ia lahir di Delhi pada tahun 1817 dan
menurut keterangan berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad melalui
Fatimah dan Ali. Neneknya, Sayyid
Hadi, adalah pembesar istana di zaman Alamghir II (1754‒1759). Ia mendapat didikan tradisional dalam pengetahuan agama dan di samping bahasa Arab, ia juga belajar bahasa Persia. Ia orang yang rajin membaca dan banyak memperluas pengetahuan dengan membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sewaktu berusia 18 tahun, ia masuk bekerja pada Serikat India Timur. Kemudian, ia bekerja pula sebagai hakim. Tetapi, pada tahun 1846, ia pulang kembali ke Delhi untuk meneruskan studi.
Hadi, adalah pembesar istana di zaman Alamghir II (1754‒1759). Ia mendapat didikan tradisional dalam pengetahuan agama dan di samping bahasa Arab, ia juga belajar bahasa Persia. Ia orang yang rajin membaca dan banyak memperluas pengetahuan dengan membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sewaktu berusia 18 tahun, ia masuk bekerja pada Serikat India Timur. Kemudian, ia bekerja pula sebagai hakim. Tetapi, pada tahun 1846, ia pulang kembali ke Delhi untuk meneruskan studi.
Di masa Pemberontakan 1857, ia
banyak berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan dan dengan demikian banyak
menolong orang Inggris dari pembunuhan. Pihak Inggris menganggap ia telah
banyak berjasa bagi mereka dan ingin membalas jasanya, tetapi hadiah yang
dianugerahkan Inggris kepadanya ia tolak. Gelar Sir yang kemudian diberikan kepadanya
dapat ia terima. Hubungannya dengan pihak Inggris menjadi baik dan ini ia
pergunakan untuk kepentingan umat Islam India.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa
peningkatan kedudukan umat Islam India dapat diwujudkan hanya dengan bekeija
sama dengan Inggris. Inggris telah merupakan penguasa yang terkuat di India dan
menentang kekuasaan itu tidak akan membawa kebaikan bagi umat Islam India. Hal
ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari
masyarakat Hindu India.
Pemikiran Sayyid Ahmad Khan tentang pembaruan Islam adalah
sebagai berikut.
a.
Kemunduran umat Islam disebabkan
tidak mengikuti perkembangan zaman dengan cara menguasai sains dan teknologi.
b.
Ia berpendirian bahwa manusia bebas
berkehendak dan berbuat sesuai dengan sunatullah yang tidak berubah. Gabungan
kemampuan akal, kebebasan manusia berkehendak dan berbuat, serta hukum alam
inilah yang menjadi sumber kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
c.
Sumber ajaran Islam hanyalah al-Qur’ān dan hadis.
d.
Ia menentang taklid dan perlu adanya
ijtihad sehingga umat Islam dapat berkembang seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.
e.
Ia berpendapat satu-satunya cara
untuk mengubah pola pikir umat Islam dari keterbelakangan adalah pendidikan.
9. Sultan Mahmud II
Pembaharuan di Kerajaan Utsmani abad
ke-19, sama halnya dengan pembaharuan di Mesir, juga dipelopori oleh Raja.
Kalau di Mesir Muhammad Ali Pasyalah raja yang memelopori pembaharuan, di
Kerajaan Utsmani, raja yang menjadi pelopor pembaharuan adalah Sultan Mahmud
II.
Mahmud lahir pada tahun 1785 dan mempunyai
didikan tradisional, antara lain pengetahuan agama, pengetahuan pemerintahan, sejarah
dan sastra Arab, Turki dan Persia. Ia diangkat menjadi Sultan pada tahun 1807
dan meninggal pada tahun 1839.
Di bagian pertama dari masa
kesultanannya, ia disibukkan oleh peperangan dengan Rusia dan usaha menundukkan
daerah-daerah yang mempunyai kekuasaan otonomi besar. Peperangan dengan Rusia
selesai pada tahun 1812 dan kekuasaan otonomi daerah akhirnya dapat ia perkecil
kecuali kekuasaan Muhammad Ali Pasya di Mesir dan satu daerah otonomi lain di
Eropa.
Setelah kekuasaannya sebagai pusat
pemerintahan Kerajaan Utsmani bertambah kuat, Sultan Mahmud II melihat bahwa
telah tiba masanya untuk memulai usaha-usaha pembaharuan yang telah lama ada
dalam pemikirannya. Sebagaimana sultan-sultan lain, hal pertama yang menarik
perhatiannya ialah pembaharuan di bidang militer.
Sultan Mahmud II banyak melakukan
gerakan pembaruan dalam dunia Islam, yaitu sebagai berikut.
a.
Menerapkan sistem demokrasi dalam
pemerintahannya.
b.
Menghapus pengultusan sultan yang
dianggap suci oleh rakyatnya.
c.
Memasukkan kurikulum umum ke dalam
lembaga-lembaga pendidikan madrasah.
d.
Mendirikan sekolah Maktebi Ma’arif
yang mempersiapkan tenaga-tenaga administrasi, dan Maktebi Ulum’i edebiyet yang
mempersiapkan tenagatenaga ahli penerjemah.
e.
Mendirikan sekolah kedokteran,
militer dan teknik.
10. Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal berasal dari keluarga
golongan menengah di.Punjab dan lahir di Sialkot pada tahun 1876. Untuk
meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore dan belajar di sana sampai ia
memperoleh gelar kesarjanaan M.A. Di kota itulah ia berkenalan dengan Thomas
Arnold, seorang Orientalis, yang menurut keterangan, mendorong pemuda Iqbal
untuk melanjutkan studi di Inggris. Pada tahun 1905, ia pergi ke negara ini dan
masuk ke Universitas Cambridge untuk mempelajari falsafat. Dua tahun kemudian, ia
pindah ke Munich di Jerman, dan di sinilah ia memperoleh gelar Ph.D. dalam
tasawuf. Tesis doktoral yang diajukannya berjudul: The Development of Metaphysics in
Persia (Perkembangan
Metafsika di Persia).
Pada tahun 1908 ia berada kembali di
Lahore dan di samping pekerjaannya sebagai pengacara, ia menjadi dosen
falsafat. Bukunya The Reconstruction of Retigious Thought in Islam adalah hasil ceramah-ceramah yang
diberikannya di beberapa universitas di India. Kemudian, ia memasuki bidang
politik dan pada tahun 1930, ia dipilih menjadi Presiden Liga Muslimin. Di
dalam perundingan Meja Bundar di London, ia turut dua kali mengambil bahagian.
Ia juga menghadiri Konferensi Islam yang diadakan di Yerusalem. Pada tahun
1933, ia diundang ke Afghanistan untuk membicarakan pembentukan Universitas
Kabul. Dalam usia 62 tahun, ia meninggal di tahun 1938.
Berbeda dengan pembaharu-pembaharu
lain, Muhammad Iqbal adalah penyair dan flosof. Tetapi, pemikirannya mengenai
kemunduran dan kemajuan umat Islam mempunyai pengaruh pada gerakan pembaruan
dalam Islam.
Pemikiran Muhammad Iqbal tentang
pembaruan Islam adalah sebagai berikut.
a.
Ijtihad mempunyai kedudukan penting
dalam pembaruan Islam dan pintu ijtihad tetap terbuka.
b.
Umat Islam perlu mengembangkan sikap
dinamisme. Dalam syiarnya, ia mendorong umat Islam untuk bergerak dan jangan
tinggal diam.
c.
Kemunduran umat Islam disebabkan
oleh kebekuan dan kejumudan dalam berpikir.
d.
Hukum Islam tidak bersifat statis,
tetapi dapat berkembang sesuai perkembangan zaman.
e.
Umat Islam harus menguasai sains dan
teknologi yang dimiliki Barat.
f.
Perhatian umat Islam terhadap zuhud menyebabkan
kurangnya perhatian terhadap masalah-masalah keduniaan dan sosial
kemasyarakatan.
Menerapkan
Perilaku Mulia
Ada beberapa
perilaku yang dapat dijadikan cerminan terhadap penghayatan akan sejarah
perkembangan Islam pada masa pembaruan ini. Hal-hal tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Menyikapi kejadian masa lalu dengan sikap sabar dan
menanamkan jihad yang sesuai dengan ajaran al-Qur’ān
dan hadis.
2. Menjadikan sumber inspirasi untuk membuat
langkah-langkah inovatif agar kehidupan manusia menjadi damai dan sejahtera
baik di dunia maupun di akhirat.
3. Memotivasi diri terhadap masa depan agar memperoleh
kemajuan serta mengupayakan agar sejarah yang mengandung nilai negatif atau
kurang baik tidak akan terulang kembali.
4. Membangun masa depan berdasarkan pijakan-pijakan
yang telah ada di masa lalu sehingga dapat membangun negara senantiasa menjadi baldatun
tayyibatun wa rabbun gafūr atau negara yang
baik dan mendapat ampunan dari Allah Swt.
5. Ilmu pengetahuan dan teknologi di masa pembaruan
cukup canggih dan menakjubkan sehingga melalui proses belajar akan dapat
diperoleh kemajuan yang lebih baik bagi generasi-generasi muslim di masa depan.
6. Mencari upaya antisipasi agar kekeliruan yang
mengakibatkan kegagalan di masa lalu tidak terulang di masa yang akan datang.
7. Dalam sejarah, dikemukakan pula masalah sosial dan
politik yang terdapat di kalangan bangsa-bangsa terdahulu. Semua itu agar
menjadi perhatian dan menjadi pelajaran ketika menghadapi permasalahan yang
mungkin akan terjadi.
Disalin
dari : Buku PAI dan Budi Pekerti Kemdikbid
EVALUASI
Pilihlah jawaban yang tepat
1. Yang melatarbelakangi bangkitnya umat Islam pada abad ke
-18 adalah .…
a. tidak adanya misi Islam
b. benturan antara kekuatan Barat dan kekuatan Islam
c. kekuatan Islam yang makin meningkat
d. kekuatan Eropa sudah mulai melemah
e. lemahnya umat Islam dalam beribadah
a. tidak adanya misi Islam
b. benturan antara kekuatan Barat dan kekuatan Islam
c. kekuatan Islam yang makin meningkat
d. kekuatan Eropa sudah mulai melemah
e. lemahnya umat Islam dalam beribadah
2. Gerakan wahabi dipelopori oleh ....
a. Al-Tahtawi
b. Rasyid Ridha
c. Syah waliyullah
d. Muhammad ali Pasya
e. Jamaludin Al-Afgani
a. Al-Tahtawi
b. Rasyid Ridha
c. Syah waliyullah
d. Muhammad ali Pasya
e. Jamaludin Al-Afgani
3. Jamaludin Al-Afgani adalah tokoh pembaharu dari negara ….
a. Pakistan
b. Afganistan
c. Turkistan
d. Turki
e. Arab Saudi
a. Pakistan
b. Afganistan
c. Turkistan
d. Turki
e. Arab Saudi
4. “Kekuasaan raja yang absolut harus dibatasi oleh syariat,
raja harus bermusyawarah dengan ulama dan intelektual.” Gagasan ini dimunculkan
oleh ….
a. Al-Tahtawi
b. Rasyid Ridha
c. Syah Waliyullah
d. Muhammad Ali Pasya
e. Jamaludin Al-Afgani
b. Rasyid Ridha
c. Syah Waliyullah
d. Muhammad Ali Pasya
e. Jamaludin Al-Afgani
5.
Ijtihad
merupakan dasar penting dalam menafsirkan kembali ajaran Islam. Ini disampaikan
oleh …
a. Al-Tahtawi
b. Rasyid Ridha
c. Syah Waliyullah
d. Muhammad Abduh
e. Jamaludin Al-Afgani
b. Rasyid Ridha
c. Syah Waliyullah
d. Muhammad Abduh
e. Jamaludin Al-Afgani
Tugas
1. Kemukakan alasan bangsa Eropa menjajah negara-negara
Islam atau negara berpenduduk mayoritas Islam!
2. Kemukakan pembaharuan pemikiran yang dipropagandakan oleh
Jamaluddin Al-Afghnai!
3. Jelaskan usaha-usaha yang dilakukan oleh Sayyid Ahmad
Khan untuk memajukan umat Islam India di bidang iptek!
4. Kemukakan hikmat mempelajari perkembangan Islam pada masa
modern!
5. Sebutkan contoh peristiwa perkembangan Islam di bidang
ilmu pengetahuan pada masa modern!