Toleransi dan Menghindari Tindak Kekerasan (Materi Kelas 11)
Toleransi
sebagai
Alat
Pemersatu Bangsa
Membuka Relung Kalbu
Salah satu agenda besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah
menjaga persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tantangan untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa tersebut salah satunya adalah masalah
kerukunan umat beragama dan kerukunan bangsa. Kerukunan intern beragama,
kerukunan antarumat beragama, dan kerukunan antar umat beragama dengan pemerin
tah. Kerukunan itu bukan barang gratis. Ada penggalan sejarah kelam di mana
kerukunan pernah terkoyak di negeri ini.
Bukan hanya harta benda yang hilang atau terbakar, tetapi banyak
nyawa manusia tak bersalah juga ikut menjadi korban. Kita sebagai masyarakat
harus berperan serta secara aktif dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara.
Kita juga harus menjaga keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat,
berpartisipasi dalam menjaga kerukunan, di mana saja kita berada dan kapan saja
waktunya.
عَنْ
أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
: وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، لاَيُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبُّ لِجَارِهِ مَا
يُحِبُّ لِنَفْسِهِ (رواه البخاري ومسلم)
“Dari Anas ra. Sesungguhnya
Rasulullah saw. bersabda, “Demi (Allah) yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah
beriman seorang hamba sehingga dia menFintai tetangganya sebagaimana dia
menFintai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari Muslim).
Melalui hadis di atas, Rasulullah saw. mengajak kepada umat
Islam untuk saling menghargai, saling menghormati, dan saling mencintai di
antara sesama.
Mengkritisi Sekitar
Kita
Akhir-akhir ini, nilai
kerukunan yang dijaga dengan baik oleh masyarakat mulai terkikis, mengalami
degradasi. Semboyan bhinneka tunggal ika sudah mulai luntur dalam
pemahaman dan pengamalan masyarakat.
Ini bisa dilihat
berbagai konflik yang terjadi di berbagai daerah seperti yang mengatas namakan
agama. Konflikkonflik yang mengatasnamakan agama ini bahkan disinyalir telah
mengancam terjadinya disintegrasi (perpecahan) bangsa.
Perhatikan peristiwa
berikut ini!
1. Tawuran antarpelajar marak terjadi
sekarang ini. Mereka yang terlibat langsung akan menjadi korban, baik korban
fisik maupun non fisik, Beberapa dari mereka bahkan ada yang harus masuk
tahanan polisi, atau dikeluarkan dari sekolah. Berikan tanggapanmu mengenai
dampak yang ditimbulkan untuk diri sendiri dan lingkungan sekitar.
2. Pengrusakan tempat-tempat ibadah,
tawuran antarwarga, demonstrasi mahasiswa, dan berbagai macam tindakan
kekerasan lainnya telah menggambarkan secara jelas pudarnya persatuan dan rasa
toleransi. Apa tanggapanmu jika melihat kondisi seperti ini?
3. Saat lebaran tiba, semua muslim
bersahaja, bergembira menyambut Idul Fitri. Saling bersilaturrahmi dan saling
memaafkan menjadi kebiasaan baik di setiap lebaran. Yang tua memaafkan yang
muda, yang muda meminta maaf. Sungguh pemandangan yang perlu dilestarikan.
Bagaimana tanggapanmu apabila suasana tersebut berlangsung setiap saat?
A.
Pentingnya
Perilaku Toleransi
Al-Kisah,
Ali bin Abi Thalib hendak pergi ke masjid dengan buru-buru karena takut
tertinggal shalat subuh berjamaah. Di tengah perjalanan, ia bertemu
seorang kakek yang sedang berjalan pelan di depannya. Sang kakek berjalan
sangat lambat di sebuah gang sempit. Demi memuliakan dan menghormati kakek
tua itu, Ali bin Abi Thalib tidak mau mendahuluinya, meskipun terdengar di
masjid sudah iqamah. Ketika sampai di dekat pintu masjid, si kakek tua itu
justru berjalan terus saja, ternyata kakek tua itu beragama Nasrani. Ali
buru-buru masuk ke masjid. Ajaibnya, ia mendapati Rasulullah saw. dan para
jamaahnya masih melakukan rukuk. Ali pun ikut rukuk sampai selesai sehingga
Ali bin Abi Thalib ikut berjamaah dengan sempurna.
Sehabis shalat para sahabat bertanya,”Wahai Rasulullah, mengapa tadi rukuknya lama sekali, padahal Anda belum pernah melakukan hal itu sebelumnya?” Rasulullah saw. menjawab, “Tadi Jibril datang dan meletakkan sayapnya di atas punggungku dan menahannya lama. Ketika ia melepaskan sayapnya, barulah saya bangun dari rukuk”. Para sahabat bertanya, “Mengapa Jibril melakukan itu?” “Aku tidak menanyakan kepada Jibril,” jelas Rasulullah. Lalu Jibril datang dan menjelaskan, “Hai Muhammad, tadi Ali tergesa-gesa ingin melaksanakan shalat berjamaah, akan tetapi di tengah perjalanan ada seorang kakek dan ia tidak mau mendahuluinya karena sangat menghormati orang lain, meskipun ia Nasrani”. |
Toleransi sangat
penting dalam kehidupan manusia, baik dalam berkata-kata maupun dalam bertingkah
laku. Dalam hal ini, toleransi berarti menghormati dan belajar dari orang lain,
menghargai perbedaan, menjembatani kesenjangan di antara kita sehingga tercapai
kesamaan sikap. Toleransi merupakan awal dari sikap menerima bahwa perbedaan
bukanlah suatu hal yang salah, justru perbedaan harus dihargai dan dimengerti
sebagai kekayaan. Misalnya, perbedaan ras, suku, agama, adat istiadat, cara
pandang, perilaku, pendapat. Dengan perbedaan tersebut, diharapkan manusia
dapat mempunyai sikap toleransi terhadap segala perbedaan yang ada, dan
berusaha hidup rukun, baik individu dan individu, individu dan kelompok
masyarakat, serta kelompok masyarakat dan kelompok masyarakat yang lainnya.
Terkait
pentingnya toleransi, Allah Swt. menegaskan dalam firman-Nya sebagai berikut.
وَمِنْهُمْ مَّنْ يُّؤْمِنُ بِهِ وَمِنْهُمْ مَّنْ لاَّ يُؤْمِنُ
بِهِ وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِينَ(40) وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي
عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَاْ
بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ (41)
Penerapan Hukum
Tajwid
Kalimat
|
Hukum Bacaan
|
Alasan
|
وَمِنْهُمْ مَّنْ
|
Idgham
mim
|
Huruf
mim sukun bertemu mim
|
مَّنْ يُّؤْمِنُ
|
Idgham
bighunnah
|
Huruf
nun sukun bertemu ya
|
مَّنْ لاَّ يُؤْمِنُ
|
Idgham
bila ghunnah
|
Huruf
nun sukun bertemu lam
|
فَقُلْ لِي عَمَلِي
|
Idgham
mutajanisain
|
Huruf
lam sukun bertemu lam
|
وَأَنَاْ بَرِيءٌ
|
Mad
asli
|
Huruf
alif sukun sebelumnya tanda fathah
|
Arti Kata/Kalimat
Kata/
Kalimat
|
Arti
|
Kata/
Kalimat
|
Arti
|
وَمِنْهُمْ
|
Dan
di antara mereka
|
وَإِنْ كَذَّبُوكَ
|
Dan
jika mereka mendustakanmu
|
مَّنْ يُّؤْمِنُ
|
Ada
orang yang beriman
|
لِي عَمَلِي
|
Untukku
amalku
|
بِهِ
|
Kepada
Al Qur’an
|
وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ
|
Dan
untukmu amalmu
|
مَّنْ لاَّ يُؤْمِنُ
|
Ada
orang yang tidak beriman kepadanya
|
أَنْتُمْ بَرِيئُونَ
|
Kamu
tidak bertanggung jawab
|
وَرَبُّكَ
|
Dan
Tuhanmu
|
مِمَّا أَعْمَلُ
|
Atas
apa yang aku lakukan
|
أَعْلَمُ
|
Lebih
mengetahui
|
وَأَنَاْ بَرِيءٌ
|
Dan
aku tidak bertanggung jawab
|
بِالْمُفْسِدِينَ
|
Kepada
orang yang melakukan kerusakan
|
مِمَّا تَعْمَلُونَ
|
Atas
apa yang kamu lakukan
|
Arti Ayat
“Dan di antara
mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (alQur’an), dan di antaranya ada
(pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Tuhanmu lebih
mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan” (Q.S. Yunus/10:
40). “Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah, Bagiku
pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa
yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu
kerjakan” QS. Yunu/10 : 41)
Dalam QS. Yunus/10 : 40, Allah Swt. menjelaskan bahwa setelah Nabi Muhammad
saw. berdakwah, ada orang yang beriman kepada al-Qur’an dan mengikutinya serta memperoleh manfaat dari risalah yang disampaikan, tapi ada juga yang tidak beriman dan mereka mati dalam kekafiran.
Pada Q.S.
Yunus/10 : 41 Allah Swt. memberikan penegasan kepada rasul-Nya, bahwa jika
mereka mendustakanmu, katakanlah bahwa bagiku pekerjaanku, dan bagi kalian
pekerjaan kalian, kalian berlepas diri dari apa yang aku kerjakan dan aku
berlepas diri terhadap apa yang kalian kerjakan. Allah Swt. Mahaadil dan tidak
pernah zalim, bahkan Dia memberi kepada setiap manusia
sesuai dengan apa yang diterimanya.
Dari penjelasan ayat tersebut dapat disimpulkan hal-hal berikut.
1. Umat
manusia yang hidup setelah diutusnya Nabi Muhammad saw. Terbagi menjadi 2
golongan. Dua golongan umat itu yang pertama adalah golongan ada umat yang
beriman terhadap kebenaran kerasulan dan kitab suci yang disampaikan Nabi
Muhammad saw. kedua adalah golongan umat yang mendustakan kerasulan Nabi
Muhammad saw. dan tidak beriman kepada al-Qur’an.
2. Allah
Swt. Maha Mengetahui sikap dan perilaku orang-orang beriman yang selama hidup
di dunia senantiasa bertaqwa kepada-Nya, begitu juga orang kafir yang tidak beriman
kepada-Nya.
3. Orang
beriman harus tegas dan berpendirian teguh atas keyakinannya. Ia tegar meskipun
hidup di tengah-tengah orang yang berbeda keyakinan dengan dirinya.
Ayat di atas juga
menjelaskan perlunya menghargai perbedaan dan toleransi. Cara menghargai
perbedaan dan toleransi antara lain tidak mengganggu aktivitas keagamaan orang
lain. Rasulullah saw. bersabda:
عَنْ عَبْدِاللهِ ابْنِ عَمرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : خَيْرُالأَصْحَابِ عِنْدَاللهِ
خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ وَخَيْرُالْجِيْرَانِ عِنْدَاللهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ
(رواه الترمذي)
Dari Abdullah Ibn
Umar ra. Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Sebaik-baik sahabat di sisi
Allah Swt. adalah yang paling baik di antara mereka terhadap sesama saudaranya.
Dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah Swt. adalah yang paling baik di antara
mereka terhadap tetangganya” (H.R. Attirmizi).
Salah satu bentuk
toleransi adalah menghormati keyakinan orang lain. Islam menghormati umat
Yahudi yang beribadah di hari Sabtu dan Kristen yang beribadah di hari Minggu. Toleransi
dalam Islam telah dicontohkan oleh Rasulullah saw, ketika ada jenazah orang
Yahudi yang melintas di hadapan beliau dan para sahabat, lalu beliau berhenti
dan berdiri. Seketika itu sahabat bertanya : “Mengapa engkau berhenti ya
Rasulullah?, sedangkan itu adalah seorang Yahudi?” Rasulullah saw bersabda
: “Bukankah dia juga manusia?” (HR. Bukhari).
Hadits tersebut
mengajarkan bahwa toleransi dalm perspektif Islam berlaku kepada setiap manusia
tanpa kecuali. Namun yang perlu ditekankan adalah bentuk kemudahan dalam hal muamalah
bukan pemaksaan dalam hal keyakinan.
Perlu diketahui
bahwa kewajiban muslim kepada non muslim adalah sebagai berikut :
1. Berdakwah
kepada Islam, yaitu menyeru kepada Allah dan menjelaskan hakikat Islam semampu
yang dapat dilakukan berdasarkan ilmu yang dimilikinya.
2. Tidak
berbuat zalim terhadap jiwa, harta atau kehormatan seorang zimmi (non
muslim yang tinggal di negeri Muslim dan tunduk pada hukum Islam serta membayar
jizya), atau musta’man (non muslim yang mendapat jaminan
keamanan), atau mu’ahid (non muslim yang terikat perjanjian damai).
3. Tidak
ada penghalang untuk bertransaksi antara muslim dengan non muslim.
Hal tersebut
sebagaimana firman Allah :
لاَ يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي
الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا
إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Allah tiada
melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al
Mumtahanah/60 : 8).
B.
Menghindari Perilaku Tindak Kekerasan
Manusia dianugerahi oleh Allah Swt. berupa nafsu. Dengan nafsu
tersebut, manusia dapat merasakan benci dan cinta. Dengannya pula manusia bisa melakukan
persahabatan dan permusuhan. Dengannya pula manusia bisa mencapai kebahagiaan
ataupun kesengsaraan. Hanya nafsu yang telah berhasil dijinakkan oleh akal saja
yang akan mampu menghantarkan manusia kepada kemuliaan. Namun sebaliknya, jika
nafsu di luar kendali akal, niscaya akan menjerumuskan manusia ke dalam jurang
kesengsaraan dan kehinaan.
Permusuhan berasal dari rasa benci yang dimiliki oleh setiap
manusia. Sebagaimana cinta, benci pun berasal dari nafsu yang harus bertumpu di
atas pondasi akal. Permusuhan di antara manusia terkadang karena kedengkian
pada hal-hal duniawi seperti pada kasus Qabil dan Habil ataupun pada kisah Nabi
Yusuf as. dan saudara-saudaranya. Terkadang pula permusuhan dikarenakan dasar
ideologi dan keyakinan yang berbeda.
Akhir-akhir ini sering sekali tindak kekerasan disebabkan oleh pemahaman dan keyakinan yang berbeda. Karena perbedaan keyakinan dan pemahaman, banyak orang yang menghujat dan berakhir dengan kekerasan. Islam melarang perilaku kekerasan terhadap siapa pun. Allah Swt. berfirman:
مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ كَتَبْنَا عَلَى بَنِي إِسْرَآئِيلَ أَنَّهُ
مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الأرْضِ فَكَأَنَّمَا
قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَآ أَحْيَا النَّاسَ
جَمِيعًا وَلَقَدْ جَآءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا
مِنْهُمْ بَعْدَ ذَلِكَ فِي الأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa barang siapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang
lain (qisas), atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia
telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia,
maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya
rasul-rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan
yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas
di bumi.” (Q.S. al-Maidah/5:32
Hukum Bacaan
Kalimat
|
Hukum Bacaan
|
Alasan
|
أَجْلِ
|
Qalqalah sugra
|
Huruf jim bertanda
sukun di tengah kata
|
بَنِي
إِسْرَآئِيلَ
|
Mad jaiz munfashil
|
Mad thabii bertemu alif/hamzah
pada kalimat terpisah
|
إِسْرَآئِيلَ
|
Mad wajib muttashil
|
Mad thabii bertemu
hamzah pada satu kaliat
|
نَفْسًا
بِغَيْرِ
|
Iklab
|
Tanwin bertemu huruf
ba
|
جَآءَتْهُمْ
رُسُلُنَا
|
Idzhar syafawi
|
Mim sukun bertemu huruf ra
|
Arti Kata/Kalimat
Kata
|
Arti
|
Kata
|
Arti
|
مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ
|
Oleh karena itu
|
أَحْيَا النَّاسَ
|
Menghidupkan manusia
|
كَتَبْنَا
|
Kami tetapkan
|
جَمِيعًا
|
Semuanya
|
عَلَى
|
Atas
|
وَلَقَدْ
|
Dan sungguh
|
بَنِي
إِسْرَآئِيلَ
|
Bani Israil
|
جَآءَتْهُمْ
|
Telah datang kepada
mereka
|
مَنْ
قَتَلَ
|
Barang siapa
membunuh
|
رُسُلُنَا
|
Rasul-rasul kami
|
نَفْسًا
|
Jiwa
|
بِالْبَيِّنَاتِ
|
Dengan membawa
penjelasan
|
بِغَيْرِ
نَفْسٍ
|
Bukan karena ia
membunuh orang tuanya (qisas)
|
ثُمَّ
|
Kemudian
|
أَوْ
فَسَادٍ
|
Atau membuat
kerusakan
|
إِنَّ
كَثِيرًا
|
Sesungguhnya banyak
|
فِي الأرْضِ
|
Di muka bumi
|
مِنْهُمْ
|
Di antara mereka
|
فَكَأَنَّمَا
|
Maka seakan-akan
|
بَعْدَ
ذَلِكَ
|
Setelah itu
|
قَتَلَ النَّاسَ
|
Membunuh manusia
|
فِي الأَرْضِ
|
Di muka bumi
|
جَمِيعًا
|
Semua
|
لَمُسْرِفُونَ
|
Melampaui batas
|
وَمَنْ
أَحْيَاهَا
|
Dan siapa memelihara
kehidupan
|
Allah Swt.
menjelaskan dalam ayat ini, bahwa setelah peristiwa pembunuhan Qabil terhadap
Habil, Allah Swt. menetapkan suatu hukum bahwa membunuh seorang manusia, sama
dengan membunuh seluruh manusia. Begitu juga menyelamatkan kehidupan seorang
manusia, sama dengan menyelamatkan seluruh manusia. Ayat ini menyinggung sebuah
prinsip sosial di mana masyarakat bagaikan sebuah tubuh, sedangkan
individu-individu masyarakat merupakan anggota tubuh tersebut. Apabila sebuah
anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lainnya pun ikut merasakan sakit.
Begitu juga apabila seseorang berani mencemari tangannya dengan darah orang yang tak berdosa, maka pada hakikatnya dia telah membunuh manusia-manusia lain yang tak berdosa. Dari segi sistem penciptaan manusia, terbunuhnya Habil telah menyebabkan hancurnya generasi besar suatu masyarakat, yang akan tampil dan lahir di dunia ini. Al-Qur’an memberikan perhatian penuh terhadap perlindungan jiwa manusia dan menganggap membunuh seorang manusia, sama dengan membunuh sebuah masyarakat.
Pengadilan di
negara-negara tertentu menjatuhkan hukuman qisas, yaitu membunuh orang yang
telah membunuh. Di Indonesia juga pernah dilakukan hukuman mati bagi para
pembunuh.
Dalam Q.S.
al-Maidah/5: 32 terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik.
1. Nasib
kehidupan manusia sepanjang sejarah memiliki kaitan dengan orang lain. Sejarah
kemanusiaan merupakan mata rantai yang saling berhubungan. Oleh karena itu,
terputusnya sebuah mata rantai akan mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat
manusia.
2. Nilai
suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan mereka. Pembunuhan seorang manusia
dengan maksud jahat merupakan pemusnahan sebuah masyarakat, tetapi keputusan
pengadilan untuk melakukan eksekusi terhadap seorang pembunuh dalam rangka qisas
merupakan sumber kehidupan masyarakat.
3. Mereka
yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan penyelamatan jiwa manusia,
seperti dokter, perawat, atau polisi harus mengerti nilai pekerjaan mereka.
Menyembuhkan atau menyelamatkan orang yang sakit dari kematian bagaikan
menyelamatkan sebuah masyarakat dari kehancuran.
Tugas kita
bersama adalah menjaga ketenteraman hidup dengan cara mencintai, orang-orang
yang berada di sekitar kita. Artinya, kita dilarang melakukan perilaku-perilaku
yang dapat merugikan orang lain, termasuk menyakiti dan melakukan tindakan
kekerasan.
Di Indonesia ada
hukum yang mengatur pelarangan melakukan tindak kekerasan, termasuk kekerasan
kepada anak dan anggota keluarga, misalnya UU No. 23 Tahun 2002 dan UU No. 23
Tahun 2004.
Menerapkan Perilaku Mulia
Mari kita renungkan dan amati suasana kehidupan
bangsa Indonesia. Kondisi bangsa Indonesia yang berbhinneka ini harus kita
pertahankan demi ketenteraman dan kedamaian penduduknya. Salah satu cara
mempertahankan kebhinnekaan ini adalah dengan toleransi atau saling menghargai.
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kerukunan
hidup antarsuku, ras, golongan dan agama harus selalu dijaga dan dibina. Kita
tidak ingin bangsa Indonesia terpecah belah saling bermusuhan satu sama lain.
Berikut perilaku-perilaku toleransi yang harus
dibina sesuai dengan ajaran Islam.
1.
Saling menghargai adanya perbedaan keyakinan. Kita tidak boleh memaksakan kehendak
kepada orang lain agar mereka mengikuti keyakinan kita. Orang yang berkeyakinan
lain pun tidak boleh memaksakan keyakinan kepada kita. Dengan memperlihatkan
perilaku berakhlak mulia, insya Allah orang lain akan tertarik. Rasulullah saw.
selalu memperlihatkan akhlak mulia kepada siapa pun termasuk musuh-musuhnya,
banyak orang kafir yang tertarik kepada akhlak Rasulullah saw. lalu masuk Islam
karena kemuliaannya.
2.
Saling menghargai adanya perbedaan pendapat. Manusia diciptakan dengan membawa
perbedaan. Kita harus menghargai perbedaan tersebut.
3.
Belajar empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Bantulah orang yang membutuhkan. Sering terjadi tindak kekerasan disebabkan hilangnya
rasa empati. Ketika ingin mengganggu orang lain, harus sadar bahwa mengganggu
itu akan menyakitkan, bagaimana kalau itu terjadi pada diri kita.
Masih banyak lagi contoh perilaku toleransi yang
harus kita miliki. Dengan toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan saling
menghormati, akan terbina kehidupan yang rukun, tertib, dan damai.
EVALUASI
Pilihlah jawaban yang tepat
1. Perilaku
toleransi adalah sesuatu yang harus dijunjung tinggi dalam interaksi sosial
masyarakat karena ....
a. toleransi terdapat pada undang-undang.
b. toleransi menenteramkan kehidupan masyarakat.
c. toleransi diajarkan di sekolah.
d. toleransi bukan syarat utama dalam masyarakat.
e. toleransi merupakan terpecahnya solidaritas.
2. Pada
kalimat di bawah secara berurutan mengandung hukum bacaan:
a. ikhfa, idgam bigunnah, izhar dan iqlab.
b. izhar halqi, idgam bigunnah dan idgam mimmi.
c. izhar halqi, idgam mimmi dan idgam bilagunnah.
d. ikhfa’, idgam mimi dan idgam bilagunnah.
e. izhar, idgam mimi dan idgam bigunnah.
3. Bentuk
toleransi dalam perbedaan pendapat dapat diwujudkan dengan ....
a. mengedepankan pembenaran sepihak.
b. melakukan pengamanan atas jalannanya diskusi.
c. membiarkan suasana tegang.
d. mengedepankan kesepakatan untuk dialog.
e. menyelesaikan masalah dengan cara anarkis.
4. Q.S. Yunus ayat: 41 mengajarkan pada kita, dalam menyikapi orang-orang yang
mendustkan al-Qur’an, dengan cara mengatakan...
a. bagiku agamaku dan bagimu agamamu.
b. bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu.
c. kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
d. Tuhanku tidak sama dengan Tuhanmu.
e. aku tidak bertanggung jawab atas pekerjaanmu.
5. Di
bawah ini adalah beberapa manfaat dari toleransi antarumat beragama kecuali
....
a. menyadari bahwa hidup ini tidak bisa terlepas dari orang
lain.
b. berpikir positif terhadap keberadaan agama lain.
c. memaksa penganut agama lain untuk masuk Islam.
d. membangun tradisi dialog antaragama.
e. saling menghormati dan menghargai pemeluk agama lain.
Tugas
1. Mengapa
kita harus berperilaku toleransi?
2. Jelaskan
isi Q.S. al-Maidah/5: 32!
3. Kemukakan
pendapatmu jika ada pemimpin yang membiarkan adanya intoleransi!
4. Sebutkan
hadis yang menjelaskan pentingnya perilaku toleransi!
5. Mengapa
kita dianjurkan untuk berkompetisi dalam kebaikan?